KOMPAS.com - Seorang warga Desa Pasir Panjang, Kecamatan Komodo, Pulau Rinca, Nusa Tenggara Timur bernama Ratna (46), digigit komodo, Senin (2/10/2023).
Kejadian ini bermula saat Ratna sedang menjemur ikan di depan rumahnya. Pada saat bersamaan, seekor komodo sedang mengejar kambing yang berlari menuju ke arahnya.
Gagal mengejar kambing yang lebih cepat berlari, komodo tersebut justru menggigit tangan Ratna.
"Saat kambing luput dari kejaran, kebetulan korban ini sedang jemur ikan. Komodo langsung sambar tangannya. Korban sempat digigit, untung cepat dibantu warga lain," kata keluarga korban bernama Sumardi, dikutip dari Kompas.com (2/10/2023).
Gigitan komodo itu tepat berada di pergelangan tangan kanan Ratna. Akibat gigitan itu, banyak darah yang keluar dari area gigitan tersebut.
Hingga kini, Ratna masih menjalani perawatan di RS Siloam Labuan Bajo.
Baca juga: Detik-detik Perempuan Digigit Komodo di Pulau Rinca, Korban Dilarikan ke RS
Racun mematikan komodo
Dikutip dari National Geographic (18/5/2009), komodo dapat membunuh korban atau mangsanya dengan giginya yang tajam dan racun bisa.
Disebutkan, komodo memiliki racun kuat yang dikirim melalui giginya yang tajam. Racun ini dapat membunuh manusia dalam beberapa jam.
Hal ini berbeda dengan anggapan sebagian besar orang sebelumnya yang menyebut, komodo berbahaya karena air liurnya mengandung bakteri sehingga menyebabkan kematian.
"Keseluruhan hal yang menyebut soal bakteri di air liur komodo hanyalah sebuah dongeng ilmiah," kata peneliti di Melbourne University, Australia, Bryan Fry.
Baca juga: Apakah Komodo Berbahaya dan Bisa Membunuh Manusia?
Efek racun komodo
Penelitian yang dilakukan ilmuwan Bryan Fry di Melbourne University menyebutkan, racun komodo menyebabkan penurunan tekanan darah secara tiba-tiba dan membuat korbannya syok.
Kemudian pada saat yang sama, racunnya menghentikan pembekuan darah korban, sehingga menyebabkan kematian.
Penelitian di Proceedings of the National Academy Sciences menyebutkan, hewan yang lolos dari serangan awal komodo akan segera melemah dan mati.
Komodo kemudian melacak mangsanya yang terluka dan memakannya setelah lumpuh.
Dalam racun komodo terdapat beberapa senyawa yang menurunkan tekanan darah sama kuatnya dengan yang ditemukan pada ular paling berbisa di dunia, yaitu ular taipan.
Baca juga: Warga Digigit Komodo di Permukiman Pulau Rinca, BTNK: Murni Kecelakaan
Cara komodo menyebarkan racunnya
Berbeda dengan sejumlah hewan yang memiliki bisa beracun seperti ular, Fry menyebutkan, proses keluarnya racun pada komodo lebih rumit.
Jika ular biasanya memiliki saluran racun tunggal yang mengarah ke taringnya. Namun Komodo memiliki banyak saluran yang terletak di antara giginya.
Namun hal ini bukan berarti komodo tidak mengeluarkan racunnya seefisien ular.
Alih-laih menyuntikkan racun secara langsung melalui gigitan yang kuat, komodo menggunakan gerakan gigitan dan tarikan khusus untuk mengeluarkan racun ke dalam luka selama serangan yang terus-menerus.
“Ini adalah sistem saluran paling rumit yang pernah ditemukan pada reptil hingga saat ini,” katanya.
Kombinasi mematikan
Kombinasi racun dan beberapa luka robek dari gigi komodo yang tajam dan bergerigi inilah yang membuat komodo begitu mematikan.
“Mereka tidak seperti ular kobra, yang hanya bisa ular. Komodo punya persenjataan gabungan,” kata Fry.
Temuan ini menunjukkan bahwa kerabat purba Komodo, Megalania, menggunakan pendekatan serupa dengan menggunakan racun plus luka.
Kadal raksasa, yang berkeliaran di Australia sekitar 40.000 tahun lalu, berukuran panjang sekitar 4 meter.
Karya Fry yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences dapat diartikan bahwa Megalania adalah hewan berbisa terbesar yang pernah hidup.
Tentang komodo
Komodo hidup di beberapa pulau di Indonesia dan biasanya tumbuh hingga panjang 3 meter dan berat sekitar 50 kg.
Mereka menunggu mangsa dan menyergapnya dengan menyerang ke depan dengan rahang terbuka.
Kadal raksasa ini bisa menghabiskan waktu berjam-jam di satu tempat, menunggu babi hutan, rusa, kambing, dan mamalia besar lainnya lewat.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.