Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Menelusuri Sistem Saptatonika Arab

Baca di App
Lihat Foto
DOK. PRIBADI
Jaya Suprana
Editor: Sandro Gatra

UNTUK dapat lebih lancar berkomunikasi dengan para pembaca, maka saya mohon diperkenankan menggunakan notasi abjad Jerman dalam upaya menelusuri sistem saptatonika Arab.

Akibat pada tahun 70-an abad XX di Jerman sempat berkolaborasi duet pianoforte dengan santur alias kecapi persia dengan Hejazi, pesantur Iran yang hijrah ke Jerman pascajatuhnya Shah Pahlavi, saya berkesempatan untuk secara langsung dalam praktik mengenal kemudian mempelajari sistem tata nada Arab dengan menggunakan mazhab duodecimatonika Jerman.

Dari pembelajaran permukaan peradaban tersebut, saya dapat menarik kesimpulan bahwa musik Arab memiliki sistem saptatonika yang menurut kaidah musik Barat khusus Jerman terdiri dari c des e f g as h .

Menarik bahwa beda dari pentatonika universal c d e g a yang sama sekali tidak mengandung interval terkecil, ternyata saptatonika Arab mengandung tiga interval terkecil.

Tidak kalah menarik adalah fakta bahwa apabila nada des dan as dihilangkan dari susunan saptatonika Arab, maka mendadak muncul pentatonika slendro khas Jawa dan Bali yang pada hakikatnya merupakan padanan mayor pentatonika Sunda, Bolivia dan “In” Jepang.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Maka secara subyektif saya berspekulasi musikologis bahwa ada secara georeligi keterkaitan sukma antara saptatonika Arab dengan pancatonika Jawa melalui jalur penyebaran agama Islam sama halnya dengan sistem duobelasnada Barat yang dibawa agama Nasrani ke persada Nusantara.

Entah secara sadar atau tidak sadar, Franz Liszt yang dilahirkan di desa Raiding yang kini berada di wilayah Austria dekat perbatasan dengan Hungaria sempat menggarap mahakarya Hungarian Rhapsody nomor 3 dengan sistem saptatonika Arab.

Beda dari Johannes Brahms yang sama sekali tidak menyentuh septatonika Arab di dalam siklus Hungarian Dances sebagai garapannya.

Sejarah mengindikasikan bahwa musik Hungaria memang sempat terpengaruh oleh musik Arab yang dibawa oleh para serdadu kekaisaran Ottoman yang de facto memang berhasil merangsek masuk wilayah kekaisaran Austria-Hungaria sampai ke kawasan suburbia kota Wina.

Sementara Bela Bartok yang dilahirkan di Sannicolau Mare, Rumania juga sempat menggali musik tradisional rakyat Rumania, Bulgaria dan Hungaria yang secara historis memang sempat menjadi wilayah kekuasaan imperialisme Ottoman Empire.

Menarik adalah indikasi bahwa ternyata geopolitik maupun georeligi berpengaruh terhadap musik sebagai bagian dari kesenian sebagai bagian dari kebudayaan sebagai bagian dari peradaban.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi