Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Yom Kippur 1973, Saat Negara Arab Ramai Embargo Minyak ke AS

Baca di App
Lihat Foto
IDF via WIKIMEDIA COMMONS
Tentara Israel berhasil menang di Perang Yom Kippur 1973 melawan Mesir dan Suriah, meski menderita 2.800 korban jiwa.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Kelompok Hamas di Palestina meluncurkan serangan mengejutkan ke wilayah Israel sejak Sabtu (7/10/2023).

Ribuan roket diluncurkan dalam serangan besar-besaran itu yang menewaskan ratusan warga Israel. 

Buntut serangan mendadak itu, Israel secara resmi mendeklarasikan perang melawan Hamas.

Deklarasi ini merupakan seruan perang pertama Israel sejak perang Yom Kippur pada 1973 atau 50 tahun lalu.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat itu, Israel juga dikejutkan dengan serangan mendadak oleh sejumlah negara Arab pada peringatan Yom Kippur dan bertepatan dengan bulan Ramadhan.

Yom Kippur atau Hari Penebusan atau Hari Pendamaian adalah hari yang dianggap paling suci dalam agama Yahudi.

Perayaan ini jatuh pada tanggal 10 Tishri dalam kalender Yahudi. Walaupun disebut perayaan, sebenarnya dilakukan puasa selama 25 jam, dihitung dari terbenamnya Matahari.

Baca juga: Operasi Badai Al-Aqsa, Mengapa Hamas Luncurkan Serangan Besar-besaran secara Mengejutkan?

Latar belakang perang Yom Kippur 1973

Dikutip dari History, perang Yom Kippur ini dilatarbelakangi oleh kemenangan telak Israel pada Perang Enam Hari 1967.

Pada perang itu, Israel mampu menguasai wilayah empat kali lebih besar dari luas sebelumnya.

Bahkan Israel juga berhasil menguasai Semenanjung Sinai dan Jalur Gaza dari Mesir, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur dari Yordania, serta Dataran Tinggi Golan dari Suriah.

Saat itu, Presiden Mesir Anwar Sadat menghadapi kondisi perekonomian negara yang sulit dan tak mampu melanjutkan perang melawan Israel.

Karena itu, ia berencana untuk berdamai dengan Israel. Kemenangan Israel pada Perang 1967 membuat rencana damai akan menguntungkan Mesir.

Sadat pun menyusun rencana untuk melakukan serangan guna meyakinkan Israel bahwa perdamaian dengan Mesir diperlukan.

Mesir pun akhirnya membentuk aliansi dengan Suriah untuk melancarkan serangan pada 1973.

Baca juga: Buntut Serangan Hamas, Netanyahu Akan Putus Pasokan Listrik, Makanan, dan Gas ke Gaza

Detik-detik perang Yom Kippur 1973

Perang Yom Kippur 1973 dimulai ketika tentara Mesir berhasil merobohkan tanggul pasir Bar Lev Line yang membentang sepanjang 150 kilometer dari Teluk Suez hingga Laut Mediterania.

Keberhasilan tentara Mesir dalam menghancurkan tanggul pasir di luar perkiraan Israel, dikutip dari Aljazeera.

Sebab Israel memperkirakan bahwa tanggul curam setinggi 21 meter itu seharusnya sulit untuk ditembus, karena penuh dengan benteng-benteng bersenjata lengkap.

Bahkan, menerobos tanggul itu disebut misi bunuh diri. Mereka menghitung, butuh waktu 12 jam untuk menghancurkannya dengan bahan peledak, waktu yang cukup untuk mengirim bala bantuan.

Namun, ketika tentara Mesir datang pada 6 Oktober, mereka mampu merobohkannya hanya dalam waktu tiga jam, berkat asap yang disalurkan melalui tabung-tabung.

"Beberapa menit setelah jam 14.20, ketika tabung-tabung itu mulai mengeluarkan awan asap yang menutupi, gelombang penyerangan pertama kami bergerak dengan cepat melintasi kanal," ungkap Komandan Militer Mesir, Letnan Jenderal Saad el-Shazly dalam laporannya pada 1980.

Pesawat Mesir juga terbang rendah di atas kanal melintasi garis musuh saat mereka menuju ke Sinai. 

Serangan itu dilakukan bersamaan dengan serangan lain di utara, ketika batalion pasukan Suriah melancarkan serangan untuk merebut kembali Dataran Tinggi Golan.

Israel tidak pernah mengantisipasi serangan seperti itu, karena terlena atas kemenangan mereka dalam Perang 1967.

Pertempuran pertama ini berkembang menjadi perang berdarah selama 19 hari yang dikenal dengan beberapa nama, yakni Perang Oktober, Perang Ramadhan, Perang Yom Kippur, dan Perang Arab-Israel 1973.

Baca juga: Jadi Sasaran Serangan Israel, Ini Sejarah Berdirinya RS Indonesia di Gaza

Embarbo minyak untuk AS

Perang Yom Kippur juga menunjukkan kuatnya solidaritas di antara negara-negara Arab.

Ini terjadi khususnya ketika gelombang perang berbalik menguntungkan Israel dan pertempuran menemui jalan buntu 12 hari setelah konflik.

Saat itu, negara-negara penghasil minyak Arab di bawah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), memutuskan untuk mengurangi produksi minyak mereka sebesar 5 persen.

Negara-negara tersebut menyatakan bahwa mereka akan mempertahankan tingkat pengurangan yang sama setiap bulan sampai pasukan Israel menarik diri dari wilayah Arab yang diduduki pada 1967 dan hak-hak warga Palestina dipulihkan.

Mereka juga memberlakukan embargo terhadap Amerika Serikat dan menghentikan pasokan minyak.

Tindakan ini menyebabkan harga minyak melonjak dan mempengaruhi jalannya Perang Dingin.

Soviet telah memasok senjata ke negara-negara Arab, sementara AS mendukung Israel, tetapi embargo tersebut membuat AS kesulitan mencari solusi atas konflik tersebut.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi