Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warganet Pertanyakan Fenomena Hujan Lebat Usai Cuaca Panas Ekstrem, Ini Penjelasan BMKG

Baca di App
Lihat Foto
Pexels /Kim Jinhong
Warganet mempertanyakan fenomena hujan lebat seusai cuaca panas.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Warganet mempertanyakan terjadinya fenomena hujan lebat yang mengguyur sejumlah wilayah di Indonesia beberapa hari terakhir.

Sebab, hujan lebat itu terjadi tidak lama setelah cuaca panas ekstrem yang berlangsung pada pertengahan September-Oktober 2023.

Hujan yang mengguyur juga terjadi dalam intensitas lebat dan disertai angin kencang sehingga pohon bertumbangan.

Selain itu, beberapa warganet turut mempertanyakan perubahan cuaca dari panas ekstrem ke hujan lebat secara tiba-tiba.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Bbrp kota yg udh turun hujan tp kok ngeri abis panas terik sekalinya hujan malah di campur angin badai sampe pohon tumbang, banyak rumah pada rusak, ya Tuhan takut bgt semoga disini aman2 aja krn zuzur trauma bgt sama angin kenceng," cuit akun X @Grac******.

"asli capek banget, pp jogja solo, di solo awalnya kepanasan terus tiba² lgs jadi hujan deres, sampe jogja panas lg pusing de," kata akun @ew***.


Lantas, mengapa hal tersebut bisa terjadi?

Baca juga: Hujan Mulai Turun di Jabodetabek, Kapan Prakiraan Musim Hujan 2023?

Penjelasan BMKG

Plt Kepala Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Andri Ramdhani buka suara mengenai cuitan warganet soal perubahan cuaca dari panas ekstrem menjadi hujan lebat yang terjadi beberapa hari terakhir.

Ia mengatakan, hujan yang turun setelah cuaca panas beberapa hari ke belakang di beberapa wilayah Indonesia merupakan fenomena yang kerap terjadi di wilayah tropis.

"Terutama di wilayah yang mulai berada pada peralihan musim atau pancaroba," ujar Andri kepada Kompas.com, Kamis (25/10/2023).

Baca juga: BMKG Ungkap Wilayah yang Masuk Musim Hujan 21-31 Oktober 2023, Cek di Sini

Andri menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan Indonesia dilanda hujan lebat tidak lama setelah cuaca panas ekstrem terjadi.

Faktor pertama adalah aktifnya gelombang atmosfer Rossby Ekuator dan Kelvin di beberapa wilayah Indonesia.

Selain itu, penyebab lainnya adalah munculnya daerah pertemuan dan perlambatan kecepatan angin atau konvergensi.

Hal tersebut dapat meningkatkan aktivitas konvektif dan memaksimalkan potensi pertumbuhan awan hujan.

"Intensitas radiasi Matahari dan pemanasan yang tinggi di pagi hingga siang hari dapat memicu proses konvektif skala lokal sehingga mengakibatkan potensi penguapan yang cukup tinggi," terang Andri.

"Hujan yang kerap terjadi di masa pancaroba ini lebih disebabkan daya angkat atau penguapan yang cukup tinggi dari pagi hingga siang hari dan hujan turun pada sore hari," sambungnya.

Baca juga: Pakar Ungkap 4 Jenis Ular yang Sering Masuk Rumah Saat Musim Hujan, Segera Cegah!

Risiko hujan lebat

Lebih lanjut, Andri meminta masyarakat waspada dengan terjadinya hujan lebat usai Indonesia dilanda cuaca panas ekstrem.

Ia mengatakan, hujan lebat dapat berpeluang menyebabkan dampak bencana hidrometeorologi berupa banjir, genangan, hingga tanah longsor.

Ketika faktor dinamika atmosfer tersebut sedang aktif, maka dampaknya adalah cuaca ekstrem, baik yang sifatnya meningkatkan curah hujan maupun yang berdampak pada kekeringan.

"Masyarakat diimbau dan diharapkan tetap mengantisipasi kondisi cuaca yang cukup panas atau kondisi terik pada siang hari dengan meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga kesehatan diri, keluarga, serta lingkungan," saran Andri.

Untuk mewaspadai cuaca ekstrem di masa pancaroba, masyarakat dapat mewaspadai dampaknya dengan:

  • Membersihkan saluran air lingkungan
  • Menjaga lingkungan, seperti buang sampah tidak ke sungai, got, saluran air lainnya
  • Memastikan ketersediaan daerah resapan air
  • Siapkan kebutuhan darurat jika terjadi bencana hidrometeorologi
  • Rutin melihat informasi prakiraan cuaca dan iklim di kanal media sosial BMKG.

Baca juga: Selatan Ekuator Mulai Gerimis, BMKG Ungkap Daerah Kurang Hujan Terpanjang di Indonesia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi