KOMPAS.com - Pada 2019, para arkeolog telah meneliti jasad seorang pria yang merupakan manusia purba yang diduga meninggal karena sembelit yang fatal.
Sembelit membuat usus besarnya membengkak hingga enam kali lipat dari diameter normalnya.
Dilansir dari Live Science, Selasa (26/9/2023), para arkeolog mengungkapkan bahwa manusia purba tersebut adalah Mumi Skiles yang ditemukan di Lower Pecos Canyonlands di Texas Selatan.
Perlu diketahui, arkelog sebelumnya telah menemukan total 150 mumi di daerah tersebut.
Namun, ada satu mumi pria dewasa yang berasal dari sekitar 1.200 tahun lalu itu yang menarik perhatian para arkeolog.
Mumi tersebut tampak terawetkan dengan baik dengan rambut penuh, tak seperti sisa-sisa mumi lainnya.
Selain itu, ia juga memiliki tumpukan feses kering yang sangat besar, yang melebihi jumlah yang seharusnya ada di saluran pencernaan.
Melihat tumpukan feses yang ada, para peneliti tertarik untuk memeriksa pola makan apa yang dilakukan manusia kuno itu pada bulan-bulan sebelum kematiannya.
Peneliti juga mendapatkan keuntungan dari kondisi rambut mumi yang masih utuh. Dari situ, peneliti bisa memeriksa penyerapan nutrisi dari makanan yang ada.
Baca juga: 7 Mumi Terkenal dan Rahasia yang Terungkap tentang Dunia Kuno
Peneliti temukan penyebab mumi itu meninggal
Menurut penelitian yang diterbitkan di International Journal of Paleopathology pada Juni 2019, peneliti mengungkapkan bahwa pria itu meninggal karena penyakit Chagas yang ditularkan oleh parasit.
Di mana, hal ini menyebabkannya tidak dapat menyerap protein secara baik pada beberapa bulan sebelum kematiannya, dan kemungkinan besar ia tidak dapat bergerak karena kondisinya.
Ini berarti, seseorang harus membawakannya sumber makanan, serta memenuhi kebutuhan hariannya. Artinya, ia menerima perawatan dari masyarakat saat sekarat.
Tak hanya itu, peneliti juga menemukan bahwa pria kuno tersebut telah mengonsumsi belalang dalam jumlah yang tidak biasa. Ini menambah bukti bahwa ia telah dirawat dengan baik di akhir hidupnya.
Diperkirakan, manusia kuno itu berusia antara 35-45 tahun.
"Mereka memotong kaki-kakinya. Jadi mereka memberinya sebagian besar tubuh yang kaya cairan, bagian belalang yang bisa diremas," kata profesor di Sekolah Sumber Daya Alam di University of Nebraska-Lincoln Karl Reinhard.
"Selain tinggi protein, belalang ini juga memiliki kadar air yang tinggi. Jadi akan lebih mudah baginya untuk makan pada tahap awal pengalaman megakolonnya," sambungnya.
Baca juga: Orang Mesir Kuno Cukur Alis Saat Kucingnya Mati, Masa Berkabung hingga Rambut Kembali Tumbuh
Kendati demikian, meskipun ia telah dirawat dengan baik, namun kematian pria itu tidak dapat dihindarkan. Dan diperkirakan, kematiannya menyakitkan.
Reinhard dan timnya telah meneliti kandungan atau materi yang ada dalam tinja tersebut dengan menggunakan pemindaian mikroskop elektron.
Kemudian, mereka menemukan phytolith yang merupakan materi tanaman mikroskopis yang biasanya bertahan dalam proses pencernaan.
"Phytolith itu terbelah dan hancur. Dan itu berarti ada tekanan luar biasa yang diberikan pada tingkat mikroskopis dalam sistem usus pria ini, yang semakin menyoroti patologi yang dipamerkan di sini," jelas Reinhard.
"Saya pikir ini unik dalam sejarah patologi, tingkat penyumbatan usus dan tekanan yang terkait dengannya," tambah dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.