Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Kesalahpahaman Umum mengenai Penyakit Skizofrenia

Baca di App
Lihat Foto
iStockphoto/Kameleon007
Kesalahpahaman umum tentang penyakit Skizofrenia.
|
Editor: Muhammad Zaenuddin

KOMPAS.com - Skizofrenia merupakan gangguan kejiwaan yang dapat memengaruhi pikiran, persepsi, dan perilaku seseorang.

Orang dengan gangguan ini biasanya mengalami kombinasi gejala psikotik, termasuk halusinasi, delusi, dan perilaku tidak teratur.

Menurut laman American Psychiatric Association, ketika skizofrenia aktif, gejalanya dapat berupa delusi, halusinasi, bicara tidak teratur, kesulitan berpikir, dan kurangnya motivasi.

Namun, dengan pengobatan, sebagian besar gejala skizofrenia akan membaik dan kemungkinan risiko kambuh kembali dapat dikurangi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meskipun belum ada obat untuk skizofrenia, penelitian telah mengarah pada pengobatan yang inovatif dan lebih aman.

Baca juga: Gejala Skizofrenia pada Anak, dari Susah Tidur hingga Gangguan Pertemanan


Penelitian telah menunjukkan bahwa skizofrenia mempengaruhi laki-laki dan perempuan dengan setara. Meski serangannya mungkin lebih awal pada laki-laki.

Penderita gangguan ini juga lebih mungkin meninggal pada usia muda dibandingkan populasi umum.

Hal ini sebagian besar disebabkan oleh tingginya angka penyakit yang terjadi bersamaan, seperti penyakit jantung dan diabetes.

Masih banyak keyakinan yang salah tentang gangguan ini, yang kemudian berkontribusi pada stigma serius yang melekat padanya.

Baca juga: Hari Kesadaran Skizofrenia Sedunia 24 Mei, Apa Saja Gejala dan Penanganan Skizofrenia?

Dikutip dari laman Encyclopedia Britannica, berikut adalah lima kesalahpahaman paling umum tentang skizofrenia:

1. Skizofrenia membuat orang menjadi berbahaya

Meskipun sebagian besar penderita skizofrenia tidak melakukan kekerasan, banyak masyarakat masih percaya bahwa mereka berpotensi berbahaya.

Persepsi negatif ini diduga berasal dari gambaran media mengenai gangguan tersebut.

Para peneliti menemukan bahwa sebagian besar film yang menampilkan penderita skizofrenia menggambarkan mereka sebagai pembunuh atau melakukan tindakan kekerasan.

Namun, karena stigma gangguan ini, penderita skizofrenia lebih cenderung disakiti oleh orang lain dibandingkan menyakiti dirinya sendiri.

Baca juga: Mengenal Gejala Dini Skizofrenia, Penyakit yang Pernah Diderita Novi Amelia

2. Membuat penderita mendengar suara kasar dan mengancam

Gejala skizofrenia bisa berbeda bagi setiap penderita dan mencakup beragam gejala. Beberapa orang mengalami halusinasi pendengaran dan jenis delusi sensorik lainnya.

Stereotip yang sering ditemukan adalah bahwa penderita skizofrenia mendengar suara mengancam di kepalanya, menyuruhnya melakukan tindakan kekerasan.

Namun, penelitian menunjukkan bahwa interpretasi orang terhadap halusinasi pendengaran penderita mungkin dipengaruhi oleh budaya di wilayah tersebut.

Dalam masyarakat individualis seperti Amerika Serikat, suara-suara dianggap mengganggu dunia pribadi seseorang, sementara masyarakat kolektivis yang menekankan komunitas lebih nyaman membangun hubungan dengan suara mereka.

Baca juga: Apakah Minum Teh Bisa Membantu Mengatasi Stres dan Depresi?

3. Penderita skizofrenia mempunyai kepribadian ganda

Meskipun skizofrenia memiliki gejala yang sangat beragam, namun menimbulkan kepribadian yang terpisah bukanlah salah satunya.

Sebagian asal muasal mitos ini berasal dari istilah skizofrenia itu sendiri. Nama kelainan ini berasal dari kata Yunani schizien yang berarti “terbelah” dan phren yang berarti “pikiran”.

Secara harfiah, keduanya berarti “pikiran terpisah”, yang awalnya mengacu pada pemisahan antara pikiran-pikiran yang biasa terjadi dalam pikiran individu penderita skizofrenia.

Namun, gagasan tentang “pikiran yang terbelah” terkadang disalahartikan sebagai perpecahan antar kepribadian.

Baca juga: 3 Dampak Cancel Culture terhadap Kesehatan Mental

4. Perlu rawat inap jangka panjang atau seumur hidup

Kesalahpahaman umum lainnya adalah bahwa seseorang yang didiagnosis menderita skizofrenia tidak dapat menjadi anggota masyarakat yang bersikap normal.

Meskipun tidak ada obat yang secara langsung mengobati skizofrenia, ada sejumlah cara pengobatan untuk membantu seseorang hidup dengan gangguan tersebut.

Berbagai jenis obat antipsikotik dapat mengurangi frekuensi dan intensitas gejala. Pengobatan lain yang sering kali bersamaan dengan pengobatan adalah perawatan psikososial.

Baca juga: Dampak Negatif Insomnia terhadap Kesehatan Mental

5. Skizofrenia terjadi secara acak

Percaya atau tidak, ada sejumlah anggapan faktor acak yang terkait dengan berkembangnya skizofrenia.

Tumbuh di perkotaan dikaitkan dengan perkiraan peningkatan risiko dua kali lipat terkena kondisi ini. Bahkan, waktu kelahiran seseorang juga dapat mempengaruhi risiko skizofrenia.

Meskipun mekanisme sebab akibat belum diketahui secara pasti, ada beberapa teori yang dapat menjelaskan masing-masing mekanisme tersebut.

Di lingkungan perkotaan, para psikolog berteori bahwa faktor-faktor seperti polusi dan meningkatnya paparan terhadap tekanan sosial dapat berkontribusi pada hubungan antara skizofrenia dan perkotaan.

Kemudian, penelitian menemukan bahwa ibu yang tertular virus saat hamil mempunyai hubungan dengan memiliki anak yang berisiko lebih tinggi terkena skizofrenia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi