KOMPAS.com - Helen Taylor (56), warga asal Inggris mengaku diturunkan dari pesawat Jet2 di Bandara Internasional Newcastle karena berkeringat, Senin (2/10/2023).
Saat itu, dia bersama dengan suaminya, David Taylor hendak bertolak dari Newcastle menuju Roma untuk liburan singkat.
Helen yang menderita diabetes tipe 2 dan mengalami menopause mengungkapkan bahwa dirinya dalam kondisi sehat saat naik pesawat.
Namun ketika ia kembali dari toilet, seorang pramugari mempertanyakan apakah Helen layak terbang lantaran badannya mulai berkeringat. Saat itu, Helen hanya mengaku sedikit pusing.
"Saya baru saja makan setelah tidak makan seharian dan saya menderita diabetes tipe 2, jadi gula darah saya sangat sensitif. Yang saya butuhkan hanyalah duduk dan minum air putih dan saya akan baik-baik saja," kata Helen, dilansir dari Mirror.
Kepada pramugari, Helen mengatakan bahwa dirinya juga tengah mengalami menopause sehingga membuatnya berkeringat.
Namun, pramugari menyampaikan bahwa wanita asal County Durham itu harus menjalani tes kesehatan.
Helen sempat meyakinkan pramugari bahwa kondisinya sangat normal dan dia akan baik-baik saja dalam beberapa menit.
"Namun, dia kembali lagi 10 menit kemudian dan berkata, 'Kami telah membuat keputusan bahwa Anda harus meninggalkan pesawat, kami pikir Anda memiliki risiko penerbangan'," tutur Helen.
Merasa tak terima, Helen kemudian berbicara dengan kapten pesawat dan mengeklaim bahwa mereka setuju bahwa dia terlihat cukup sehat untuk terbang.
Meskipun demikian, kepala penerbangan mendukung keputusan anggota awak kabin dan mengatakan bahwa Helen harus turun dari pesawat.
Baca juga: Kisah Tessa Hansen-Smith yang Alergi Air: Tetes Hujan, Minuman, dan Air Mata Membuatnya Tersiksa
Dipaksa turun dari pesawat
Helen bersama dengan suaminya mengaku dipaksa turun dan digiring ke bandara
Mereka dipaksa untuk mengembalikan barang belanjaan bebas bea mereka sebelum menjalani pemeriksaan oleh pihak pengawasan perbatasan.
Suaminya, Taylor mengaku kecewa atas tindakan maskapai.
"Saya belum pernah mendengar hal yang begitu konyol dalam hidup saya," kata dia, dikutip dari Independent.
"Saya tidak percaya bagaimana kami diperlakukan. Itu benar-benar gila. Mereka tidak boleh melakukan ini pada orang lain," imbuhnya.
Taylor juga menyayangkan tindakan maskapai yang membuat keputusan sepihak tanpa rekomendasi dokter.
Beberapa hari setelah kejadian tersebut, Taylor mengatakan bahwa dirinya beberapa kali menghubungi maskapai Jet2 untuk mengeklaim pengembalian uang liburan senilai 1.800 Euro dan sempat tidak mendapat tanggapan.
Baca juga: Penumpang Selalu Naik dan Turun dari Sisi Kiri Pesawat, Apa Alasannya?
Penjelasan Jet2
Juru bicara Jet2 mengaku telah berkomunikasi dengan pihak medis terkait keputusan menurunkan Helen.
"Setelah bekerja sama dengan spesialis penerbangan medis independen, kru kami mengambil keputusan ini karena kesehatan, kesejahteraan, dan keselamatan pelanggan selalu menjadi prioritas utama kami," kata dia, masih dari sumber yang sama.
Pihaknya mengaku meminta maaf atas tindakan tersebut. Mereka juga mengonfirmasi bahwa mereka akan mengembalikan biaya liburan yang ada.
"Namun, setelah menyelidiki lebih lanjut sebagai prioritas utama, kami telah menghubungi Nyonya Taylor untuk meminta maaf dan mengembalikan biaya liburannya sebagai bentuk niat baik," ucap juru bicara.
Meskipun seorang penumpang merasa dalam kondisi baik-baik saja, maskapai penerbangan memiliki hak untuk melarang terbang jika kondisi penumpang dianggap tidak sehat.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, maskapai penerbangan memiliki hak untuk menolak mengangkut penumpang dengan kondisi yang dapat memburuk, atau memiliki konsekuensi serius selama penerbangan.
Mereka mungkin memerlukan izin medis dari dokter mereka jika ada indikasi bahwa seorang penumpang mungkin menderita penyakit atau kondisi fisik atau mental yang dapat membahayakan keselamatan pesawat, mengurangi kesejahteraan dan kenyamanan penumpang dan awak pesawat lainnya, memerlukan perhatian medis selama penerbangan, atau mungkin diperburuk oleh penerbangan.
Jika awak kabin menduga sebelum keberangkatan bahwa seorang penumpang mungkin sakit, kapten pesawat akan diberitahu dan keputusan akan diambil apakah penumpang tersebut layak untuk melakukan perjalanan, memerlukan perhatian medis atau menimbulkan bahaya bagi penumpang dan awak pesawat lainnya atau keselamatan pesawat.
Namun, kebijakan maskapai penerbangan berbeda-beda dan persyaratan harus selalu diperiksa pada saat, atau sebelum memesan penerbangan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.