Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Pelaku "Bullying" Merasa Bangga Usai Menyakiti Korban? Ini Kata Psikolog

Baca di App
Lihat Foto
Freepik
Pelajar di Indonesia masih rentan mengalami bullying.
|
Editor: Farid Firdaus

KOMPAS.com - Topik bullying kembali ramai dibahas setelah video perundungan yang dialami siswa SMPN Cimanggu, Cilacap, Jawa Tengah, beredar di media sosial.

Kejadian itu diketahui warganet antara lain dari unggahan akun X @Lucunyadimanaa, Kamis (27/9/2023).

Video tersebut memperlihatkan seorang siswa SMP dipukuli dan ditendangi seorang temannya berkali-kali hingga tersungkur.

Kejadian bullying terhadap siswa SMPN di Cilacap itu bukan satu-satunya kasus perundungan di kalangan pelajar yang pernah terjadi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari video yang beredar di media sosial, rata-rata pelaku bullying tampak menunjukkan ekspresi bangga atas apa yang dilakukannya.

Mengapa demikian?

Baca juga: Video Viral Perundungan Siswa SMP di Cilacap, Korban Sempat Ditendang Berkali-kali

Faktor yang menyebabkan pelaku bullying merasa bangga

Psikolog sekaligus dosen Fakultas Psikologi Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta Ratna Yunita Setiyani Subardjo mengatakan, pelaku bullying mempunyai ekspektasi sendiri dan memiliki tolok ukur untuk menyakiti orang lain.

Pada saat melakukan aksinya, pelaku merasa bangga karena mendapat kepuasan setelah mampu mengerjai orang lain.

Menurut Ratna, kepuasan yang dialami pelaku bullying hanyalah kepuasan yang semu.

“Dari sisi pelaku bullying memang merasa puas, tapi kepuasan itu bukanlah kepuasan yang bisa membuat dia bangga dalam arti yang sebenarnya,” ujar Ratna kepada Kompas.com, Kamis (28/9/2023).

Kebanggaan pelaku bullying setelah melakukan aksinya membuat ia merasa mempunyai kekuatan untuk menyakiti korbannya.

Baca juga: 6 Jenis Bullying yang Wajib Diketahui Orangtua agar Anak Tak Jadi Korban

Ciri-ciri pelaku bullying

Ratna menjelaskan, pelaku bullying memiliki ciri-ciri suara yang lebih besar, badan lebih besar, dan merasa memiliki kekuasaan yang lebih besar.

Sehingga, pelaku bullying mendapatkan sesuatu yang bisa dibanggakan.

Contohnya, saat korbannya merasa ketakutan dan menangis, itu menjadi titik bangga yang didapatkan pelaku bullying.

Seolah-olah, kata Ratna, tindakan tak terpuji seperti itu dianggap pelaku bullying sebagai kekuatan atau power.

“Tapi power-nya salah kaprah,” tandas Ratna.

Selain itu, pelaku bullying juga merasa perbuatannya sebagai suatu prestasi. Tapi, bukanlah sesuatu prestasi yang bisa dibanggakan dalam arti sebenarnya.

“Tapi, bagi pem-bully sendiri mereka merasa bangga. Karena itulah disebut upnormal, karena hal tersebut tidak wajar,” ungkap Ratna.

“Pem-bully itu tidak pernah merasa salah,” sambungnya.

Baca juga: Menilik Fenomena Bullying Pelajar Indonesia

Pemicu perilaku bullying

Munculnya perilaku bullying, menurut Ratna, dipicu oleh trauma yang menghasilkan dendam.

Di sisi lain, seseorang bisa menjadi pelaku bullying karena dia ingin menunjukkan eksistensinya.

“Karena dia di-bully, kemudian pelaku bully merasa sakit hati, dendam, hingga akhirnya dia ganti mem-bully orang lain,” ujarnya.

Apakah pelaku bullying bisa merasa menyesal?

Menurut Ratna, pelaku bullying dapat menyesali perbuatannya. Namun, hal ini terjadi secara bertahap.

Menyadarkan pelaku bullying bisa dilakukan dengan terapi perilaku (behavior) dan terapi kognitif.

“Intinya pelaku ditanamkan di dalam pikirannya dan distruktur ulang. Jadi, yang selama ini dia anggap biasa, kita struktur ulang agar tidak melakukan bullying lagi yang menurut orang lain merupakan tindakan tidak baik,” terangnya.

Baca juga: Siswa SMP di Temanggung Bakar Sekolah karena Sering Di-bully, Mengapa Anak Bisa Menjadi Pelaku Bullying?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi