Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti Temukan Fakta Ukuran Merkurius Terus Menyusut, sejak Kapan?

Baca di App
Lihat Foto
iStockphoto/themotioncloud
Ilustrasi planet merkurius.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Ukuran Merkurius, planet terkecil dalam Tata Surya, diketahui terus menyusut hingga saat ini.

Penyusutan Merkurius sebenarnya sudah diketahui para ilmuwan melalui Badan Penerbangan dan Antariksa AS atau NASA.

Temuan tersebut mereka dapati ketika NASA menjalankan misi Mariner 10 sejak 1970-an.

Ilmuwan mengatakan, Merkurius mengalami penyusutan karena bagian dalam planet ini yang mendingin.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merkurius mulai mengalami penyusutan sekitar tiga miliar tahun yang lalu. Namun, belum diketahui apakah fenomena ini masih terjadi.

Baca juga: Melihat Potensi Kehidupan di Planet K2-18b, Dapatkah Dihuni Manusia?

Merkurius menyusut 300 juta tahun yang lalu

Walau temuan terdahulu menunjukkan bahwa Merkurius mengalami penyusutan miliaran tahun lalu, tapi temuan terbaru mengatakan, planet ini mengecil sekitar 300 juta tahun yang lalu karena adanya aktivitas tektonik.

Ada pula indikasi yang mengisyaratkan bahwa planet tersebut masih terus menyusut hingga saat ini.

Dilansir dari Space, temuan Merkurius menyusut dikaji oleh ilmuwan asal The Open University, Inggris.

Mereka menganalisis gambar-gambar terbaru, yang diambil oleh pesawat ruang angkasa NASA MESSENGER yang mengorbit Merkurius dari tahun 2011 hingga 2015.

Dari situ, ilmuwan menemukan graben, fenomena geologi di mana tanah di permukaan planet turun ke lembah dangkal di sepanjang patahan.

Hal ini biasanya terjadi ketika kerak meregang, sebuah indikator penyusutan planet.

Karena graben masih terlihat dan tidak terhalang oleh kawah tumbukan atau puing-puing yang terlontar, ilmuwan menduga usia graben sekitar 300 juta tahun.

Ilmuwan sulit mengatakan apakah Merkurius masih menyusut hingga saat saat ini.

Namun masa 300 juta tahun termasuk "hal baru" di dalam dunia geologi. Sehingga, bisa jadi fenomena ini masih terus terjadi hingga kini karena inti planet belum sepenuhnya mendingin.

Baca juga: 10 Tempat Menakjubkan di Bumi yang Terlihat seperti di Planet Lain, Mana Saja?

Merkurius seperti apel kering

Profesor geosains planet Open University, David Rothery, mengibaratkan menyusutnya Merkurius seperti apel kering.

"Ini seperti kerutan yang terbentuk pada sebuah apel seiring bertambahnya usia," kata Rothery dikutip dari Insider.

Ia mengatakan, kerutan yang muncul di Merkurius dikenal sebagai scarps.

Untuk menunjukkan bahwa scarps ini masih bergerak sampai sekarang, Rothery dan mahasiswa pascasarjana Ben Man memfokuskan perhatian mereka ke struktur geologi lain yang disebut graben.

Ketika memperhatikan graben yang muncul ketika scarps bergerak, ukurannya menjadi sangat kecil atau hanya sekitar 0,6 mil panjangnya di bawah 300 kaki.

Kemunculan graben tidak akan bertahan lama dan diperkirakan lebih dari 300 juta tahun mungkin tidak akan terlihat lagi.

"Karena strukturnya yang kecil, mereka tidak akan bertahan lama," jelas Rothery.

"Itulah mengapa kami mengatakan dengan jelas bahwa telah terjadi pergerakan dalam sekitar tiga ratus juta tahun terakhir, dan mungkin masih berlangsung hingga saat ini," sambungnya.

Baca juga: Mengenal 5 Planet Kerdil di Tata Surya, Apa Saja?

Merkurius diguncang gempa

Di sisi lain, Rothery juga membeberkan jika Merkurius dilanda gempa dengan intensitas sangat besar karena pergerakan pada permukaan planet ini.

"Jadi, ada ratusan gempa yang sangat, sangat besar, dan kemungkinan jutaan gempa yang lebih kecil," tuturnya.

Ia menduga gempa di Merkurius masih berlangsung hingga saat ini. Namun, ilmuwan belum bisa mengukurnya.

"Kami menduga gempa-gempa itu terus berlangsung, tapi kami tidak punya cara untuk mengukurnya sampai kami membawa seismometer ke planet ini," kata Rothery.

Baca juga: Mengenal Bulan dari Planet-planet di Tata Surya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi