Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Sologami, Tren Menikahi Diri Sendiri Mulai Marak di Korea Selatan

Baca di App
Lihat Foto
senivpetro/ Freepik
Ilustrasi sologami atau autogami. Sologami adalah sebuah fenomena menikahi diri sendiri.
|
Editor: Farid Firdaus

KOMPAS.com - Sologami atau autogami, sebuah fenomena menikahi diri sendiri tengah menjadi tren di Korea Selatan.

Kim Seulki, salah satu praktisi sologami secara terbuka menyatakan komitmen dengan menikahi dirinya sendiri dalam upacara pernikahan tunggal pada 2022.

Sejauh ini, sologami adalah pilihan memuaskan untuk wanita berusia 39 tahun itu. Bahkan, menurutnya, pernikahan tunggal tersebut belum memunculkan sisi negatif untuk dirinya.

"Sekarang semua orang tahu saya telah menyatakan sologami, pertanyaan tentang status perkawinan saya hilang begitu saja," ujar Kim, dilansir dari The Straits Times, Minggu (29/10/2023).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Hal ini membuat saya merasa bahwa perspektif saya terhadap kehidupan dan nilai-nilai saya dapat diterima apa adanya," tambahnya.

Meski puas dengan pernikahannya, Kim mengaku menerima reaksi beragam dari teman dan keluarga.

"Beberapa orang mengatakan mereka menghormati dan bahkan iri dengan keputusan saya, sementara yang lain mengatakan 'terlalu dini' bagi saya untuk membuat komitmen seperti itu," kata Kim.

Namun, di luar anggapan orang lain, Kim merasa telah menemukan kebahagiaan sebagai seorang individu dengan pernikahan ini.


Sologami dapat tunjangan pernikahan

Kim merupakan satu di antara enam karyawan perusahaan kosmetik Lush Korea yang menerima tunjangan sologami pada 2022.

Tunjangan tersebut, termasuk bonus uang tunai khusus sebesar 500.000 won atau sekitar Rp 5,8 juta, serta liburan 10 hari untuk bulan madu solo setelah menikah.

Lush Korea sendiri menawarkan tunjangan sologami sejak Juni 2017. Hal ini bertujuan untuk memastikan semua karyawan, termasuk yang memilih untuk tidak menikah tetap mendapatkan program kesejahteraan dan tunjangan dari perusahaan.

"Ini mewakili budaya perusahaan yang menjunjung tinggi keberagaman dan inklusivitas. Gaya hidup setiap orang dihormati," kata juru bicara perusahaan, Jeon Hana.

Baca juga: Kisah Pasutri di Jepang Tak Mau Hidup Bersama di Bawah Satu Atap demi Hindari Stres

Tak hanya perusahaan tempat Kim bekerja, dalam beberapa tahun terakhir, banyak perusahaan Korea Selatan mulai mengikuti langkah memberikan tunjangan untuk sologami.

Misalnya, pada September 2022, Lotte Department Store memberikan uang tunai dan tunjangan hari raya kepada karyawan berusia 40 tahun ke atas yang belum menikah.

Tunjangan tersebut diberikan dengan nominal yang sama seperti karyawan yang akan atau telah menikah.

"Dua puluh lima karyawan mendaftar untuk mendapatkan tunjangan sologami dalam waktu tiga bulan setelah kami mengadopsi program ini," kata juru bicara Lotte Department Store.

"Ini menjadi sangat populer di kalangan karyawan berusia 40 tahunan dan 50 tahunan yang tidak memiliki keinginan untuk menikah," lanjutnya.

Ada pula operator seluler LG Uplus yang menerapkan kebijakan serupa pada Januari 2023, dengan usia minimal 38 tahun.

Baca juga: Kembali Muncul Modus Penipuan Undangan Pernikahan, Kali Ini Format PDF

Penyebab tren sologami meningkat di Korea

Meski tingkat pernikahan terus menurun di Korea Selatan, jumlah individu yang berkomitmen pada diri mereka sendiri melalui sologami terus meningkat.

Kendati demikian, belum ada data resmi yang menunjukkan jumlah praktisi sologami di negara ini.

Orang-orang yang melangsungkan pernikahan solo pun bukan sekadar merayakan keputusan untuk menikahi diri sendiri.

Sering kali, keputusan ini diambil untuk melawan tekanan budaya yang berpusat pada pernikahan.

Pasalnya, tak jarang manfaat sosial lebih banyak diberikan kepada orang-orang yang sudah menikah.

Baca juga: Saat Resepsi Pernikahan Dikira Tempat Wisata, Turis Berebut Foto dengan Pengantin

Profesor sosiologi di Universitas Nasional Seoul, Suh Yijong menjelaskan, sologami atau autogami sangat berkaitan dengan menurunnya angka pernikahan di Korea Selatan.

Menurut Suh, fenomena ini juga meningkat seiring persepsi bahwa pernikahan tidak lagi wajib di kalangan masyarakat berusia 20 tahunan dan 30 tahunan.

Survei Statistik Korea pada 2022 yang melibatkan 36.000 warga menunjukkan, 36,4 persen responden berusia 19-34 tahun memiliki persepsi positif terhadap pernikahan.

Angka tersebut turun 20,1 persen dari survei yang dirilis sepuluh tahun lalu pada 2012, yakni sebesar 56,5 persen.

Berdasarkan data statistik terpisah pada awal 2023, tingkat pernikahan di Korea Selatan pun kembali mencatatkan rekor terendah sepanjang 2022.

Sekitar 192.000 pasangan menikah pada 2022, turun 0,4 poin dari tahun sebelumnya. Jumlah ini merupakan angka terendah sejak 1970, saat badan statistik pertama kali mengumpulkan data pernikahan.

Baca juga: MA Larang Pengadilan Izinkan Nikah Beda Agama, Bagaimana Nasib Pernikahan yang Sudah Diizinkan?

Bentuk mencintai diri sendiri

Sementara itu, dikutip dari CNN, Rabu (31/5/2023), praktik sologami atau konsep pernikahan mandiri telah ada selama bertahun-tahun.

Salah satunya, dalam salah satu episode serial Sex and the City yang tayang pada Agustus 2003, sosok Carrie Bradshaw berusaha membalas dendam dengan menikahi dirinya sendiri.

Namun, tidak ada data mengenai berapa banyak orang yang menyatakan sologami dengan menggelar sebuah upacara pernikahan tunggal.

Beberapa praktisi menyebut, sologami adalah salah satu bentuk ekspresi simbolis dari mencintai diri sendiri serta penegasan hubungan yang mendalam dan bermakna pada diri sendiri.

Menurut mereka, tindakan ini sama sekali tak sama dengan bersumpah untuk tidak menjalin hubungan di masa mendatang.

Tindakan sologami juga tidak mengikat secara hukum maupun diakui secara legal di negara mana pun.

Baca juga: Tradisi Unik Pernikahan Suku Urhobo di Nigeria, Pengantin Wanita Dipangku Pengantin Pria

Kendati demikian, terapis pernikahan dan keluarga John Amodeo mengatakan, orang-orang yang berkomitmen untuk mencintai diri sendiri merupakan bagian dari mencari kebahagiaan.

"Hal yang menonjol tentang tren ini adalah semakin banyak orang menyadari bahwa mereka perlu mengambil tanggung jawab atas kebahagiaan sendiri, bahwa mereka dapat memiliki kehidupan yang memuaskan dan bermakna tanpa harus menjalin hubungan," kata dia.

Amodeo menggambarkan tren ini sebagai bentuk narsisme yang sehat. Tanpa mencintai diri sendiri, menurutnya, seseorang akan bergantung pada orang lain untuk merasa berharga.

"Sebenarnya kurangnya rasa cinta pada diri sendirilah yang menyebabkan narsisme yang tidak sehat. Kita kemudian terus-menerus membutuhkan validasi dari orang lain untuk mengisi kekosongan batin kita," ungkapnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi