Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Menjajaki Jajak Pendapat

Baca di App
Lihat Foto
shutterstock.com/By Maddas
Ilustrasi survei penduduk
Editor: Sandro Gatra

KREDIBILITAS apa yang disebut sebagai jajak pendapat alias polling alias survei alias riset atau apapun namanya, bisa diperdebatkan sampai mulut habis berbuih tanpa berhasil menemukan kebenaran yang dicari.

Harus diakui memang lebih mudah melakukan jajak pendapat dengan perbendaharaan aneka ragam metode yang tersedia ketimbang mempertanggung-jawabkan keabsahan kebenarannya.

Memang tidak mudah -- untuk tidak menggunakan istilah mustahil -- melakukan jajak pendapat secara sama sekali lepas dari dalih cetirus paribus, sebab satu-satunya unsur yang tidak berubah memang hanya sang perubahan itu sendiri.

Lingkungan riset yang dilakukan hari ini, dijamin pasti tidak sama alias beda dengan lingkungan pada saat hasil riset dipublikasikan.

Bahkan setiap insan manusia yang diwawancara sebagai sumber jajak pendapat pada hakikatnya memiliki pendapat yang setiap saat bisa berubah dengan alasan tertentu maupun tanpa alasan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari ini berpendapat begini, besok bisa begitu. Bahkan pagi begini, siang begitu, sore lain lagi.

Maka sudah menjadi kelaziman saintifikal-matematikal bahwa setiap hasil jajak pendapat niscaya diberi embel-embel terminologi keren berwibawa akademis, yaitu margin-error yang justru menjamin hasil riset pasti belum tentu sama 100 persen dengan kenyataan yang juga pasti sudah berubah.

Namun minimal satu hal dapat disepakati bersama, yaitu fakta bahwa polling masa kini sudah menjadi bagian hakiki melekat pada kehidupan politik masyarakat yang disebut sebagai modern dan demokratis.

Hanya di negara-negara non-demokratis seperti China, Kuba, Korea Utara, Rusia, Arab Saudi, polling tidak dibutuhkan, sebab keputusan mengenai siapa berhak menjadi pemimpin negara sepenuhnya mutlak diputuskan oleh yang sedang berkuasa.

Sementara di negara-negara demokratis di mana kepala negara dipilih langsung rakyat dari rakyat untuk rakyat, suka tak suka fakta membuktikan bahwa jajak pendapat telah menjadi bagian hakiki melekat pada pemilihan umum.

Industri jajak pendapat sedemikian subur tumbuh-kembang di masyarakat kapitalis sebagai komoditas industri hiburan melalui media massa dan media sosial maupun media asosial yang memiliki potensi menggerakkan arus gerak uang sebagai pemeran utama mekanisme roda ekonomi secara bukan alang kepalang.

Di masyarakat penganut mazhab kapitalisme adalah wajar bahwa industri jajak-pendapat merupakan sumber nafkah lukratif bagi para pemilik serta pemodal perusahaan jajak-pendapat maupun buruh industri polling.

Statistik, stokastik, dan probabilitas sudah berjaya menjadi produk “ilmiah” yang laris-manis diperjual-belikan.

Diakui atau tidak diakui, de facto industri jajak-pendapat mampu menjadi instrumen sakti mandraguna bukan hanya terbatas untuk mendeteksi opini publik, namun juga ampuh untuk memengaruhi, bahkan merekayasa demi membentuk opini publik sesuai kehendak sang pemodal dan produsen jajak-pendapat.

Pendek kata plesetan bijak Gus Dur terhadap teks lagu Maju Tak Gentar juga menjadi absah pada industri jajak pendapat yaitu, maju tak gentar, membela yang bayar .

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi