Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Perkembangan Pantai Indah Kapuk (PIK)

Baca di App
Lihat Foto
DOK.SHUTTERSTOCK/Gerdie Hutomo
Ilustrasi pasir putih di pantai indah kapuk 2.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Pantai Indah Kapuk (PIK) dikenal sebagai salah satu area permukiman elite di DKI Jakarta.

Permukiman PIK berdiri di luas lahan sekitar 1.160 hektar yang berada di Penjaringan, Jakarta Utara; Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat; dan Kabupaten Tangerang, Banten.

Sejak mulai dipasarkan pada 2003, PIK berkembang dari proyek reklamasi menjadi area hunian mahal di Jakarta.

Berikut sejarah perkembangan Pantai Indah Kapuk di DKI Jakarta:

Baca juga: Tiket Masuk Pantai Pasir Putih PIK 2

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Baca juga: Tempat Makan di Pantai Indah Kapuk Jakarta Utara, Cocok untuk Keluarga

Berawal dari Ancol

Dilansir dari Kompas.id, proyek pembangunan Pantai Indah Kapuk (PIK) ada setelah reklamasi di pesisir utara Jakarta menjadi Ancol pada 1992.

Reklamasi ini hasil inisiasi dari pengusaha Indonesia Ciputra dan PT Pembangunan Jaya.

Pesisir utara Jakarta yang dipenuhi rawa berhasil diubah menjadi Ancol, sebuah kawasan rekreasi dan wisata yang sukses.

Kesuksesan Ancol membuat Ciputra bergerak ke barat menuju Penjaringan, Jakarta Utara. Mereka menemukan area yang kelak menjadi Pantai Indah Kapuk di sisi jalan menuju Bandara Soekarno-Hatta.

Melalui saham minoritas Metropolitan Development, Ciputra berkedudukan sebagai Komisaris PT Mandara Permai yang bertugas mengembangkan PIK.

Baca juga: Perjalanan Ciputra dari Warisan Karya, Megaproyek, hingga Penghargaan Bergengsi

Kompleks Pantai Indah Kapuk (PIK)

Dikutip dari buku Melihat Kembali Awal Proyek Supermega Pantai Indah Kapuk (PIK), Ciputra mendesain wilayah baru di tanah seluas 830 hektar.

Area ini ditempati 10.000 rumah mewah, 10 hotel, 10 gedung perkantoran, 10 kondominium, 1.000 apartemen, serta fasilitas pendukung lain.

Untuk membuat semua itu, ia mengandeng belasan pengusaha dan menggelontorkan dana hingga Rp 6 triliun.

Saat ini, PIK memiliki area sekitar 1.160 hektar yang terdiri dari kawasan daratan dan dua pulau reklamasi bernama Golf Island dan Eboney Island. Area tersebut diisi perumahan dan pusat pertokoan.

Baca juga: Tempat Makan di Pantai Indah Kapuk Jakarta Utara, Cocok untuk Keluarga

Sempat tersandung isu lingkungan

Saat akan mulai dibangun pada 1992, isu-isu lingkungan mulai mewarnai Partai Indah Kapuk.

Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup Emil Salim saat itu bahkan menerbitkan surat nomor B-655/Men.KLH./3/1992 kepada Pemerintah DKI Jakarta. Surat tersebut berisi protes atas keberadaan PT Mandara Permai di PIK. 

Menurut Emil, izin diterbitkan oleh Pemda DKI Jakarta tanpa terlebih dahulu melalui survei analisis dampak lingkungan.

Saat itu, pembangunan dinilai menyebabkan kerusakan lingkungan yang memicu kekeringan di musim kemarau dan banjir di musim hujan.

Pembangunan juga membuat kawasan hutan rusak, merusak habitat hewan asli di sana, bahkan mengganti hutan menjadi permukiman.

Baca juga: Cara Beli Tiket Masuk Ancol 2023 dan Update Harga Terbarunya

Meski begitu, Ciputra tetap melanjutkan niatnya membangun PIK. Ia bahkan menjamin pembangunan yang dilakukan terbebas dari ancaman kerusakan lingkungan.

Namun krisis ekonomi pada 1998 membuat saham Metropolitan Development miliknya dijual.

Penjualan saham ini membuat Ciputra tidak lagi terlibat dalam pembangunan PIK sebagai komisaris atau jabatan lain.

“Sesudah itu, seluruh perencanaan dan pembangunan di PIK, saya tidak turut serta lagi. Saya juga tidak terlibat pada perubahan-perubahan baik kecil ataupun besar yang terjadi termasuk pembangunan pulau-pulau (reklamasi tersebut),” kata Ciputra.

Baca juga: Meninggalnya Ciputra, Duka Cita hingga Estafet Keberlanjutan Usaha

PIK semakin berkembang

Dikutip dari Kontan (24/4/2016), perusahaan pengembang Agung Sedayu Group dan Salim Group melanjutkan pembangunan PIK setelah terhambat di tahun 1997 dan 2002.

Sejak 2003, pertumbuhan harga lahan dan properti di Pantai Indah Kapuk semakin tinggi bahkan setara dengan kawasan Sunter, Kelapa Gading, ataupun Ancol yang sudah berdiri sebelumnya.

Fasilitas pendukung permukiman dibangun di PIK sehingga tambah mendatangkan investor ke permukiman tersebut.

Seiring kesuksesan PIK, Agung Sedayu Group dan Salim Group terus mengembangkan bisnis mereka dengan membangun PIK 2 Sedayu Indo City.

Baca juga: Cara Membeli Tiket Online Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dan Ancol

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi