Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Siniar KG Media
Bergabung sejak: 15 Okt 2021

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Ramai di Kalangan Gen Z, Apa Arti dari Skena?

Baca di App
Lihat Foto
Freepik
Saat ini, anak-anak Gen Z ramai membicarakan kata skena. Akan tetapi, apakah artinya?
Editor: Yohanes Enggar Harususilo

Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Rizky Nauvalif

KOMPAS.com - Setiap zaman memiliki karakteristik dan keunikan bahasa gaulnya masing-masing. Begitu pula masa sekarang, hampir setiap bulan tercipta istilah-istilah baru yang ramai digunakan di media sosial. Entah itu digunakan sebagai bahasa sehari-hari atau candaan.

Salah satu istilah yang ramai dibicarakan adalah skena. Kemunculannya pun mendapat berbagai tanggapan dari masyarakat. Begitu pula bagi Kukuh dan Dwik dalam siniar Balada +62 episode “Gak Ada yang Lebih Skena dari Kukuh & Dwik” dengan tautan s.id/Balada62S2Skena.

Ternyata, Kukuh dan Dwik membicarakan sikap polisi skena yang kerap menekan orang-orang yang berpura-pura sefrekuensi dengan mereka. Lantas, apa makna skena sebenarnya?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal-Usul Kemunculan Kata Skena

Pada dasarnya, istilah gaul ini masih belum terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring. Akan tetapi, kata ini muncul dan menjadi populer karena penggunaannya oleh masyarakat Indonesia, khususnya para anak muda.

Melansir Kompas.com, Ahli Bahasa dan Kepala Balai Bahasa Sulawesi Selatan, Ganjar Harimansyah, mengatakan skena merupakan akronim dari singkatan tiga kata, yaitu Sua, cengKErama dan kelaNA.

Sua sendiri berarti berjumpa, cengkrama adalah perjalanan untuk bersenang-senang, dan kelana berarti mengadakan perjalanan ke mana-mana tanpa tujuan tertentu.

Jika diartikan terkait fenomena yang terjadi, istilah ini merujuk pada kumpulan orang yang senang nongkrong sembari mengobrol dan berjalan-jalan bersama.

Baca juga: 3 Cara Menghadapi Penolakan

Kemunculan istilah ini terjadi karena adanya pembentukan bahasa gaul yang kemudian digunakan oleh banyak orang. Bahasa gaul atau bahasa slang juga dikenal sebagai bahasa prokem pada era 1980-an dan kerap digunakan di daerah perkotaan.

Biasanya, bahasa ini dipengaruhi bahasa asing atau bahasa daerah yang kemudian diberi variasi untuk menyesuaikan tempat tinggal penuturnya. Itulah mengapa, bahasa gaul lebih condong digunakan dalam situasi nonformal dan dapat digunakan dalam komunikasi lisan serta tulisan.

Sementara itu, menurut Ganjar, kemungkinan kuat kata skena sendiri adalah serapan asing dari bahasa Inggris scene.

“Berdasarkan kamus daring, kata skena merujuk pada makna polisemi scene, yakni lingkup kegiatan, situasi, atau kancah aktivitas atau minat saat ini, misalnya The Rock Music Scene atau The Fashion Scene,” kata dia.

Selain itu, kata ini juga lekat dengan budaya dan sering diungkapkan dalam sejumlah tren musik dan mode pakaian sebagai subkultur anak muda yang muncul pada awal 2000 di Amerika Serikat dari kultur scene hardcore.

Polisi Skena yang Ingin Selalu Berbeda

Skena juga dapat diartikan sebagai perkumpulan atau komunitas yang memiliki ruangnya tersendiri untuk berinteraksi. Biasanya, mereka menganggap diri dan perkumpulannya sebagai lingkup eksklusif sehingga ingin selalu dianggap berbeda.

Kini, istilah ini pun lekat sebagai deskripsi kegemaran terhadap seni alternatif dan non-mainstream, seperti genre musik tertentu. Misalnya, dalam beberapa tahun ini, musik ‘indie’ (yang padahal bukan genre musik) dianggap keren oleh para anak muda.

Mereka yang mendengarkan musik-musik ini dianggap si paling berbeda karena para musisi ini belum dikenal khalayak luas. Terkadang pula mereka senang mengkritik selera orang lain yang hanya mengikuti arus, seperti musik pop.

Bagi para polisi skena ini, budaya pop tak memiliki ciri khas sehingga mereka kerap membedah dan mengkritik preferensi musik orang lain. Alhasil, polisi skena ini adalah julukan dengan konotasi negatif bagi orang yang terlihat ‘pick me’ dan mengusik orang lain.

Baca juga: 5 Selebriti Hollywood yang Tewas karena Overdosis Obat

Lantas, bagaimana pendapat Kukuh dan Dwik terkait fenomena skena dan polisi skena yang kerap ingin selalu berbeda?

Dengarkan perbincangan lengkapnya hanya melalui siniar Balada +62 episode “Gak Ada yang Lebih Skena dari Kukuh & Dwik” di YouTubeTipTip, dan Noice.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi