Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rutin Olahraga tapi Tak Diimbangi Pola Makan Sehat, Apa Bahayanya?

Baca di App
Lihat Foto
Unsplash
Olahraga pada umumnya merupakan kunci penting untuk memelihara kondisi tubuh agar tetap sehat dan bugar. Namun, penderita gagal ginjal, perlu memerhatikan cara berolahraga yang benar agar kondisinya tetap stabil.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Rutin olahraga dan mengonsumsi makanan bernutrisi dapat membantu menjaga kesehatan tubuh.

Kedua kebiasaan itu juga dapat menurunkan berat badan bagi mereka yang tengah melakukan program diet.

Dalam jangka panjang, olahraga dan makan makanan bernutrisi mampu mengontrol berat badan.

Namun, bagaimana jika kita hanya rutin berolahraga tanpa diimbangi dengan mengonsumsi makanan-makanan sehat?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahaya olahraga tanpa makan sehat

Olahraga merupakan cara terbaik untuk menjaga stamina dan kesehatan tubuh.

Namun, sebuah penelitian menunjukkan bahwa diet yang fokus pada olahraga tanpa konsumsi makanan sehat dan bernutrisi memiliki dampak buruk bagi kesehatan.

Dikutip dari CNN, peneliti menemukan bahwa mereka yang berolahraga secara teratur tetapi makan apa saja yang mereka inginkan memiliki risiko kematian yang lebih besar dibandingkan dengan orang yang berolahraga dan mengonsumsi makanan sehat.

Hal ini disebabkan oleh komposisi lemak dalam tubuhnya.

Umumnya, mereka yang berolahraga tapi makan sembarangan memiliki badan "kurus tapi sebenarnya gemuk".

Istilah kontrakdiktif itu menunjukkan kondisi ketika seseorang terlihat langsing namun memiliki kadar lemak tubuh yang tinggi.

Kondisi ini mungkin terjadi pada mereka yang rutin berolahraga di gym. Mereka umumnya akan memiliki sedikit lemak subkutan, lemak yang berada tepat di bawah kulit, tetapi memiliki lebih banyak lemak visceral atau lemak perut.

Lapisan lemak visceral ini tidak terlalu terlihat karena membungkus organ-organ tubuh Anda.

Baca juga: Alasan Berat Badan Turun Drastis padahal Makan Banyak dan Faktor Risikonya

Tingkatkan risiko stroke

Ahli fisiologi olahraga dan profesor kesehatan dan kinerja manusia di High Point University di North Carolina, Colin Carriker mengatakan, lemak visceral lebih berbahaya daripada lapisan luar lemak yang Anda lihat.

Penumpukan lemak visceral terjadi karena mengonsumsi makanan olahan yang tinggi gula, garam, dan karbohidrat.

Lapisan lemak visceral ini dapat menyebabkan risiko yang sama dengan mereka yang mengalami obesitas.

Sebagai contoh, penumpukan lemak visceral yang beredar di seluruh tubuh dapat menyebabkan arteri mengeras dan menyempit yang dikenal aterosklerosis.

Penyumbatan ini menghentikan aliran darah ke seluruh jaringan tubuh dan meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.

Baca juga: 6 Pilihan Diet Terbaik untuk Menurunkan Berat Badan di Usia 50 Tahun ke Atas

Porsi makan sehat

Diet atau menjaga berat badan tetap ideal bukan berarti membuat Anda tidak bisa mengonsumsi makanan yang disukai.

Ketahuilah bahwa menjaga berat badan tetap ideal adalah dengan membakar kalori sebesar yang Anda konsumsi.

Di sisi lain, diet juga bisa dilakukan dengan menjaga porsi makan. Anda bisa menerapkan porsi makan sesuai dengan anjuran Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Berikut pedomannya:

1. Makanan Pokok

Makanan pokok terdiri dari nasi, kentang, ubi, dan sumber karbohidrat lainnya. Pastikan piring Anda terdiri dari nasi 150 gram.

2. Lauk pauk

Lauk pauk terdiri dari makanan yang mengandung protein, baik itu protein hewani atau nabati.

Berikut pilihannya:

  • Ikan kembung: 75 gram
  • Ayam tanpa kulit: 2 potong ukuran sedang atau sekitar 80 gram
  • Telur ayam: satu butir
  • Daging sapi: 2 potong ukuran sedang atau sekitar 70 gram.
3. Sayuran

Pilih sayuran sebanyak 150 gram atau 1 mangkuk sedang. Konsumsi sayur penting bagi tubuh karena memiliki kandungan serat yang tinggi.

4. Buah

Penuhi kebutuhan vitamin dan mineral dengan mengonsumsi 150 gram atau 2 potong buah berukuran sedang.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi