Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seberapa Luas Jalur Gaza dan Bagaimana Kondisi Penduduknya?

Baca di App
Lihat Foto
iStockphoto/200mm
Mengenal Jalur Gaza yang menjadi pusat konflik Hamas dan Israel.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Jalur Gaza menjadi lokasi kelompok militan Palestina, Hamas meluncurkan ribuan roket ke Israel pada Sabtu (7/10/2023).

Israel kemudian merespons dengan menyatakan perang terhadap Hamas dan mengepung Jalur Gaza.

Serangan bersenjata antar kedua belah pihak pun tak dapat dihindarkan dan berlangsung hingga hari ini.

Dilansir dari AlJazeera, setidaknya ada 900 warga Palestina yang tewas di Jalur Gaza pada konflik Hamas-Israel tersebut sejauh ini.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Ketegangan di Jalur Gaza, Berapa Jumlah Pasukan Hamas?

Lantas, seberapa luas Jalur Gaza dan bagaimana kondisi penduduknya?

Tentang Jalur Gaza

Dikutip dari CBS News, Jalur Gaza adalah wilayah kecil yang berbatasan dengan Laut Mediterania di barat, Mesir di selatan, serta Israel di utara dan timur.

Sedangkan dikutip dari Kompas.com, Selasa (10/10/2023), Gaza adalah bagian dari Kekaisaran Ottoman sebelum diduduki oleh Inggris dari tahun 1918 hingga 1948 dan Mesir dari tahun 1948 hingga 1967.

Selepas berakhirnya Kesultanan Utsmaniyah, wilayah Gaza akhirnya menjadi bagian dari mandat Liga Bangsa-Bangsa untuk Palestina di bawah pemerintahan Inggris.

Sebelum mandat berakhir, Majelis Umum PBB menerima rencana pembagian Palestina-Arab-Yahudi pada November 1947, di mana Gaza dan wilayah sekitarnya akan dibagikan kepada orang-orang Arab.

Ketika mandat Inggris berakhir pada 15 Mei 1948, dimulailah perang Arab-Israel pertama.

Akibat pertempuran yang terjadi di musim gugur tahun 1948 itulah, wilayah sekitar kota yang berada di bawah pendudukan Arab dikurangi menjadi sebidang wilayah sepanjang 40 km dan lebar 6–12 km.

Daerah ini kemudian dikenal sebagai Gaza Strip (Jalur Gaza). 

Pada tahun 1967, Israel menguasai Gaza setelah menang selama enam hari melawan Mesir, Suriah, dan Yordania.

Pemberontakan Palestina pada tahun 2000 memicu gelombang kekerasan baru antara Israel dan Palestina.

Israel kemudian memutuskan untuk meninggalkan Jalur Gaza pada tahun 2005 dengan menarik pasukan dan warganya.

Segera setelah itu, Hamas mengalahkan Otoritas Palestina, badan pemerintahan yang bertanggung jawab atas wilayah berpenduduk Palestina dalam pemilihan umum di Jalur Gaza.

Pada tahun 2007, Hamas memperoleh kendali penuh atas wilayah tersebut.

Baca juga: Kisah Relawan Indonesia di Jalur Gaza: Tidur Dihantui Suara Rudal Israel, Bertahan dengan Listrik dan Air Terbatas

Luas Jalur Gaza

Jalur Gaza mempunyai rentang sepanjang sekitar 40,3 kilometer. Luas dari wilayah ini diperkirakan sebesar 224,7 kilometer persegi.

Luas tersebut diperkirakan dua kali lebih besar dari ibu kota Amerika Serikat, Washington DC.

Perbatasannya dengan Israel terbentang sepanjang 58 kilometer dan perbatasannya dengan Mesir sekitar 12,9 kilometer.

Lebih lanjut, garis pantai Jalur Gaza dengan Laut Mediterania memiliki panjang dengan rentang sekitar 38,6 kilometer.

Baca juga: Mengenal Jalur Gaza, Titik Konflik antara Hamas dan Israel

Kondisi penduduk di Jalur Gaza

Diperkirakan, Jalur Gaza termasuk wilayah terpadat di dunia dengan lebih dari dua juta orang tinggal di dalamnya, dengan 40 persennya berusia di bawah 14 tahun atau masih anak-anak.

Perebutan Gaza oleh Hamas memicu blokade udara, laut, dan darat oleh Israel. Kondisi ini membuat kehidupan di Jalur Gaza memburuk dari waktu ke waktu.

Bahkan, para kritikus Israel menyebutnya sebagai "penjara terbuka", karena kebanyakan penghuni Jalur Gaza bertahan hidup dengan bergantung pada bantuan kemanusiaan, dan mereka tidak bisa melakukan perjalanan tanpa izin dari Israel.

Pengangguran tinggi terjadi di sana, listrik hanya tersedia sekitar setengah hari dan banyak orang tidak memiliki akses yang cukup terhadap air bersih.

Saat konflik memanas seperti sekarang ini, penduduk Gaza tidak memiliki bunker untuk tempat bersembunyi.

Penduduk lokal bernama Omar Ghraieb, mengatakan bahwa dalam situasi sulit, warga sipil tidak tahu ke mana harus pergi menyelamatkan diri.

"Tidak ada tempat penampungan atau bunker atau rute yang aman atau zona aman di Gaza," ujarnya kepada CBS News.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi