Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Della Hiariej yang Divonis Gagal Ginjal Stadium Akhir, Sempat Mengira Gejala Asam Lambung

Baca di App
Lihat Foto
TikTok
Tangkapan layar Della Hiariej yang divonis gagal ginjal stadium akhir.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Unggahan video seorang warganet yang mengatakan bahwa dirinya divonis gagal ginjal stadium akhir, menjadi perbincangan riuh di media sosial.

Unggahan tersebut dibuat oleh akun TikTok @fallscent pada Rabu (13/9/2023).

Dalam unggahannya, ia menyebut ada beberapa gejala yang dirasakannya, sebelum akhirnya ia mengetahui bahwa itu adalah gejala gagal ginjal stadium akhir.

Beberapa tanda itu berupa lebam di seluruh badan, mata merah, dan merasakan sakit seperti gejala asam lambung.

"Lebam, mata memerah, dan merasa sakit asam lambung. Ternyata pas ke ugd sakit gagal ginjal stadium akhir," tulis narasi dalam unggahan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Semoga kalian aware dengan kesehatan ya jangan seperti aku yang dulu," tambahnya.

Hingga Rabu (27/9/2023) sore, unggahan tersebut sudah dilihat sebanyak 1,2 juta kali dan mendapatkan lebih dari 900 komentar dari warganet.

Lantas, bagaimana awal mula pengunggah bisa mengalami gagal ginjal stadium akhir?

Baca juga: Kisah Michael, Bocah yang Memiliki Kadar Gula Darah Tertinggi di Dunia di Usia 6 Tahun


Sempat mengira asam lambung

Saat dihubungi Kompas.com, Rabu (27/9/2023), pemilik akun TikTok @fallscent adalah seorang wanita asal Bandung bernama Della Hiariej (25).

Wanita yang kerap dipanggil Della itu telah divonis gagal ginjal stadium akhir dan harus menjalani cuci darah seumur hidup, tepat di usia 22 tahun.

Della menceritakan, awal mulanya ia mengira bahwa gejala-gejala yang dirasakannya adalah gejala sakit asam lambung biasa.

"Saat bulan November 2020 mulai ada keluhan mual, muntah, sesak seperti sakit asam lambung dan selama seminggu itu sudah minum obat asam lambung. Tapi kondisi tidak membaik, jadinya ke Unit Gawat Darurat (UGD) Siloam," ujarnya kepada Kompas.com, Rabu.

"Saat masuk UGD semua diperiksa, saat itu aku tahu bahwa aku sakit gagal ginjal kronis stadium 5 karena hasil laboratorium menunjukan nilai ureum dan kreatinin yang tinggi," lanjutnya.

Della mengungkapkan bahwa ia sudah cukup lama merasakan gejala-gejala tersebut. Selain itu, ia juga menderita hipertensi atau tekanan darah tinggi.

"Sebenarnya gejala sudah lama, karena aku hipertensi dari waktu SMA, karena turunan ibu aku dan nenek aku semua darah tinggi," lanjut dia.

Selain itu, ia juga sempat merasakan lebam dan memar yang dianggapnya akibat dari kecapekan lantaran aktivitas yang ia jalani.

"Gejala memburuk seperti pusing kepala sebelah, mata memerah, mimisan, mual, muntah, sesak, dan ada banyak memar di tubuh," ungkap Della.

"Saat itu aku mengira gerd, karena ada rasa panas pada dada, sesak, dan muntah. Ini salah aku juga sih, self-diagnose bukannya ke dokter spesialis," sambungnya.

Baca juga: 10 Penyebab Gagal Ginjal yang Perlu Diwaspadai

Tidak pernah suntik pemutih

Lebih lanjut, Della menyampaikan bahwa dirinya selama ini tidak pernah mengalami sakit apapun, kecuali hipertensi.

"Tidak pernah sakit sebelumnya, tidak pernah masuk rumah sakit juga. Makanya kaget karena dokter bilang sakitnya seperti sudah lama karena tidak mungkin tiba-tiba stadium akhir," jelasnya.

Della juga mengaku bahwa dirinya tidak pernah menggunakan suntik putih atau mengonsumsi obat-obatan.

"Aku tidak pernah suntik putih, infuse whitening, atau obat apapun untuk memutihkan, karena banyak yang mengira ini alasannya," tegasnya.

"Aku juga memar bukan karena penyakit autoimun atau lupus. Tapi, kata dokter karena tensinya tinggi, pada saat waktu itu sampai angka 232. Jadi pembuluh darah pecah dan mengakibatkan memar," lanjut Della.

Della mengungkapkan, dulunya ia memiliki pola makan yang tidak sehat. Ia sering makan makanan asin yang mengandung banyak micin, makanan instan, junk food, dan juga mi.

Saat ini Della menjalani pengobatan berupa hemodialisis atau cuci darah yang dilakukan dua kali dalam seminggu. Cuci darah ini sudah berjalan selama 3 tahun.

"Untuk saat ini aku berobat jalan, cuman cuci darah aja kalau ke rumah sakit dan sudah berjalan 3 tahun semenjak sakit. Tiap bulan juga konsultasi ke dokter spesialis penyakit dalam dan ada obat rutin juga untuk tensi, kalsium, dan obat yang dibutuhkan saja," kata dia.

Baca juga: 5 Jenis Penyakit Gagal Ginjal dan Penyebabnya

Adanya peningkatan ureum dan kreatinin

Sementara itu, dokter spesialis penyakit dalam sekaligus Dekan Fakultas Kedokteran di Universitas Indonesia (UI), Ari Fahrial Syam mengatakan, pasien gagal ginjal akan mengalami peningkatan ureum dan kreatinin.

"Pada pasien gagal ginjal terjadi peningkatan ureum dan kreatinin. Di mana gejalanya akan seperti sakit maag, namun bukan seperti pasien Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)," ujarnya kepada Kompas.com, Rabu.

Kadar ureum dalam darah adalah indikator fungsi ginjal.

Di mana, ureum diproduksi sebagai produk sampingan di hati ketika protein dimetabolisme. Artinya, ureum adalah zat sisa dari pemecahan protein dan asam amino di dalam hati.

Sementara itu, kreatinin merupakan produk akhir dari metabolisme kreatin yang dilepaskan dari otot yang kemudian diekskresi oleh ginjal.

Kadar ureum normal pada pria dewasa adalah 8-24 mg/dL, sedangkan wanita dewasa 6-21 mg/dL.

Sementara itu, kreatinin normal pada dewasa berkisar untuk pria antara 0,6–1,2 mg/dL dan untuk wanita 0,5–1,1 mg/dL.

Baca juga: 6 Risiko Komplikasi GERD yang Perlu Diwaspadai, Apa Saja?

Gejala berbeda dengan GERD

Senada, dokter spesialis penyakit dalam dan Chairman JDN Indonesia, Andi Khomeini Takdir juga mengatakan bahwa gejala gagal ginjal dengan GERD itu berbeda.

"Gagal ginjal dan GERD itu berbeda, tapi memang pada pasien gagal ginjal terkadang terjadi ureumnya tinggi," terangnya terpisah.

"Ureum inilah yang sifatnya toksik ke saluran pencernaan. Jadi kadang-kadang ada pasien yang merasa mual dan muntah," lanjut dia.

Ia mengatakan, ada beberapa penyebab dari gagal ginjal, mulai dari infeksi, batu ginjal yang tidak diatasi atau tidak diobati, diabetes yang tidak terkontrol, hipertensi yang tidak terkontrol, dan lainnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi