Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Situs Fosil Langka di Argentina Ungkap Pemandangan Hari-hari Akhir Dinosaurus Sebelum Punah

Baca di App
Lihat Foto
Getty Images/LorenzoT81
Peta Amerika Selatan. Situs Cañadón Tomás di Argentina ungkap pemandangan pada Zaman Kapur akhir, saat dinosaurus mengalami kepunahan.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Sekitar 66 juta tahun lalu, sebuah asteroid raksasa menghantam Amerika kuno, memicu kepunahan massal yang mematikan 75 persen spesies dinosaurus.

Sebagian besar yang diketahui tentang kepunahan ini berasal dari Amerika Utara, di antara tempat tinggal dinosaurus populer, seperti T-rex dan Triceratops.

Ahli paleontologi tak banyak mengetahui bagaimana bencana dahsyat ini terjadi di wilayah yang kini bertransformasi menjadi Amerika Selatan.

Namun, kumpulan fosil dinosaurus yang baru-baru ini ditemukan di kawasan Patagonia, Argentina selatan dapat menggali lebih banyak informasi tentang hal tersebut.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Ilmuwan Temukan Ichthyosaurus, Hewan Darat yang Berevolusi Jadi Monster Laut dari Zaman Dinosaurus


Situs Canadon Tomas jadi jendela kisah akhir dinosaurus

Dilansir dari National Geographic, Rabu (25/10/2023), para peneliti berhasil menemukan Canadon Tomas, sebuah situs fosil dengan potensi luar biasa yang dapat mengungkap detik-detik kepunahan dinosaurus di kawasan Amerika Selatan.

Ahli paleontologi Matthew Lamanna dari Carnegie Museum of Natural History, Amerika Serikat mengatakan, penemuan ini mencakup tulang-tulang dari beberapa dinosaurus berparuh bebek yang disebut hadrosaurus.

Bukan hanya itu, temuan juga meliputi gigi dinosaurus karnivora, tulang belakang ular, serta rahang mamalia purba berukuran kecil.

Menurutnya, penemuan tersebut menunjukkan bahwa Canadon Tomas tampaknya "mengawetkan" hewan besar dan kecil dari ekosistem prasejarah.

Lamanna mengungkapkan, saat ini wilayah Canadon Tomas merupakan gurun gersang yang ditutupi semak belukar.

Namun, sekitar 66 juta tahun lalu, bagian Amerika Selatan ini sangat hangat, basah, dan ditumbuhi banyak tanaman termasuk pakis dan palem.

Penelitian sebelumnya turut menunjukkan Canadon Tomas dilengkapi aliran sungai berkelok yang mengarah ke laut.

Lingkungan air tawar pun memungkinkan hampir semua makhluk yang mati di kawasan ini terkubur dan tetap lestari.

Kondisi tersebut merupakan sebuah gambaran langka tentang kehidupan pada Zaman Kapur (Cretaceous) yang menjadi hari-hari akhir dinosaurus di permukaan Bumi.

"Ada jauh lebih sedikit situs yang melestarikan fosil vertebrata yang hidup di darat dari akhir Zaman Kapur di belahan Bumi selatan," kata Lamanna, dikutip dari Cosmos Magazine, Senin (16/10/2023).

Lamanna melanjutkan, situs Canadon Tomas membantu para peneliti lebih memahami periode menjelang kepunahan dinosaurus non-unggas, yang diikuti oleh perluasan mamalia di seluruh dunia.

Dengan adanya fosil herbivora besar, karnivora, dan material mamalia yang lebih kecil, situs ini menjadi jendela ke seluruh ekosistem yang berkembang pada akhir zaman dinosaurus sebelum serangan asteroid.

Baca juga: Bagaimana Terbentuknya Minyak Bumi, Benarkah dari Fosil Dinosaurus?

Mengisi puzzle prasejarah

Sisa-sisa material dari kumpulan mamalia kecil merupakan indikator penting sebuah situs fosil.

Tulang-tulang hewan ini sering kali memberikan lebih banyak informasi tentang susunan ekosistem pada masa lalu dibandingkan dinosaurus berukuran besar.

Namun, lantaran kerangka berukuran kecil lebih mudah terurai dan pecah daripada tulang dinosaurus yang besar dan kokoh, fosil kecil sekali jarang ditemukan.

Khususnya rahang mamalia lengkap dengan gigi, akan sangat membantu ahli paleontologi untuk mengukur bagaimana nasib kerabat manusia purba dari waktu ke waktu.

Koleksi fosil dari Canadon Tomas pun akan menjadi pembuktian terhadap hipotesis ahli paleontologi tentang masa-masa prasejarah tersebut.

Misalnya, beberapa penelitian menunjukkan, jumlah spesies dinosaurus mungkin telah menurun di belahan Bumi utara selama akhir Zaman Kapur.

Kondisi itu disinyalir membuat hewan ini lebih rentan terhadap kepunahan saat asteroid menghantam Bumi.

"Sering kali diasumsikan bahwa di benua selatan, pola-pola ini mencerminkan pola yang ada di benua utara, tapi apakah itu benar?" Lamanna bertanya-tanya.

Hal tersebut turut dipertanyakan Alexander Vargas, ahli paleontologi dari University of Chile yang tidak terlibat dalam penelitian baru ini.

Meski semua dinosaurus non-unggas punah setelah peristiwa tersebut, para ahli masih belum mengetahui nasib spesies yang hidup di belahan Bumi selatan.

"Ada kemungkinan bahwa jarak dari lokasi dampak (jatuhnya asteroid) mendukung kelangsungan hidup beberapa kelompok di daratan selatan, seperti mamalia monotreme dan nenek moyang marsupial modern," kata Vargas.

Hal tersebut akan membantu menjelaskan mengapa kelompok mamalia ini ada di daratan selatan saat ini, tetapi hampir seluruhnya tidak ada di wilayah utara.

Penggalian dan analisis fosil langka yang ditemukan di Canadon Tomas masih berlangsung hingga saat ini.

Tim lapangan berencana untuk kembali ke lokasi tersebut pada akhir tahun ini dan awal 2024.

Setiap temuan baru juga berpotensi memberikan gambaran global tentang seperti apa akhir Zaman Kapur, tidak lama sebelum dampak buruk serangan asteroid terjadi.

"Jika tim kami telah menemukan fosil ular, dua atau tiga jenis dinosaurus, dan mamalia hanya dengan menggores permukaannya, siapa yang tahu apa lagi yang mungkin ada di sana?" kata Lamanna.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi