Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cincin Saturnus Disebut Akan Menghilang, Ini Penyebab dan Waktunya

Baca di App
Lihat Foto
NASA Solar System Exploration
Ilustrasi Saturnus. Cincin Saturnus akan menghilang dalam waktu ratusan juta tahun mendatang.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Lini masa media sosial TikTok ramai membahas cincin Saturnus yang disebut akan menghilang.

Topik tersebut salah satunya diunggah oleh akun TikTok @manusianlangit, Selasa (3/10/2023).

"Mari kita lihat Saturnus yang akan kehilangan cincinnya," kata pengunggah.

Cincin adalah salah satu ciri khas penampakan Saturnus. Bahkan, cincin Saturnus menjadi satu-satunya cincin planet di tata surya yang dapat terlihat dari Bumi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kendati demikian, pengunggah menyebut, cincin Saturnus akan menghilang dalam waktu yang sangat lama, hingga ratusan juta tahun mendatang.

Sementara itu, dalam unggahan video akun @meliatmu, Sabtu (7/10/2023), tampak sebuah ilustrasi partikel mirip debu tengah mengelilingi Saturnus.

"Planet Saturnus dalam proses kehilangan cincinnya," tulis pengunggah.

Hingga Jumat (13/10/2023) siang, unggahan video tersebut telah dilihat lebih dari 3,6 juta kali, disukai 583.000 pengguna, dan diunggah ulang oleh lebih dari 38.000 warganet TikTok.

Lantas, benarkah cincin Saturnus akan menghilang?

Baca juga: Di Masa Depan Fenomena Gerhana Matahari Total Mungkin Punah, Hanya Ada Cincin Api


Cincin Saturnus akan menghilang

Peneliti astronomi dan astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Clara Yono Yatini mengatakan, cincin Saturnus saat ini berada dalam kondisi stabil.

"Kalaupun hilang mungkin masih lama sekali," ujarnya, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (13/10/2023).

Clara menjelaskan, cincin planet terbesar kedua di tata surya setelah Jupiter ini sebenarnya terbuat dari es dan bebatuan.

"Dari sisa-sisa pembentukan tata surya," lanjut Clara.

Di sisi lain, astronom amatir Indonesia Marufin Sudibyo memaparkan, sistem cincin Saturnus serupa dengan milik planet-planet besar lain, seperti Jupiter, Uranus, dan Neptunus.

Menurut dia, sistem cincin umumnya terbentuk oleh protosatelit (cincin debu yang mengelilingi planet muda) alamiah yang tidak bisa menggumpal lebih besar dalam proses pembentukan planet.

Hal tersebut dikarenakan jarak yang terlalu dekat dengan planet induknya, yakni tepat atau kurang dari jarak roche.

Jarak roche sendiri merupakan batas di mana benda langit di sekeliling planet induk dapat mempertahankan keberadaannya dari disintegrasi yang diakibatkan gaya pasang surut dari benda induknya.

"Pada jarak tersebut, materi protosatelit mengalami gaya pasang surut gravitasi yang cukup besar antara sisi yang menghadap planet dan sisi yang membelakanginya," terang Marufin kepada Kompas.com, Jumat.

Akibatnya, protosatelit terpecah-pecah menjadi beragam ukuran, mulai dari bongkahan besar hingga seukuran debu.

"Pecahan-pecahan ini dipaksa mengedari planet sebagai sistem cincin," lanjutnya.

Marufin mengatakan, sistem cincin pada umumnya tidak stabil akibat tarik-menarik antara gravitasi planet induk dengan para tetangganya.

Oleh karena itu, menurut perhitungan, sistem cincin yang ada di planet-planet besar tata surya, kecuali Saturnus, hanya akan bertahan selama beberapa puluh hingga ratus juta tahun saja.

"Dalam waktu itu, sistem cincin akan perlahan-lahan menjauhi planet induk untuk kemudian terlepas ke ruang antarplanet sebagai mikro meteoroid," kata Marufin.

Baca juga: Gerhana Matahari Cincin Oktober 2023, Bisakah Dilihat di Indonesia?

Kapan Saturnus kehilangan cincinnya?

Khusus Saturnus, menurut Marufin, sistem cincinnya telah berusia cukup tua, bahkan terbentuk pada masa yang sama dengan pembentukan proto-Saturnus.

Dia menjelaskan, debu-debu dalam sistem cincin Saturnus saling bergesekan dengan sesamanya, sehingga memiliki muatan listrik.

Belum lagi, debu-debu penyusun cincin ini akan tertarik oleh medan magnet Saturnus yang cukup kuat.

Pengamatan dan pengukuran wahana antariksa Cassini pada 2017 pun menunjukkan, dengan tingkat kehilangan massa cincin hingga sekitar 44 ton per detik, sistem cincin Saturnus diprediksi akan menghilang dalam waktu 100 juta tahun ke depan.

"Meski demikian, sistem cincin Saturnus juga mendapatkan materi tambahan," kata Marufin.

Misalnya, tambahan dari debu-debu kriovulkanisme yang terjadi secara terus-menerus di Enceladus, salah satu satelit Saturnus yang aktif secara vulkanik.

"Karena ada pasokan material tambahan dari satelit-satelit Saturnus, cincin akan menghilang mungkin lebih dari 200 juta tahun ke depan," ungkapnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi