Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Influencer AS Terkena Bakteri Pemakan Daging Setelah Suntik Vitamin Peluruh Lemak, Begini Kisahnya

Baca di App
Lihat Foto
Marina Demidiuk
Gejala cacar air yang perlu diwaspadai.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Seorang influencer kebugaran bernama Beatriz Amma (26) mengatakan bahwa suntikan vitamin penghilang lemak telah merusak kulitnya hingga membuatnya tampak seperti terkena cacar monyet.

Amma pergi ke spa dan menghabiskan 800 dollar AS (Rp 12,7 juta) untuk suntikan vitamin B12 yang dicampur dengan vitamin C dan asam deoksikolat, yang merupakan pelarut lemak yang populer, dikutip dari Dailymail, Senin (23/10/2023).

Namun setelah melakukan suntik vitamin, dalam beberapa jam ia justru merasa tidak sehat dan akhirnya memutuskan untuk pergi ke rumah sakit.

Amma sempat mengira bahwa dirinya menderita cacar monyet setelah melihat bekas-bekas merah yang timbul di kulitnya.

Kini, tiga tahun kemudian, Amma masih menderita komplikasi dan mengonsumsi obat untuk mencegah gejalanya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, bagaimana awal mulanya?

Baca juga: Kisah Tessa Hansen-Smith yang Alergi Air: Tetes Hujan, Minuman, dan Air Mata Membuatnya Tersiksa


Habiskan Rp 3,8 juta per sesi

Amma yang mengunjungi klinik yang tidak disebutkan namanya di Burbank, California pada musim semi 2021 mengatakan bahwa semuanya tampak sangat sah, bersih, dan profesional.

Staf di spa menyarankan, semakin banyak suntikan maka akan semakin baik pula hasilnya, dan akan lebih efektif jika melakukan suntikan di lebih dari satu area.

"Dia bilang itu dibuat oleh perusahaan yang sangat bereputasi dan dia menunjukkan padaku botol-botol itu. Saya sangat bersemangat," kata Amma.

Amma menghabiskan biaya sekitar Rp 3,8 juta per sesi suntikan penghilang lemak.

Suntikan tersebut menggunakan asam deoksikolat, asam empedu yang dibuat oleh tubuh, lalu disuntikkan ke dalam tubuh untuk melarutkan sel-sel lemak.

Baca juga: Kisah Rika Astria, Didiagnosis Jantung Rematik di Usia 25 Tahun akibat Gigi Berlubang

Lakukan 60 suntikan di beberapa bagian tubuh

Dilansir dari The Sun (20/10/2023), Amma melakukan sekitar 60 suntikan, dengan 10 suntikan diberikan di masing-masing lengan, 20 di punggung, dan 20 di perut.

Namun, di keesokan paginya ketika ia bangun tidur, Amma mengalami demam, menggigil, dan keringat dingin yang semakin parah sepanjang hari.

Dua hari kemudian, muncul bekas luka di kulitnya di tempat dia disuntik.

Kendati demikian, kata Amma, dokter meyakinkan bahwa gejalanya tidak perlu dikhawatirkan.

Setelah itu, ia pindah ke rumah rekan kerjanya karena kesulitan mengenakan pakaian, pergi ke kamar mandi, dan berpakaian.

Amma mengaku dirinya seperti "membusuk" di tempat tidur, dengan kulitnya pecah-pecah dan tubuhnya seperti "memakan dirinya sendiri".

Setelah dua minggu tinggal bersama temannya, ia lalu dilarikan ke rumah sakit ketika mulai menderita sakit parah dan rekannya takut dia akan mati.

"Saya terbangun sambil menangis pada jam 3 pagi suatu malam dan berpikir 'Saya harus pergi ke UGD'. Rasa sakitnya sangat menyiksa. Infeksinya ada di mana-mana," kata Amma.

Baca juga: Kisah Bila, Alami Batu Ginjal padahal Rutin Minum Air Putih, Ternyata Ini Kebiasaanya

Didiagnosis nekrosis

Selanjutnya, setelah dilakukan pemeriksaan, dokter menemukan bahwa Amma menderita nekrosis, yaitu kematian jaringan tubuh akibat infeksi.

Berdasarkan hasil tes yang dilakukan, dokter meyakini bahwa asam deoksikolat tidak disuntikkan dengan benar. Sehingga ini menyebabkan abses mikobakterium subkutan, penyakit kulit akibat bakteri pemakan daging.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, bakteri itu dapat ditemukan di air, tanah, dan debu serta dapat mencemari peralatan medis.

Orang yang menerima suntikan tanpa didesinfeksi kulitnya akan berisiko terkena Mycobacterium abscessus, yang merupakan satu keluarga bakteri yang sama dengan bakteri penyebab tuberkulosis dan kusta.

Gejalanya berupa bisul berisi nanah, demam, menggigil, dan nyeri otot. Tes darah atau sampel yang diambil dari daerah yang terinfeksi diperlukan untuk memastikan infeksi tersebut.

Perawatan termasuk mengeluarkan nanah, menghilangkan jaringan yang terinfeksi, dan pemberian antibiotik jangka panjang.

Amma merasa cemas ketika dokter menyatakan bahwa ia tidak akan bisa mengenakan bikini karena orang-orang akan mengira dia menderita cacar monyet.

Amma mengatakan bahwa dirinya merasa khawatir dalam menemukan pasangan atau bagaimana menjelaskan penyakitnya kepada anak-anaknya suatu hari nanti.

Baca juga: Kisah soal Penculik Jengkel dan Membebaskan Korbannya karena Sang Anak Terus Menyanyikan Lagu Gospel

Berangsur-angsur membaik

Pada Maret 2022, luka Amma sudah kian membaik, akan tetapi ia harus tetap mendapat antibiotik IV selama enam jam sehari.

Antibiotik IV adalah antibiotik yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah melalui suntikan atau melalui kateter.

Dia beralih ke antibiotik oral pada September 2022, namun dia berhenti meminumnya pada Februari 2023.

Kemudian, pada Juli 2023 ketika penyakitnya muncul kembali, Amma terpaksa memulai pengobatannya lagi.

"Butuh waktu hampir satu tahun penuh untuk menyembuhkan luka saya. Saya menjalani banyak operasi untuk mencoba menghilangkan sebanyak mungkin jaringan yang terinfeksi," kata Amma.

"Saya sekarang memulai pengobatan lagi. Dampaknya sangat berat bagi tubuh. Saya berada di tahun ketiga dan ini masih belum berakhir," imbuhnya.

Amma berharap dapat menyebarkan kesadaran tentang penyakit yang dideritanya dan berharap dapat menginspirasi orang lain untuk bersikap positif terhadap tubuh.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi