Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia Kerahkan Lumba-lumba dalam Perang, Apa Tujuannya?

Baca di App
Lihat Foto
Dok. https://tamansafari.com/
Atraksi lumba-lumba hidung botol di Safari Beach Jateng
|
Editor: Farid Firdaus

KOMPAS.com - Rusia mengerahkan lumba-lumba khusus yang telah dilatih ke lokasi perang di Ukraina Selatan menurut sebuah laporan baru-baru ini.

Dikutip dari NewsWeek, kandang lumba-lumba terlihat di pangkalan angkatan laut Rusia di Novoozerne.

Kabar bahwa Rusia memanfaatkan mamalia laut untuk militer sebenarnya bukan hal yang baru.

Sebelumnya, militer Rusia disebut-sebut telah melatih hewan itu di pangkalan Laut Hitam di Sevatopol.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dikutip dari Forces, penggunaan lumba-lumba untuk tujuan militer bukan hanya dilakukan oleh Rusia.

Sejak lama, lumba-lumba juga telah dimanfaatkan oleh Angkatan Laut AS pada 1960.

Lantas, sebenarnya apa tujuan pemanfaatan lumba-lumba dalam militer?

Tujuan lumba-lumba dimanfaatkan dalam militer

Pada akhir Juni 2023, Kementerian Pertahanan Inggris menyebutkan bahwa Rusia telah berinvestasi untuk merombak pangkalannya di Sevastopol termasuk meningkatkan jumlah mamalia terlatih.

Beberapa gambar menunjukkan, jenis lumba-lumba yang dimanfaatkan Rusia adalah lumba-lumba hidung botol.

Data intelijen Pemerintah Inggris mengungkapkan, tujuan Rusia memanfaatkan hewan ini adalah untuk menangkis penyelam musuh.

Sementara itu, dikutip dari NationalGeographics, lumba-lumba dimanfaatkan oleh Pemerintah AS untuk militer guna menemukan dan mengambil peralatan yang hilang di laut serta mengidentifikasi penyusup yang berenang di area terlarang.

"Lumba-lumba hidung botol lebih baik daripada mesin mana pun dalam hal mendeteksi ranjau," kata Kepala Program Penelitian Mamalia Laut Kane'ohe.

Baca juga: Benarkah Lumba-lumba Suka Memperkosa dan Membunuh?

Ia mengatakan, kemampuan lumba-lumba ini bahkan lebih cepat dibandingkan mesin.

Menurutnya, kerja lumba-lumba sangat efektif meskipun di dekat pantai saat deburan ombak dan lalu lintas kapal cukup bising. Sebab, sistem sonar lumba-lumba bekerja cukup baik.

Lumba-lumba, termasuk kerabatnya, paus pembunuh, memiliki serangkaian suara yang memantul dari benda-benda di lingkungan sekitarnya.

Mereka memiliki kemampuan yang dikenal dengan ekolokasi, yakni kemampuan untuk menangkap gema yang kembali dan membentuk gambaran akustik lingkungannya.

Dalam sebuah demonstrasi media pada 2011, Angkatan Laut AS mengerahkan lumba-lumba dan singa laut untuk berpatroli.

Dalam demonstrasi tersebut, kedua hewan ini berhasil menangkap penyelam.

Singa laut bahkan berhasil memasang penjepit di kaki penyelam tersebut.

Baca juga: Tradisi Berburu Lumba-Lumba di Faroe yang Jadi Sorotan Dunia...

Bagian dari perlombaan senjata

Pensiunan Tentara Kolonel Viktor Baranets yang mengamati pelatihan militer lumba-lumba di era Soviet dan setelahnya bahkan mengatakan, mamalia ini menjadi bagian dari perlombaan senjata perang dingin antara AS dan Uni Soviet.

"Orang Amerika menyelidiki hal ini (kemampuan lumba-lumba) terlebih dahulu," ujarnya.

Pada 1965, Angkatan Laut Soviet membuka fasilitas penelitian di Kazachya Bukhta, dekat Sevastopol, untuk mengeksplorasi kegunaan mamalia laut bagi militer.

Hal itu kemudian diteruskan ke Angkatan Laut Ukraina setelah jatuhnya Uni Soviet.

Baca juga: Mengapa Paus dan Lumba-Lumba Bisa Terdampar? Ini Beberapa Sebabnya...

Baranets mengatakan, pusat pelatihan tersebut sangat terbengkalai pada tahun-tahun berikutnya.

Pada 2000, laporan menyebutkan bahwa lumba-lumba tersebut telah dijual ke Iran.

Angkatan Laut Ukraina kemudian kembali mendirikan kembali pusat penelitian lumba-lumba pada 2012.

Pusat penelitian lumba-lumba ini kembali berada di bawah kendali Rusia setelah negara tersebut mencaplok wilayah Krimea di Ukraina pada Maret 2014.

Baca juga: Anak Lumba-lumba Mati Usai Dijadikan Konten Instagram, Pelaku Belum Dihukum

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi