KOMPAS.com - Cacar monyet belakangan ini banyak diperbincangkan dan diberitakan lantaran ada temuan kasus di Indonesia.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengonfirmasi, saat ini ada 9 kasus terjangkit cacar monyet di Indonesia.
Di antara temuan kasus, ada informasi-informasi salah soal penyakit ini yang kemungkinan besar bisa menyesatkan masyarakat.
Berikut fakta dan mitos soal cacar monyet:
Baca juga: Temuan Kasus Cacar Monyet di Jakarta, Apakah Gatal adalah Salah Satu Gejalanya?
Mitos dan fakta seputar cacar monyet
Selengkapnya, berikut sejumlah mitos yang beredar di masyarakat beserta faktanya:
1. Mitos: disebut dapat menyebabkan kelumpuhanDilansir dari FastCheck, faktanya tidak ada laporan bahwa cacar monyet menyebabkan kelumpuhan pada seseorang yang menjadi salah satu gejala.
Selain itu, juga tidak ditemukan bukti bahwa ada kelumpuhan yang terjadi berkaitan dengan cacar monyet.
Adapun gejala cacar monyet paling umum adalah demam, sakit kepala, nyeri otot, nyeri punggung, lemas, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Selain itu, cacar monyet biasanya menyebabkan ruam atau lesi yang awalnya datar, kemudian berisi cairan sebelum mengeras dan rontok.
2. Mitos: berasal dari famili virus yang sama dengan cacar airFaktanya cacar monyet bukanlah salah satu dari bentuk penyakit cacar air yang sama-sama menyerang kulit manusia.
Perlu diketahui, cacar air disebabkan oleh virus Varicella zoster yang termasuk dalam keluarga virus Herpesviridae, termasuk herpes simpleks 1 dan 2.
Sedangkan cacar monyet termasuk dalam virus keluarga Poxviridae yang termasuk virus penyebab penyakit cacar yang lebih parah.
3. Mitos: disebut sebagai penyakit infeksi menular seksualDikutip dari HealthLine, cacar monyet bukanlah penyakit infeksi menular yang hanya menjangkit melalui hubungan seksual.
Memang benar cacar monyet bisa menular melalui hubungan seksual, namun itu bukanlah satu-satunya cara penularan.
Cacar monyet dapat menyebar melalui kontak kulit ke kulit yang tidak bersifat seksual atau intim.
Penularan cacar monyet dapat melalui droplet berupa dahak atau liur yang mengontaminasi lingkungan atau tangan, kontak kulit, kontak luka, dan cairan tubuh.
Baca juga: Indonesia Kembali Konfirmasi Kasus Cacar Monyet, Simak Cara Penularan dan Gejalanya
4. Mitos: hanya pasangan sesama jenis yang bisa terkena cacar monyetFaktanya, tidak hanya pasangan sesama jenis saja yang dapat terjangkit virus ini, namun semua orang.
Diketahui, cacar monyet dapat ditularkan kepada siapa saja melalui hubungan seksual, tapi tidak hanya berorientasi terhadap hubungan seksual tertentu.
Salah satu faktor penularan cacar monyet adalah perilaku seks berisiko.
5. Mitos: tidak ada pengobatan atau vaksin cacar monyetDilansir dari NBCWashington, faktanya vaksin cacar monyet sudah ada meski persediaannya terbatas.
Vaksin ini adalah rejimen dua dosis yang diberikan dengan selang waktu empat minggu.
Orang-orang yang termasuk kelompok berisiko tinggi bisa mendapatkan vaksin cacar monyet untuk menahan penyebaran cacar monyet.
Baca juga: Pria Ini Terinfeksi Covid-19, Cacar Monyet, dan HIV Bersamaan
6. Mitos: hewan peliharaan tidak bisa terkena cacar monyetHewan peliharaan tidak bisa terkena cacar monyet merupakan mitos.
Faktanya, semua hewan termasuk yang dipelihara, bisa terinfeksi penyakit cacar monyet tersebut.
Cacar monyet merupakan virus zoonosis atau yang bisa ditularkan dari hewan ke manusia.
7. Mitos: berasal dari monyetDilansir dari Fortune, meski namanya cacar monyet, penyakit ini tidak berasal dari monyet.
Meski monyet memang bisa tertular penyakit ini, namun mereka bukanlah tempat virus tumbuh dan berkembang biak.
Diperkirakan, penyakit cacar monyet tersebut berasal dari sejenis hewan pengerat.
Penyakit ini mendapatkan namanya ketika dua wabah “mirip cacar” terjadi di antara koloni monyet penelitian pada tahun 1958 di Denmark.
Sedangkan, kasus cacar monyet pertama pada manusia didokumentasikan pada tahun 1970.
Baca juga: Kematian Pertama Pasien Cacar Monyet di AS, Alami Sistem Imun yang Parah
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.