Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

17 Orang Positif Cacar Monyet di Jakarta, Kemenkes Ungkap Cara Mencegah Penularan

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock.com
Ilustrasi penyakit cacar monyet (monkeypox) di Indonesia.
|
Editor: Farid Firdaus

KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan jumlah kasus cacar monyet atau monkeypox terus mengalami peningkatan.

Berdasarkan data Kemenkes, pada 13 dan 19 Oktober 2023, masing-masing baru ada satu pasien cacar monyet. Kemudian, pasien bertambah lima pada 21 Oktober 2023.

Selanjutnya, pada 23 Oktober 2023, terdapat tambahan dua kasus positif. Lalu pada 24 Oktober 2023 ada tiga kasus tambahan.

Sementara pada 25 dan 26 Oktober terdapat masing-masing tambahan dua kasus positif cacar monyet.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Update jumlah pasien cacar monyet

Juru bicara Kemenkes Mohammad Syahril mengungkapkan, jumlah pasien positif cacar monyet mencapai 17 orang per Kamis (26/10/2023) pukul 19.00 WIB.

Dari jumlah itu, satu pasien yang positif pada Agustus 2022 telah dinyatakan sembuh. Sementara 16 orang lainnya masih positif.

"Kasus positif aktif 16 orang (dengan) positivity rate PCR 44 persen," ungkapnya kepada Kompas.com, Jumat (27/10/2023) pagi.

Menurut Syahril, semua pasien cacar monyet tertular virus akibat adanya kontak seksual. Mereka seluruhnya berjenis kelamin laki-laki dengan usia antara 25 hingga 50 tahun.

Para pasien mengalami gejala ringan antara lain ruam dan lesi lepuh berisi air atau nanah pada kulit, sakit kepala, demam, nyeri otot, mual, dan muntah. Mereka saat ini sedang mejalani isolasi di rumah sakit yang ditunjuk Kemenkes.

"(Pasien) suspek atau terduga bergejala 9 orang. (Pasien) probable yang menunggu hasil PCR 2 orang," tambah Syahril.

Di sisi lain, baru ada 251 warga yang menerima vaksinasi cacar monyet dari Kemenkes dari target 495 orang.

Baca juga: Kasus Cacar Monyet Ditemukan di Jakarta, Kemenkes Ungkap Gejalanya

Cara mencegah penularan cacar monyet

Syahril mengungkapkan, Kemenkes menyediakan vaksinasi cacar monyet untuk 500 orang dari kelompok berisiko di DKI Jakarta yang akan diberikan mulai satu minggu ke depan.

"Diberikan 1 orang 2 dosis, selang 4 minggu. Karena saat ini stok vaksin monkeypox di Indonesia ada 1.000 dosis untuk 500 orang," ujarnya.

Selain itu, Kemenkes juga mengadakan sosialisasi dan edukasi untuk mencegah terkena cacar monyet.

Menurut Syahril, masyarakat harus hidup bersih dan sehat, memakai masker, serta mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun.

Masyarakat juga perlu menghindari kontak dengan kulit dan luka dari pasien yang positif cacar monyet.

"Berhubungan seksual yang aman, sehat, bersih. Hindari hubungan seksual jika sedang sakit atau bergejala (cacar monyet)," lanjut dia.

Baca juga: Sederet Mitos dan Fakta Seputar Cacar Monyet yang Wajib Diketahui

Syahril mengungkapkan, puskesmas di setiap kecamatan akan memantau kontak erat secara nonseksual di antara masyarakat untuk mengindentifikasi gejalanya.

Sementara pasien yang melakukan kontak erat seksual dengan pasien akan diisolasi dan dilakukan pemeriksaan laboratorium.

Setiap ada kasus positif akan langsung dilakukan isolasi di rumah sakit termasuk suspek yang sedang menunggu hasil PCR.

Syahril juga memastikan pihaknya akan menyiagakan ruang isolasi rumah sakit, menyiapkan obat antivirus, dan berkoordinasi dengan para pakar.

Baca juga: Kasus Cacar Monyet Bertambah Jadi 9, Adakah Potensi Menyebar ke Luar Jakarta?

Deteksi cacar monyet

Syahril mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan Dinas Kesehatan DKI Jakarta telah melalukan berbagai langkah untuk mendeteksi, mencegah, dan menanggapi penularan wabah ini.

Menurutnya, Kemenkes dan Dinkes DKI Jakarta tengah menggerakkan aksi deteksi dini untuk segera mengobati pasien.

"Penemuan kasus aktif tidak hanya pada kontak erat kasus, tapi juga suspek yang bergejala yang datang ke fasilitas kesehatan segera diperiksakan PCR jika memenuhi kriteria suspek," jelasnya.

Baca juga: Kemenkes Gelar Vaksinasi Cacar Monyet 24 Oktober, Siapa Penerimanya?

Untuk melakukan pemeriksaan, Kemenkes menggunakan laboratorium Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) dan Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) DKI Jakarta.

Pasien yang positif akan menjalani pemeriksaan lanjutan. Deteksi dini dan pemeriksaan ini penting untuk mencegah kematian.

"Tingkat kematian sekitar 1 persen. Dari 100 kasus positif bisa 1 meninggal mayoritas karena infeksi sekunder dan kondisi imunitas rendah," katanya.

Adapun kelompok yang berisiko mengalami kematian adalah Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL), ibu hamil, ibu menyusui, anak, dan lansia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi