KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kembali mengonfirmasi satu kasus cacar monyet (monkeypox) di Indonesia.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, kasus cacar monyet kali ini berasal dari seorang pria berusia 26 tahun di DKI Jakarta.
Menurutnya, pria tersebut tidak memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri.
Baca juga: Mengapa WHO Mengganti Nama Penyakit Cacar Monyet?
Saat ini, penderita sedang dirawat di rumah sakit dengan kondisi demam dan memiliki lesi di kulit.
"Pasien dirawat, kondisinya baik tetapi memang ada demam dan lesi seperti keropeng, papula, vesikel lesi seperti cacar yang cukup banyak," kata Nadia, dikutip dari Kompas.com (17/10/2023).
Ini menjadi kasus cacar monyet kedua di Indonesia setelah Agustus 2022.
Baca juga: Sudah Masuk Indonesia, Apa Penyebab Cacar Monyet?
Lantas, apa itu penyakit cacar monyet dan bagaimana penularannya?
Baca juga: Cara Penularan Cacar Monyet dan Gejalanya
Cara penularan cacar monyet
Cacar monyet merupakan penyakit zoonosis virus yang terjadi terutama di daerah hutan hujan tropis Afrika Tengah dan Barat, terkadang diekspor ke daerah lain.
Penyakit langka ini disebabkan oleh virus monkeypox, anggota genus Orthopoxvirus dalam famili Poxviridae.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sempat menetapkan wabah cacar monyet (monkeypox) sebagai darurat kesehatan global pada Juli 2022.
Berbeda dari Covid-19, cacar monyet tidak mudah menyebar di antara manusia.
Kontak dengan virus dari hewan, manusia atau benda yang terkontaminasi adalah jalur utama, dikutip dari Washington Post.
Baca juga: Update Cacar Monyet di Indonesia, Gejala hingga Pencegahannya
Virus masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang rusak, saluran pernapasan atau selaput lendir di mata, hidung atau mulut.
Penularan dari satu orang ke orang lain diperkirakan terjadi melalui partikel pernapasan selama kontak tatap muka langsung dan berkepanjangan.
Namun, penularan dapat juga terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh, bahan lesi, dan melalui kontak tidak langsung dengan pakaian atau linen yang terkontaminasi.
Baca juga: Apakah Orang yang Sudah Pernah Kena Cacar Air Bisa Terkena Cacar Monyet?
Untuk mencegahnya, bisa dilakukan dengan disinfektan rumah tangga biasa.
Ada beberapa rantai penularan dari manusia ke manusia, termasuk dalam jaringan seksual yang terjadi di negara-negara yang sebelumnya tidak ada cacar monyet.
Meskipun bisa menginfeksi siapa pun, kebanyakan kasus terjadi pada pria.
Baca juga: Temuan Kasus Cacar Monyet di Jakarta, Apakah Gatal adalah Salah Satu Gejalanya?
Gejala cacar monyet
Dikutip dari laman WHO, masa inkubasi cacar monyet biasanya berkisar dari 6 sampai 13 hari.
Gejalanya dapat dibagi menjadi dua periode:
Pertama, periode invasi (antara 0-5 hari) yang ditandai dengan demam, sakit kepala hebat, limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah bening), nyeri punggung, nyeri otot, dan asthenia hebat (kekurangan energi).
Kedua, erupsi kulit yang dimulai dalam 1-3 hari setelah munculnya demam. Ruam cenderung lebih terkonsentrasi pada wajah daripada di badan.
Baca juga: Muncul Lagi Penyakit Cacar Monyet di AS, Apa Itu?
Ruam berkembang secara berurutan dari makula (lesi dengan dasar datar) menjadi papula (lesi keras yang sedikit terangkat), vesikel (lesi berisi cairan bening), pustula (lesi berisi cairan kekuningan), dan krusta yang mengering dan rontok.
Dalam kasus yang parah, lesi dapat menyatu sampai sebagian besar kulit terkelupas.
Cacar monyet biasanya merupakan penyakit yang sembuh sendiri dengan gejala yang berlangsung dari 2 hingga 4 minggu.
Kasus yang parah lebih sering terjadi pada anak-anak dan terkait dengan tingkat paparan virus, status kesehatan pasien, dan sifat komplikasi.
Komplikasi cacar monyet dapat mencakup infeksi sekunder, bronkopneumonia, sepsis, ensefalitis, dan infeksi kornea dengan kehilangan penglihatan berikutnya.
Baca juga: Mengenal Apa Itu Cacar Monyet, Gejala, Penyebab, dan Pencegahannya
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.