Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Tessa Hansen-Smith yang Alergi Air: Tetes Hujan, Minuman, dan Air Mata Membuatnya Tersiksa

Baca di App
Lihat Foto
Twitter
Tangkapan layar soal Tessa Hansen-Smith (27) wanita asal California, AS yang miliki alergi terhadap air.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Ada begitu banyak jenis alergi di dunia ini, mulai dari alergi makanan, debu, cuaca dingin, dan beberapa alergi tak umum lainnya.

Namun demikian, ada satu kasus alergi yang tergolong unik dan langka, yaitu kasus wanita asal California, Amerika Serikat (AS) yang memiliki alergi terhadap air.

Di mana, kondisi ini merupakan sebuah penyakit langka yang hanya menyerang beberapa orang saja di seluruh dunia.

Dilansir dari India Times, Kamis (12/10/2023), wanita ini bernama Tessa Hansen-Smith (25), yang baru-baru ini mengungkapkan perjuangan sehari-hari dengan kondisi langka yang menyebabkan dia mengalami gatal-gatal ketika bersentuhan dengan air.

Lantas, bagaimana kisahnya dalam bertahan tanpa air?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Efek Samping Penggunaan Obat Alergi CTM dalam Jangka Panjang


Salah satu alergi langka di dunia

Tessa menderita salah satu alergi paling langka di dunia, yaitu urtikaria aquagenik. Kondisi ini diyakini hanya terjadi pada 100-250 orang di seluruh dunia.

Menurut Allergy Asthma Network, kasus alergi yang dialami Tessa ini pertama kali tercatat pada 1964. 

Dikatakan, urtikaria aquagenik paling sering menyerang wanita. Saat kambuh, kondisi ini bisa bertahan 30 menit hingga 2 jam sebelum akhirnya gejala mereda dan hilang.

Alergi air menyebabkan penderitanya merasakan gatal-gatal dan kemerahan setiap kali mereka bersentuhan dengan air.

Hujan, salju, air tawar, lautan, keringat, dan air mata, semuanya dapat menyebabkan gatal-gatal pada siapa pun yang memiliki kondisi ini.

Baca juga: Viral, Video Semburan Air dan Gas di Permukiman Warga Bogor

Kisah Tessa menjalani kehidupannya tanpa air

Kisah Tessa yang hidup dengan alergi yang tidak biasa ini dimulai ketika ia berusia delapan tahun, menurut India Times, Kamis (12/10/2023).

Saat itu, ia menyadari adanya ruam-ruam yang muncul di lengannya. Selain itu, terdapat juga beberapa luka di kulit kepalanya yang ia dokumentasikan di media sosial.

Awalnya, dokter menduga bahwa sabun dan sampo yang digunakan Tessa adalah penyebabnya, namun masalahnya ternyata terus berlanjut.

Ibunya, Dr Karen Hansen-Smith, seorang dokter perawatan keluarga, menghubungkan sejumlah gejala tersebut setelah dua tahun pengujian intensif oleh beberapa dokter dan menemukan bahwa putrinya memiliki alergi air.

Selain itu, Tessa juga mendapati bahwa daftar pemicu dan reaksinya semakin panjang seiring bertambahnya usia. Dia mulai mengalami mata gatal, luka di lidah, dan gatal-gatal di mulut.

Minuman dengan kandungan air yang tinggi menyebabkan rasa terbakar. Sehingga, susu adalah minuman alternatif yang paling dapat ditoleransi karena kandungan lemak dan proteinnya menyeimbangkan kandungan air.

Jika ia tidak minum susu dalam waktu yang lama, ia menjadi sangat haus sehingga ia merasa terdorong untuk minum air meskipun ia merasa sangat kesakitan hingga pingsan.

Tessa hanya boleh makan makanan kering dengan sedikit air, seperti granola bar, biskuit, roti, selai kacang, kentang, kacang-kacangan, dan sup berbahan dasar susu.

Baca juga: Bolehkah Mandi Air Es Saat Suhu Panas? Ini Kata Dokter

Bagaimana Tessa menghadapi kondisi ini?

Dilansir dari Healthline, tidak ada obat untuk urtikaria Aquagenic, tetapi ada beberapa pilihan pengobatan yang dapat membantu meringankan gejalanya.

Untuk meredakan gatal, bengkak, dan iritasi dalam jangka pendek, pasien mungkin perlu mengonsumsi antihistamin, yaitu obat yang digunakan untuk mengatasi gejala mirip alergi.

Karen Hansen-Smith, ibu Tessa, adalah seorang dokter yang telah melihat banyak penyakit yang tidak biasa. Tetapi melihat kondisi putrinya, ia mengaku tetap mengalami masa yang sulit.

Meski begitu, ia tetap berusaha mengalirkan energi positif.

Ia kemudian membagikan kisahnya dengan para pengikut di media sosial dan berbicara dengan begitu banyak orang dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda.

"Ini memberikan saya banyak kegembiraan dan membuat saya memiliki tujuan dengan kondisi ini," kata Karen.

Selain itu, Hansen-Smith juga membuat situs web GoFundMe awal tahun ini untuk meningkatkan kesadaran dan dana untuk biaya pengobatannya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi