Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Siniar KG Media
Bergabung sejak: 15 Okt 2021

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Menilik Fenomena "Bullying" Pelajar Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
Freepik
Pelajar di Indonesia masih rentan mengalami bullying.
Editor: Yohanes Enggar Harususilo

Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Rizky Nauvalif

KOMPAS.com - Aksi perundungan atau bullying bisa terjadi di mana saja dan oleh siapa saja. Mulai dari lingkungan sekolah, pertemanan, hingga pekerjaan yang berdampak langsung terhadap kesehatan mental korban.

Sering kali, korban yang dirundung merasa trauma dan dibayang-bayangi perilaku perundungan yang menimpanya. Hal ini karena aksi tersebut dilakukan saat korban berada di bangku sekolah yang seharusnya menjadi masa bersenang-senang dan mengeksplorasi banyak hal.

Di sisi lain, banyak pelaku yang tak sadar dan tetap hidup bebas padahal mereka telah menorehkan luka ke para korban. Isu ini juga dibahas oleh Kukuh dan Dwik dalam siniar Balada +62 episode “Jadi Pelaku Bully Bisa Hidup Enak?” dengan tautan s.id/Balada62Bully.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sayangnya, meskipun banyak kasus yang diangkat ke media, namun aksi perundungan terus terjadi di sekitar kita. Lantas, mengapa hal ini bisa terjadi?

Fenomena Bullying di Kalangan Pelajar Indonesia

Perundungan di lingkungan akademik yang seharusnya menjadi ruang aman untuk menuntut ilmu menambah bukti mirisnya pendidikan Indonesia.

Dalam laporan UNICEF (2020) tercatat setidaknya ada 41 persen pelajar di Indonesia berusia 15 tahun pernah mengalami perundungan. Sementara itu, 22 persen perundungan yang mereka terima berupa ejekan dan penghancuran barang secara paksa.

Selain itu, masih banyak sekolah dan tenaga pendidik yang kurang peduli terhadap hal ini. Beberapa dari mereka bahkan menganggap perundungan sebagai candaan biasa antarteman. Bahkan, ada pula tenaga pendidik yang turut memberikan candaan berlebihan kepada siswanya.

Menurut Anggin Nuzula Rahmah, Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Kesehatan dan Pendidikan, tidak pula sedikit guru yang melakukan kekerasan dengan tujuan pendisiplinan. Mereka mendisiplinkan anak-anak dengan cara-cara kekerasan yang juga termasuk ke dalam aksi perundungan.

Baca juga: Ajarkan Anak Keberagaman dan Inklusivitas

Padahal, kasus perundungan yang kurang mendapat perhatian, bisa menyebabkan jatuhnya korban. Hal yang sangat disayangkan, kasus perundungan yang dianggap sepele terjadi karena efek yang belum tampak secara langsung.

Selain itu, banyak pula korban yang enggan melapor karena takut, malu, atau takut diancam oleh pelaku. Bisa pula korban sudah melapor namun tidak mendapat tanggapan serius oleh pihak sekolah.

Itulah mengapa, pembentukan budaya dan lingkungan sekolah yang sadar akan kasus perundungan sangat dibutuhkan. Sekolah harus memiliki program pencegahan, intervensi, dan sosialisasi yang memadai sekaligus penanganan yang sungguh-sungguh.

Dampak Bullying bagi Anak yang Masih Pelajar

Seorang pelajar yang menjadi korban perundungan tentu akan berdampak terhadap kesehatan mental. Mereka akan menjadi pribadi yang tertutup dan enggan bergabung dengan teman-teman yang lain.

Hal ini terjadi karena mereka memiliki ketakutan untuk mulai berinteraksi dengan orang baru karena khawatir akan mengalami aksi yang serupa. Perasaan takut ini pun bisa bertumbuh hingga mereka dewasa dan menjadi perasaan trauma.

Bahkan, perasaan traumatis ini pun kini tak menunggu mereka dewasa. Sebab, ada beberapa kasus yang merenggut nyawa korbannya.

Melansir Kompas.com, pada Juli 2023 lalu, seorang anak berinisial B (8) diduga meninggal karena menjadi korban perundungan. Padahal, korban dikenal sebagai anak yang baik dan ceria.

Menurut keterangan saksi, korban trauma karena dipukul oleh pelaku. Ia bahkan sempat dilarikan ke rumah sakit karena sempat mengalami demam. Saat tidur pun, sang ibu mengaku korban terlihat ketakutan.

Semenjak kejadian itu, korban tidak mau makan dan mengalami sakit di badannya. Setelah dilarikan ke rumah sakit dan menjalani rawat jalan, sayangnya nyawa korban tak tertolong.

Ada pula kasus pada akhir Juli 2023, yaitu seorang siswa SMA di Banjarmasin, Kalimantan Selatan berinisial ARR (15) ditangkap polisi karena telah menikam teman sekolahnya hingga luka parah.

Namun, aksinya ini bukan tanpa sebab. Melansir Kompas.com, pelaku mengaku sakit hati dan kesal karena sering dirundung oleh korban. Kejadian itu pun menjadi bukti bahwa perundungan memiliki dampak yang tak pernah diduga-duga.

Baca juga: Cara Bijak Hadapi Body Shaming

Itulah mengapa, seluruh tenaga pendidik dan siswa di sekolah harus peduli terhadap hal ini.

Lantas, bagaimana pendapat Kukuh dan Dwik seputar kasus perundungan yang marak terjadi?

Dengarkan perbincangan lengkapnya hanya melalui siniar Balada +62 episode “Jadi Pelaku Bully Bisa Hidup Enak?” di YouTube, TipTip, dan Noice.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi