Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jualan Live di China Pakai Teknologi AI, Mampu Siaran 24 Jam dalam Seminggu

Baca di App
Lihat Foto
Dok. Shutterstock/BaLL LunLa
Ilustrasi live shopping.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Tren penggunaan AI untuk melakukan live di platform e-commerce saat ini tengah populer di China

Streamer tidak nyata yang diciptakan untuk live ini merupakan kloningan dari streamer asli yang kemudian diolah menggunakan AI.

Para streamer tidak nyata ini mampu berjualan barang hingga 24 jam per minggu, dan mampu menawarkan diskon dini hari saat biasanya orang-orang tengah tertidur.

Streamer imitasi yang tengah populer di China tersebut adalah buatan sejumlah perusahaan teknologi China yang sejak tahun 2022 menawarkan jasa pembuatan avatar deepfake untuk live di e-commerce.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari tujuan pornografi menjadi e-commerce

Deepfake atau video yang mencoba meniru manusia, baik foto, video, dan audio, selama ini dikhawatirkan dipakai untuk tujuan buruk seperti pornografi ataupun menyebarkan hoaks.

Namun belakangan, teknologi ini justru dimanfaatkan oleh perusahaan AI China untuk tujuan membuat streamer AI.

Dikutip dari Technologyreview, salah satu perusahaan yang menawarkan jasa streamer AI adalah startup Silicon Intelligence yang berbasis di Nanjing, China.

Perusahaan itu mengaku pertama kali melihat potensi AI sebagai alat streaming langsung pada tahun 2020.

Awalnya perusahaan ini membutuhkan sebuah video berdurasi 30 menit untuk menghasilkan sosok kloningan digital yang bisa berbicara dan bertindak layaknya manusia.

Kini perusahaan telah mampu membuat kloningan hanya dengan memberikan pelatihan video selama satu menit.

Layanan yang ditawarkan pun terhitung semakin murah. Untuk menghasilkan klon AI, pelanggan cukup membayar 1.100 dollar AS atau sekitar Rp 17 juta.

Jika klien menginginkan teknologi streamer yang punya kemampuan lebih mumpuni maka harganya bisa lebih mahal.

Biaya-biaya yang ditawarkan tersebut telah termasuk satu tahun pemeliharaan.

Baca juga: Cara Cegah Akun TikTok Kita Direkomendasikan ke Kenalan di Kontak atau Facebook

Cara kerja host imitasi

Penciptaan host imitasi ini dibuat dengan menciptakan avatar terlebih dahulu. Selanjutnya mulut dan tubuh avatar tersebut akan bergerak seiring dengan audio yang ditulis.

Nantinya avatar ini akan mempu mengembangkan kemampuan bahasanya sendiri lantaran telah dibekali model bahasa besar dalam pembuatannya.

Adapun pekerja manusia hanya tinggal memasukkan informasi dasar seperti nama, harga produk, mengoreksi skrip, dan menyaksikan influencer digital tersebut tayang.

Pada beberapa versi yang lebih canggih, streamer AI ini memiliki kemampuan membaca komentar langsung dan memberikan jawaban secara real time sehingga ia mampu aktif berkomunikasi.

Bahkan, streamer tersebut bisa menyesuaikan strategi pemasaran berdasarkan jumlah penonton yang ada.

Direktur Bisnis Perusahaan AI China Xiaoice Huang Wei menyebut, klon AI dilatih memakai skrip dan isyarat umum yang biasa terlihat di video e-commerce.

Perusahaan ini memiliki database hampir 100 gerakan yang telah dirancang sebelumnya.

Ia mencontohkan, saat streamer digital meminta orang untuk follow akun, maka ia bisa menggerakkan tangannya ke atas menyesuaikan lokasi tombol follow.

Baca juga: Menhan China Li Shangfu Hilang 3 Pekan, Diduga Diperiksa Kasus Korupsi

"Demikian pula, ketika streamer memperkenalkan produk baru, mereka menunjuk ke bawah, ke keranjang belanja tempat pemirsa dapat menemukan semua produk," ujarnya.

Ia menyebut, perusahaan memastikan bahwa bahasa lisan dan bahasa tubuh streamer imitasi ini sesuai.

"Anda tentu tidak ingin ia membicarakan tombol 'Ikuti' sambil bertepuk tangan. Itu akan terlihat aneh,” katanya.

Mengganggu lapangan kerja manusia

Dikutip dari SCMP, sektor live streaming pada e-commerce saat ini cukup besar di China.

Ada beragam barang yang dijual saat live, mulai dari lipstik, makanan, minuman, sampai barang elektronik. Siaran live bisa menghasilkan miliaran dollar dalam semalam.

Namun adanya penerapan streamer digital dinilai bisa mengganggu pekerjaan orang-orang yang selama ini menggantungkan dirinya sebagai pekerja yang melakukan live secara konvensional.

Host virtual ini disebut mengancam 400.000 orang yang kerap melakukan siaran langsung di Taobao Live, WeChat, Douyin, dan Kuaishou Technology.

Pasalnya biaya host virtual lebih rendah dibandingkan dengan manusia ketika melakukan live.

Baca juga: Mengenal Shenzhen, Kota yang Viral Setelah Membuat Naga dari Formasi 1.500 Drone

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi