KOMPAS.com - Sejumlah warga Palestina yang tinggal di Israel diskors dari tempat kerja, sekolah, maupun universitas.
Mereka dituduh memberikan dukungan kepada kelompok Hamas bahkan beberapa di antaranya dibawa ke sidang komisi etik untuk ditindak.
Dilansir dari Al Jazeera, seorang warga Palestina bernama Noura membagikan pengalaman tak mengenakan ketika ia diskors dari rumah sakit (RS), tempatnya bekerja.
Noura diskors dari rumah sakit
Noura biasanya berangkat kerja menuju RS setiap pagi. Ia sudah bekerja di RS selama dua tahun terakhir.
Ketika Hamas melancarkan serangan ke Israel pada Sabtu (7/10/2023), Noura mengaku bahwa ia tidak mengetahui peristiwa ini.
Salah satu teman Noura kemudian bertanya kepada dirinya tentang apa yang telah terjadi.
Pada saat itu, Noura hanya menjawab bahwa konflik keduanya bukan yang pertama kali terjadi.
"Ini bukan yang pertama kali," kata Noura.
Baca juga: Panduan Memahami Konflik Israel-Palestina yang Berlangsung 100 Tahun
Noura dipanggil RS
Setelah Israel dan Hamas saling berbalas serangan usai peluncuran roket pada Sabtu, Noura dipanggil oleh manajer ke kantornya.
Ia diberi tahu untuk meninggalkan pekerjaannya dan tidak boleh kembali sampai ada pemberitahuan lebih lanjut.
Hal tersebut terjadi setelah Noura berbincang dengan temannya ketika ditanya soal serangan Israel-Hamas.
"Saya merasa sangat terhina, saya tidak percaya hal ini terjadi pada saya. Saya merasa didiskriminasi," kata Noura.
Baca juga: Krisis Air dan Eksodus Warga Palestina Usai Israel Akan Gempur Gaza
Noura disebut mendukung Hamas
Setelah diminta meninggalkan pekerjaan, Noura menerima surat dari manajemen RS yang berisi pemanggilan dirinya ke sidang.
Ia dipanggil menghadiri sidang lantaran dituduh melanggar kode etik institusi dengan dugaan mendukung serangan Hamas.
Noura kemudian membantah pernah mengucapkan kata-kata yang dituduhkan kepadanya.
"Yang paling menghina saya adalah ketika mereka memanggil saya untuk rapat. Mereka sudah punya pikiran sendiri, keputusan sudah dibuat. Mereka tidak mau mendengarkan," imbuhnya.
Baca juga: 5 Fakta Iron Dome, Pertahanan Terkuat Milik Israel untuk Melawan Hamas
Pelajar diskors dari sekolah dan universitas
Selain Noura, sejumlah pelajar juga ditangguhkan dari sekolah dan universitas, tempat mereka belajar.
Pengacara dan organisasi hak asasi manusia di Israel mengaku, pihaknya mendapat banyak keluhan mengenai hal tersebut dari orang Palestina.
Disebutkan banyak orang Palestina diskors dari tempat kerja, sekolah, maupun universitas karena unggahan mereka di media sosial.
Dalam beberapa kasus, mereka yang disanksi juga dipanggil untuk menghadap komite disiplin.
"Orang-orang yang telah bekerja selama tiga, empat, lima tahun mendapati diri mereka menerima surat yang mengatakan jangan masuk kerja karena apa yang Anda terbitkan," ujar Direktur Adalah, Hassan Jabareen.
Adalah merupakan Pusat Hukum untuk Hak-Hak Minoritas Arab di Israel.
Hassan mengatakan, jumlah pelajar maupun mahasiswa yang diskors setelah serangan Hamas berjumlah 40 orang.
Baca juga: Israel Hujani Gaza dengan 6.000 Bom, ICRC: RS Bisa Berubah Jadi Kamar Mayat
Korban tewas mencapai 2.383 orang
Sementara itu, Reuters melaporkan, konflik antara Israel dengan Hamas sejak Sabtu telah menewaskan 2.383 orang.
Ribuan korban tewas berada di Gaza dan Tepi Barat, berdasarkan keterangan Kementerian Kesehatan Palestina.
Selain itu, jumlah korban yang mengalami luka-luka sebanyak 10.814 orang.
Di Gaza, jumlah warga Palestina yang tewas dilaporkan 2.329 orang sedangkan 9.714 orang lainnya luka-luka.
Sementara di Tepi Barat, orang Palestina yang tewas sebanyak 54 orang dan korban luka sebanyak 1.100 orang.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.