Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Temukan Virus dalam Kotoran Hewan, Bisa Menjadi Obat Antibiotik Baru

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/Paul Brennan
Ilustrasi jerapah tidur. Salah satu cara jerapah tidur adalah dengan duduk. Jerapah juga tidur sambil berdiri yang membantunya tetap siaga.
|
Editor: Farid Firdaus

KOMPAS.com - Ilmuwan di Inggris telah menemukan sebuah virus yang diambil dari kotoran jerapah, lemur, dan mamalia berkumis yang disebut binturong.

Virus ini disebut bisa berguna untuk membunuh bakteri yang resistan terhadap obat dan mencegah resistensi antibiotik lebih lanjut, dilansir dari Live Science, Minggu (1/10/2023).

Para peneliti dari University of Sheffield di Inggris telah berburu virus yang menginfeksi bakteri dan dikenal sebagai bakteriofag.

Bakteri ini terdapat dalam kotoran hewan dari Yorkshire Wildlife Park, pusat konservasi dan rehabilitasi satwa liar di Branton, Inggris.

Taman tersebut menampung sekitar 475 hewan yang mewakili lebih dari 60 spesies sehingga memberikan kesempatan kepada para ilmuwan untuk mencari bakteriofag yang disebut "fag" dalam berbagai kotoran eksotis.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Langka, Jerapah Tanpa Corak Lahir di Kebun Binatang AS, Apa Penyebabnya?


Mengapa menggali fag dalam kotoran hewan?

Ketua mikrobiologi di University of Sheffield dan pemimpin penelitian ini, Graham Stafford mengatakan, ide untuk mencari fag di dalam kotoran hewan muncul ketika ia mengunjungi taman margasatwa bersama keluarganya.

Ketika Stafford menghubungi staf taman mengenai proyek ini, staf tersebut sangat ingin membantu.

Fag adalah bahan utama dalam pengobatan baru untuk infeksi bakteri yang dikenal sebagai terapi fag.

Dalam uji klinis dan kasus-kasus ekstrem di mana pengobatan lain gagal, dokter telah menggunakan fag sebagai alternatif atau suplemen untuk antibiotik tradisional.

Fag biasanya dapat membunuh bakteri penyebab penyakit dengan menyerang sel kuman dan membelahnya dari dalam.

Fag dapat memiliki target yang sangat sempit, sedikitnya satu atau beberapa strain bakteri dalam satu spesies. Ini berarti mereka tidak menekan banyak bakteri untuk menolak pengobatan, seperti halnya dengan antibiotik berspektrum lebih luas.

Baca juga: Mengenal Cara Kerja Probiotik yang Dikenal sebagai Bakteri Baik

Selain itu, fag juga masih mendorong evolusi bakteri. Akan tetapi, kata Stafford, ketika berevolusi untuk menghindari fag, bakteri yang ditargetkan cenderung menjadi lebih rentan terhadap antibiotik tradisional.

Stafford dan rekan-rekannya bertekad untuk menemukan fag baru. Mereka kemudian menemukannya di kotoran hewan.

Penemuan ini sekaligus untuk menambah variasi fag yang dapat digunakan dalam pengobatan.

"Mereka cenderung hanya menargetkan spesies tertentu atau bahkan strain tertentu. Jadi, semakin banyak yang kita miliki, semakin besar kesempatan kita untuk membawa terapi ini ke titik di mana kita dapat mencakup sebanyak mungkin basis," kata Stafford.

Baca juga: Apakah Kotoran Udang Boleh Dimakan? Ini Penjelasan Ahli

Beberapa kotoran hewan yang telah diteliti

Sebelumnya, para peneliti mengisolasi fag dari mulut manusia karena mereka mencari fag yang dapat mengobati bakteri umum yang menginfeksi akar gigi.

"Selain itu, mereka juga mencari fag dalam berbagai kotoran hewan ternak, seperti sapi dan ayam," kata Stafford.

Dilansir dari laman resmi University of Sheffield (21/9/2023), tim tersebut telah bekerja sama dengan Taman Margasatwa Yorkshire selama kurang lebih satu tahun.

Hingga kini, tim telah mengumpulkan fag dari babon Guinea (Papio papio), jerapah (Giraffa), babi Visayans (Sus cebifron), dan binturong (Arctictis binturong), serta berbagai jenis lemur.

Baca juga: Para Ilmuwan Temukan Golongan Darah Baru, Apa Namanya?

Setelah para peneliti mendapatkan sampel kotoran, mereka menambahkan air, menghaluskannya menjadi bubur, lalu menyaring campuran kotoran tersebut hingga hanya virus yang tersisa.

"Jadi, sekarang sudah jauh dari kata bau," kata Stafford.

Selanjutnya, mereka memindahkan bakteri di wadah laboratorium ke fag yang telah disaring untuk menentukan kuman mana yang dapat diinfeksi oleh fag tersebut. Ini nantinya akan menunjukkan fag mana yang akan berguna untuk perawatan manusia.

Selain itu, mereka juga mengekstrak DNA dari fag untuk membandingkan genetika mereka dengan virus yang telah didata sebelumnya, menguji stabilitas, ketahanan panasnya, serta mengambil gambar mikroskopis untuk melihat bentuk dan ukurannya.

Baca juga: Keanu Reeves Jadi Nama Senyawa Bakteri yang Baru Ditemukan Ilmuwan, Mematikan seperti John Wick

Percobaan fag untuk pengobatan diabetes

Saat ini tim tengah berfokus untuk menemukan fag yang dapat membantu mengobati infeksi kaki pada penderita diabetes. Infeksi ini merupakan komplikasi umum bagi mereka yang kadar gula darahnya tidak terkendali dengan baik dengan pengobatan.

Di tempat lain, uji klinis sedang berlangsung atau akan dimulai untuk menguji terapi fag untuk infeksi semacam itu.

Selain itu, beberapa uji coba tahap awal yang telah selesai menunjukkan, pengobatan tersebut aman pada manusia.

"Penting untuk tidak berpikir bahwa Anda akan mengambil kotoran dan menaruhnya di kaki orang. Pada akhirnya, Anda membuat sebuah produk, seperti obat atau salep," ujar Stafford.

Jadi, terlepas dari mana fag dalam pengobatan ini awalnya ditemukan, fag yang berakhir di obat-obatan telah dimurnikan, ditumbuhkan di laboratorium, dan disimpan dengan aman di bawah kondisi yang terkendali.

Sementara itu, Stafford dan rekan-rekannya sedang berupaya merumuskan campuran fag yang dapat diuji sebagai pengobatan antibakteri.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi