Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa yang Akan Terjadi pada Bumi jika Semua Nyamuk Menghilang?

Baca di App
Lihat Foto
Pexel.com
Nyamuk aedes aegypti
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Nyamuk termasuk salah satu jenis serangga yang bisa menularkan penyakit mematikan pada manusia.

Terdapat lebih dari 3.500 spesies nyamuk. Namun, hanya sedikit spesies yang benar-benar berdampak buruk terhadap kesehatan.

Ada sekitar 40 jenis nyamuk betina yang benar-benar berbahaya karena dapat menularkan penyakit. Sebaliknya, nyamuk jantan tidak mengigit manusia.

Anopheles gambiae membawa penyakit malaria. Aedes aegypti menyebarkan demam berdarah, demam kuning, atau Zika.

Berkaca dari situasi ini, lantas apa yang akan terjadi jika tidak ada nyamuk di dunia?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Hari Nyamuk Sedunia, Mewaspadai Malaria dari Gigitan Hewan Paling Mematikan di Dunia


Tidak pengaruhi sumber makanan hewan lain

Manusia, tanaman, dan hewan membentuk ekosistem. Mereka saling membutuhkan satu sama lain untuk bertahan hidup.

Nyamuk dan serangga lain merupakan sumber makanan bagi hewan lainnya. Jentik-jentik di air merupakan makanan favorit ikan.

Katak, capung, semut, laba-laba, tokek, kelelawar, dan beberapa hewan lainnya juga memakan nyamuk.

Dikutip dari Institut Nasional untuk Penyakit Menular Afrika Selatan, hewan-hewan ini akan mempunyai lebih sedikit sumber pangan jika semua nyamuk menghilang dari dunia.

Sebaliknya, kebanyakan nyamuk tidak menggigit manusia, tetapi dari sumber lainnya. Nyamuk jantan juga membantu penyerbukan tanaman.

Meski tidak sebaik lebah dan kupu-kupu, nyamuk dapat menyerbuki tanaman seperti anggrek dengan baik.

Karena kondisi tersebut, para peneliti berpendapat bahwa membasmi setiap nyamuk di dunia tidak berdampak buruk terhadap lingkungan secara keseluruhan. Ini karena ada serangga lain yang bertindak menggantikan tugas nyamuk.

Namun, pakar sains David Quammen berpendapat nyamuk melindungi hutan hujan tropis tempatnya berkembang biak sehingga mencegah penggundulan hutan.

Ahli entomologi Universitas Florida, AS Phil Lounibos mengatakan, ada kemungkinan muncul serangga pengganti nyamuk yang akan berbentuk sama dan tidak diinginkan.

Namun, ini tidak menutup kemungkinan ada masalah tertentu pada ekosistem kecil di suatu tempat. Sebaliknya, ada kemungkinan suatu ekosistem lebih aman tanpa nyamuk.

Baca juga: Mengapa Gigitan Nyamuk Menyebabkan Bengkak dan Gatal? Berikut Penjelasannya

Menyelamatkan manusia

Selain itu, nyamuk yang menghilang dari dunia akan mengurangi ratusan ribu orang yang meninggal karena tertular penyakit mematikan dari serangga ini.

Diberitakan USA Today (28/4/2017), diperkirakan sekitar 55.000 kasus kematian dalam setahun yang terjadi karena nyamuk Aedes aegypti akan berkurang jika nyamuk punah.

Hal ini membuat banyak peneliti mulai memikirkan cara menghilangkan nyamuk dari permukaan Bumi. Contohnya, peneliti Inggris mengembangkan nyamuk hasil rekayasa yang menghancurkan spesiesnya sendiri.

“Saya pikir mereka memiliki peluang bagus untuk mengurangi populasi lokal, bahkan mungkin memusnahkan suatu spesies di suatu wilayah,” kata ahli ekologi Universitas Negeri Illinois, AS Steven Juliano.

Namun, dia berpendapat hal ini tidak bisa memusnahkan nyamuk secara keseluruhan dari Bumi.

Baca juga: Kota Bontang Lepas Nyamuk untuk Atasi DBD, Bagaimana Bisa?

Kemungkinan risikonya

Dikutip dari Forbes (13/9/2017), nyamuk yang menghilang berpotensi besar memengaruhi migrasi Rangifer tarandus karibu atau sejenis rusa besar di Kutub Utara.

Diketahui, nyamuk mengendalikan migrasi rusa kutub. Kawanan besar mereka di Kanada selalu bergerak untuk mencari makan di waktu yang sama setiap tahun.

Akan tetapi, di musim panas mereka melakukan lebih banyak perjalanan, menempuh jarak yang lebih jauh dan pindah ke tempat yang lebih tinggi, terkadang menghindari tempat makan terbaik, hanya karena mencoba menghindari kawanan nyamuk raksasa yang mengganggu Kutub Utara di musim panas.

Seluruh waktunya dihabiskan untuk berlari. Dengan tidak makan, berarti mereka menimbun lebih sedikit lemak yang mereka perlukan untuk menghadapi musim dingin, yang sering kali berujung pada kematian.

Semua ini dilakukan lantaran rusa kutub terganggu oleh nyamuk yang akan menyedot hingga satu liter darah mereka dalam seminggu.

Nah, membunuh nyamuk-nyamuk, jelas akan mengubah rute migrasi rusa kutub yang bersejarah, dengan konsekuensi yang tidak dapat diprediksi.

Di sisi lain, populasi karibu saat ini semakin mengecil dari sebelumnya. Populasi terus turun, terutama disebabkan karena perusakan habitat oleh manusia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi