Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komet Tiga Kali Ukuran Everest Dikabarkan Meledak dan Mengarah ke Bumi, Apa Dampaknya?

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/SHUTTERSTOCK/MARKO ALIAKSANDR
Ilustrasi komet menuju Bumi. Komet 12P/Pons-Brooks dengan ukuran tiga kali Gunung Everest akan melintas di dekat Bumi pada Juni 2024.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Komet sebesar tiga kali ukuran Gunung Everest dikabarkan telah meledak dan sedang menuju Bumi.

Diberitakan Kompas.com, Jumat (20/10/2023), komet bernama 12P/Pons-Brooks ini meledak pada 5 Oktober 2023.

12P/Pons-Brooks merupakan komet kriovolkano dengan diameter atau ukuran inti komet sekitar 30 kilometer.

Sebagai perbandingan, puncak tertinggi di permukaan Bumi, Gunung Everest, memiliki tinggi sekitar 8,8 kilometer. Oleh karenanya, komet ini disebut berukuran lebih dari tiga kali Gunung Everest.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, apa dampaknya bagi Bumi?

Baca juga: Komet Sebesar Tiga Kali Gunung Everest Meledak dan Mengarah ke Bumi


Komet 12P/Pons-Brooks hanya akan melintas dekat Bumi

Astronom amatir Indonesia, Marufin Sudibyo menjelaskan, 12P/Pons-Brooks adalah komet periodik yang mengelilingi Matahari secara teratur dalam periode 71 tahun.

"Layaknya komet-komet periodik pada umumnya, orbit komet Pons–Brooks sangat lonjong," ujar Marufin, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (22/10/2023).

Orbit komet ini membentang dari kawasan orbit Venus untuk perihelion atau titik terdekat dengan Matahari, serta lebih jauh dari orbit Neptunus untuk titik terjauh atau aphelion.

Komet 12P/Pons-Brooks sendiri diprediksi akan mencapai perihelionnya pada 21 April 2024 mendatang.

Bukan menuju Bumi, Marufin mengoreksi bahwa komet ini hanya akan melintas di dekat planet tempat manusia hidup.

Untuk itu, secara umum, tidak akan ada dampak negatif dari melintasnya komet 12P/Pons-Brooks.

"Sementara posisi terdekat ke Bumi akan dicapai pada 2 Juni 2024, (dengan jarak) 232 juta kilometer," terangnya.

Di Indonesia, komet ini akan tampak di langit barat setelah Matahari terbenam pada 2 Juni 2024 dengan ketinggian sekitar 10 derajat.

"Namun redup dengan magnitudo +7. Hanya bisa disaksikan dengan teleskop kecil," kata Marufin.

Dia menambahkan, komet Pons-Brooks merupakan bagian keluarga komet tipe Halley, yakni kelompok komet dengan dinamika orbit yang dikendalikan gravitasi Jupiter dan Saturnus.

Kendati demikian, penyelidikan menunjukkan bahwa gangguan pada dua planet raksasa itu tidaklah berdampak signifikan untuk mengubah orbit Pons–Brooks.

Baca juga: Cara Melihat Komet Nishimura yang Tak Akan Terlihat Lagi hingga 434 Tahun

Komet gunung berapi dingin

Marufin memaparkan, pada 21 Juli 2023, komet Pons–Brooks tiba-tiba terlihat lebih cemerlang. Namun, makin lama, ketampakannya perlahan kembali meredup seperti biasanya.

Inti komet yang berhasil diabadikan astronom Shinichi Watanabe dari Jepang mulai 21-28 Juli 2023 pun memperlihatkan aktivitas semburan masif berbentuk mirip ladam atau tapal kuda.

Adapun diameter semburan, tercatat sekitar 7.000 kali dari inti komet yang berukuran 30 kilometer.

"Semburan masif itu menyebabkan komet bertambah benderang 100 kali dibandingkan normalnya, meski perlahan-lahan kemudian meredup lagi," papar Marufin.

Dia menjelaskan, semburan tersebut merupakan contoh letusan klasik kriovolkano (cryovolcanism) atau gunung berapi dingin.

Cryovolcanism adalah aktivitas vulkanik dan pergerakan dorongan gas dengan material berupa partikel-partikel dingin seperti udara dan butiran es.

Gunung berapi dingin umum dijumpai pada komet, beberapa asteroid, serta satelit-satelit alami yang berada di tepi tata surya.

Menurut Marufin, dalam kasus komet Pons-Brooks, material vulkanik yang dimuntahkan  mencapai 10 juta ton atau setara volume 10 juta meter kubik.

"Setara dengan tipikal volume letusan Gunung Merapi, kecuali letusan 2010," ujarnya.

Meski tampak tak cukup besar jika dibandingkan dengan letusan di Bumi, aktivitas vulkanik tersebut tergolong besar untuk benda langit sekecil komet.

"Saat letusan terjadi, komet berjarak 550 juta kilometer dari Bumi dan sedang melintasi sabuk asteroid utama dalam perjalanannya mendekati Matahari," sambungnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi