Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: 7 Pahlawan Revolusi Korban G30S/PKI Ditemukan di Lubang Buaya

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/FAQIHAH MUHARROROH ITSNAINI
Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Hari ini, 58 tahun yang lalu atau tepatnya pada 3 Oktober 1965, sebanyak enam jenderal dan satu perwira TNI AD yang menjadi korban saat peristiwa G30S/PKI ditemukan.

Mereka diculik dan dibunuh pada 30 September 1965 lantaran menjadi korban adanya isu Dewan Jenderal yang ingin melakukan kudeta kepada Presiden Soekarno.

Setelah dibunuh, ketujuh orang yang kemudian disebut sebagai Pahlawan Revolusi itu dibuang di sebuah sumur di wilayah Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Baca juga: Profil Presiden Pertama RI: Soekarno

Ketujuh Pahlawan Revolusi itu yakni:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

  1. Jenderal Ahmad Yani
  2. Mayjen Raden Soeprapto
  3. Mayjen Mas Tirtodarmo Haryono
  4. Mayjen Siswondo Parman
  5. Brigjen Donald Isaac Panjaitan
  6. Brigjen Sutoyo Siswomiharjo
  7. Lettu Pierre Andreas Tendean.

Pierre Tendean ikut diculik dan dibunuh karena menyamar sebagai AH Nasution demi menyelamatkan atasannya itu.

AH Nasution pun berhasil melarikan diri dan selamat dari peristiwa tersebut.

Baca juga: 5 Fakta Film G30S/PKI, dari Film Wajib Era Soeharto hingga Pecahkan Rekor Penonton

Baca juga: Jadi Tempat Pembuangan 7 Pahlawan Revolusi, Ini Asal-usul Nama Lubang Buaya

Pencarian 7 Pahlawan Revolusi

Dikutip dari Kompas.com (28/9/2022), pencarian intensif mulai dilakukan sejak 1 Oktober 1965 subuh kepada tujuh Pahlawan Revolusi itu.

Berdasarkan informasi yang ada, tim Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD) mendapat petunjuk bahwa ketujuh orang itu dibawa ke Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Sesampainya di wilayah itu, tim RPKAD melihat sejumlah orang bersenjata lengkap dalam kondisi siap tempur.

Diperkirakan, jumlah orang-orang itu sekitar kekuatan satu batalion. RPKAD pun menduga bahwa mereka merupakan pasukan dari G30S.

Baca juga: Sejarah Film Pengkhianatan G30S/PKI dan Alasannya Dihentikan Tayang di TV

Setelah mengetahui jumlah pasukan musuh yang jauh lebih banyak, RPKAD memutuskan kembali ke pos komandonya.

Sesampainya di pos komando, RPKAD segera mengumpulkan anggota-anggota lain dan memutuskan maju mendekat ke lokasi yang mereka curigai itu.

Beruntungnya, jumlah pasukan RPKAD sama besar dengan jumlah pasukan diduga G30S tersebut.

Bahkan, musuh pun tak berani menandingi pasukan RPKAD dan memilih pergi pada akhirnya.

Begitu mereka pergi, tim RPKAD segera mengusut lokasi untuk menemukan jenazah ketujuh orang yang diculik.

Baca juga: Jadi Film Wajib Era Soeharto, Mengapa Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI Berhenti Ditayangkan?

Penemuan dan pengangkatan 7 Pahlawan Revolusi

Dilansir dari Kompas.com (30/9/2022), jenazah tujuh Pahlawan Revolusi baru ditemukan pada 3 Oktober 1965 di sebuah sumur tua di Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Sumur tua itu memiliki kedalaman sekitar 12 meter dan diameternya sekitar 0,75 meter. Kondisi itu membuat tim evakuasi sempat mengalami kesulitan karena keterbatasan alat.

Saat ditemukan, posisi jasad ketujuh orang itu bertumpuk satu sama lain.

Meski begitu, pada akhirnya mereka berhasil dikeluarkan dalam kondisi sulit dikenali pada 4 Oktober 1965.

Baca juga: Kesaksian AH Nasution dalam Peristiwa G30S/PKI

Menjalani autopsi di RSPAD

Setelah diangkat dari sumur di Lubang Buaya, jasad tujuh Pahlawan Revolusi itu dibawa ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD), Jakarta Pusat guna menjalani autopsi.

Jasad tujuh Pahlawan Revolusi itu ditangani oleh dua dokter RSPAD yakni Brigjen Roebiono Kartopati dan Kolonel Frans Pattiasina, serta tiga dokter dari Ilmu Kedokteran Kehakiman Universitas Indonesia, yaitu Sutomo Tjokronegoro, Liau Yan Siang, dan Lim Joe Thay.

Banyak informasi beredar bahwa bagian tubuh tujuh korban G30S/PKI itu diiris, alat kelaminnya dipotong, serta matanya dicongkel sebelum akhirnya dihujani peluru hingga tewas.

Adanya perusakan atau mutilasi secara mengerikan juga digambarkan dalam film Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI (1984) yang menjadi tayangan wajib televisi pada masa Orde Baru.

Narasi tersebut yang selama puluhan tahun ditekankan oleh pemerintah Orde Baru dan dipercaya masyarakat, hingga menciptakan kebencian mendalam kepada para pihak yang terlibat, khususnya PKI yang dituding menjadi dalang peristiwa G30S.

Namun salah satu dokter forensik yang melakukan autopsi korban, yakni Lim Joe Thay membantah informasi tersebut.

Baca juga: Di Mana Sukarno dan Soeharto Saat Peristiwa G30S/PKI?

Berikut kesaksian Lim Joe Thay dalam buku milik Surya Lesmana:

"Kami periksa penis korban dengan teliti, Jangankan terpotong, bahkan luka iris saja tidak ada. Itu faktanya. Satu lagi: mata yang dicongkel. Memang kondisi mayat ada yang bola matanya copot, bahkan ada yang kotal-katil. Tapi itu karena sudah lebih dari tiga hari terendam, bukan karena dicongkel paksa...".

"Saya sedikit mengangkat kepala mayat yang sedang saya periksa dan baru sadar Pak Harto ada di ruangan. Dia mengenakan battle dress (pakaian tempur). Kabarnya RSPAD dari malam sampai pagi itu dijaga ketat pasukan Kostrad. Kami tanyakan waktu itu, apakah mayat para jenderal akan diotopsi secara lengkap atau tidak. Para jenderal yang hadir, termasuk Pak Harto bilang tak usah...".

Kemudian pada 5 Oktober 1965, keenam jenderal dan satu perwira TNI AD korban G30S/PKI itu dimakamkan secara layak di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan.

Baca juga: 3 Teori soal Dalang dan Penyebab Peristiwa G30S/PKI

Kondisi tujuh Pahlawan Revolusi

Berikut kondisi ketujuh jenazah Pahlawan Revolusi yang dibuang di Lubang Buaya menurut laporan tim forensik:

Jenderal Ahmad Yani
  • Luka tembak masuk: 2 di dada kiri, 1 di dada kanan bawah, 1 di lengan kanan atas, 1 di garis pertengahan perut, 1 di perut bagian kiri bawah, 1 perut kanan bawah, 1 di paha kiri depan, 1 di punggung kiri, 1 di pinggul garis pertengahan.
  • Luka tembak keluar: 1 di dada kanan bawah, 1 di lengan kanan atas, 1 di punggung kiri sebelah dalam.
  • Kondisi lain: sebelah kanan bawah garis pertengahan perut ditemukan kancing dan peluru sepanjang 13 mm, pada punggung kanan iga kedelapan teraba anak peluru di bawah kulit.
Mayjen Raden Soeprapto
  • Luka tembak masuk: 1 di punggung pada ruas tulang punggung keempat, 3 di pinggul kanan (bokong), 1 di pinggang kiri belakang, 1 di pantat sebelah kanan, 1 di pinggang kiri belakang, 1 di pantat sebelah kanan, 1 di pertengahan paha kanan.
  • Luka tembak luar: 1 di pantat kanan, 1 di paha kanan belakang.
  • Luka tidak teratur: 1 di kepala kanan di atas telinga, 1 di pelipis kanan, 1 di dahi kiri, 1 di bawah cuping kiri.
  • Kondisi lain: tulang hidung patah, tulang pipi kiri lecet.
Mayjen Mas Tirtodarmo Haryono
  • Luka tidak teratur: 1 tusukan di perut, 1 di punggung tangan kiri, 1 di pergelangan tangan kiri, 1 di punggung kiri (tembus dari depan).
Mayjen Siswondo Parman
  • Luka tembak masuk: 1 di dahi kanan, 1 di tepi lekuk mata kanan, 1 di kelopak atas mata kiri, 1 di pantat kiri, 1 paha kanan depan.
  • Luka tembak keluar: 1 di tulang ubun-ubun kiri, 1 di perut kiri, 1 di paha kanan belakang.
  • Luka tidak teratur: 2 di belakang daun telinga kiri, 1 di kepala belakang, 1 di tungkai kiri bawah bagian luar, 1 di tulang kering kiri.
  • Bekas benda tumpul: tulang rahang atas dan bawah.
Brigjen Donald Isaac Panjaitan
  • Luka tembak masuk: 1 di alis kanan, 1 di kepala atas kanan, 1 di kepala kanan belakang, 1 di kepala belakang kiri.
  • Luka tembak keluar: 1 di pangkal telinga kiri.
  • Kondisi lain: punggung tangan kiri terdapat luka iris.
Brigjen Sutoyo Siswomiharjo
  • Luka tembak masuk: 2 di tungkai kanan bawah, 1 di atas telinga kanan.
  • Luka tembak keluar: 2 di betis kanan, 1 di atas telinga kanan.
  • Luka tidak teratur: 1 di dahi kiri, 1 di pelipis kiri, 1 di tulang ubun-ubun kiri, di dahi kiri tengkorak remuk.
  • Bekas benda tumpul: empat jari kanan.
Lettu Pierre Andreas Tendean
  • Luka tembak masuk: 1 di leher belakang sebelah kiri, 2 di punggung kanan, 1 di pinggul kanan.
  • Luka tembak keluar: 2 di dada kanan.
  • Luka tidak teratur: 1 di kepala kanan, 1 di tulang ubun-ubun kiri, 1 di puncak kepala.
  • Kondisi lain: lecet di dahi dan pangkal dua jari tangan kiri.

Baca juga: Peristiwa G30S/PKI: Sejarah, Kronologi, dan Tokohnya

(Sumber: Kompas.com/Verelladevanka Adryamarthanino, Widya Lestari Ningsih | Editor: Tri Indriawati)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi