KOMPAS.com - Insomnia adalah kondisi di mana seseorang tidak tidur sebagaimana mestinya. Itu bisa berarti kurang tidur, atau sulit tertidur atau nyenyak.
Seseorang dengan insomnia dapat mengalami gangguan pada perasaan atau fungsi tubuh karena kurang atau tidak cukup tidur.
Bagi sebagian orang, insomnia merupakan ketidaknyamanan kecil. Namun untuk sebagian lainnya, insomnia bisa menjadi gangguan besar.
Tubuh manusia membutuhkan tidur yang berkualitas. Jika Anda kurang tidur, dapat berdampak pada banyak hal, termasuk kondisi tubuh yang kurang baik.
Baca juga: Cara Mengatasi Insomnia, Salah Satunya Justru dengan Bangun dari Kasur
Dikutip dari laman Cleveland Clinic, insomnia parah atau berlangsung lama akan menyebabkan kurang tidur.
Dan masalah utama dengan kurang tidur adalah kantuk di siang hari, yang bisa berbahaya jika Anda sedang mengemudi atau melakukan tugas lain yang membutuhkan konsentrasi.
Selain itu, kurang tidur juga dapat meningkatkan risiko kondisi tertentu, antara lain:
- Depresi
- Kecemasan
- Tekanan darah tinggi (hipertensi)
- Serangan jantung
- Struk
- Apnea tidur obstruktif
- diabetes tipe 2
- Kegemukan
- Kondisi yang melibatkan psikosis.
Baca juga: Mengapa Lansia Cenderung Lebih Mudah Mengalami Insomnia? Berikut Alasannya
Bahaya insomnia bagi kesehatan mental
Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa kondisi insomnia dapat memberikan sejumlah dampak negatif termasuk kecemasan dan depresi.
Menurut laman Sleep Foundation, bagi banyak orang, insomnia berhubungan erat dengan diagnosis gangguan kesehatan mental.
Faktanya, sekitar 50 persen penderita insomnia juga memiliki kondisi kesehatan mental. Dan hubungan antara penyakit mental dengan kondisi insomnia sangatlah kompleks.
Para ahli percaya bahwa insomnia berdampak pada kesehatan mental seseorang. Sebaliknya, kesehatan mental juga dapat memengaruhi kondisi tidur seseorang.
Bagi penderita insomnia, kualitas tidur yang buruk dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi kesehatan mental, memperburuk gejala kondisi yang sudah ada, atau menghambat efektivitas pengobatan.
Baca juga: 6 Ramuan Herbal untuk Mengatasi Insomnia, Apa Saja?
Bukti menunjukkan bahwa kurang tidur dapat menyebabkan perubahan suasana hati serupa dengan yang terlihat pada kecemasan dan depresi.
Masalah tidur juga dikaitkan dengan banyak kondisi kesehatan mental, termasuk depresi, gangguan kecemasan, gangguan bipolar, hingga skizofrenia.
Sejalan dengan itu, dilansir dari laman Healthline, insomnia bisa terjadi karena rasa cemas, dan hubungan antara keduanya bisa terjadi dua arah.
Seseorang mungkin merasa sulit untuk tertidur ketika ia tidak dapat menenangkan perasaan khawatir dan takut yang terus-menerus.
Sebaliknya, insomnia kronis bisa membuat mereka merasa cemas karena tidak bisa tidur, dan membuat lebih sulit mengelola emosi yang tidak diinginkan di siang hari.
Baca juga: 7 Penyebab Insomnia yang Sering Disepelekan, Apa Saja?
Selain itu, ada bukti lain yang menunjukkan adanya hubungan erat antara insomnia dan depresi.
Sebuah meta-analisis tahun 2016 terhadap 34 penelitian menyimpulkan bahwa kurang tidur, terutama saat stres, tampaknya meningkatkan risiko depresi secara signifikan.
Dalam sebuah penelitian tahun 2018 yang melibatkan 1.126 orang dewasa yang tidak memiliki diagnosis insomnia atau depresi saat penelitian dimulai.
Diketahui, risiko depresi meningkat karena gejala insomnia yang terus-menerus memburuk seiring berjalannya waktu.
Terlebih lagi, masalah kesulitan tidur, termasuk insomnia, juga menjadi salah satu gejala utama depresi.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.