Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Fenomena Batas Hujan, Ini Penjelasan BMKG

Baca di App
Lihat Foto
Instagram
Tangkapan layar yang menampilkan batas hujan antara satu tempat dan tempat lain.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Unggahan video yang memperlihatkan adanya batas hujan antara satu tempat dan tempat lain ramai di media sosial.

Video tersebut diunggah oleh akun Instagram @wolk*** pada Jumat (20/10/2023).

Dalam unggahan, tampak adanya pembatas antara satu tempat yang kering dengan tempat yang sedang diguyur hujan.

"Prediksi Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan, fenomena tersebut umumnya disebut sebagai 'batas hujan' Atau juga disebut Hujan Lokal," tulis pengunggah.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hingga Selasa (31/10/2023) sore, unggahan tersebut sudah disukai sebanyak 348.700 dan mendapatkan 3.925 komentar warganet.

Beberapa warganet turut mengatakan bahwa mereka juga pernah melihat fenomena serupa.

"Saya pernah waktu di kopo bandungg lohh sama kek gini ,sebelah hujan terus sebelah lagi agak panas cuacanyaa," tulis pemilik @intan****.

"Pernah liat hujansatu petak sawah doang, mana musim kemarau waktu itu," tulis pemilik akun @b4b***.

Lantas, apa itu fenomena batas hujan?

Baca juga: Daftar Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat 30-31 Oktober 2023


Baca juga: Mengenal Petrichor, Aroma yang Ditimbulkan Saat Hujan Turun

Penjelasan BMKG

Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Guswanto mengatakan, fenomena dalam unggahan tersebut dapat dikatakan sebagai rain boundary atau "rain curtain" atau "precipitation shaft".

"Rain boundary atau batas hujan yaitu istilah yang digunakan untuk menggambarkan fenomena visual, di mana hujan terlihat membentuk batas atau tirai yang jelas di udara," ujarnya kepada Kompas.com, Selasa (31/10/2023).

Sehingga, fenomena batas hujan ini akan terlihat seperti ada garis atau tirai yang memisahkan area yang terkena hujan dengan area yang tidak terkena hujan.

Guswanto menyampaikan, fenomena tersebut dapat terlihat sangat menarik dan memberikan ilustrasi visual dari bagaimana kondisi udara dan faktor-faktor meteorologi yang memengaruhi distribusi hujan di suatu wilayah.

"Dalam jarak yang dekat akan terasa sekali di mana seolah-olah terdapat area 'perbatasan' area yang kering dan basah ketika terjadi hujan," lanjutnya.

Baca juga: Puncak Musim Hujan Tidak Terjadi di Desember 2023, Ini Prakiraan BMKG

Fenomena umum yang biasa terjadi

Guswanto mengungkapkan bahwa batas hujan adalah fenomena umum yang sering terjadi pada saat hujan.

"Apabila dari kejauhan terlihat seperti kolom presipitasi yang terbentuk di bawah awan konvektif seperti cumulonimbus selama hujan deras," terangnya.

Hal ini lantaran, awan konvektif memiliki aliran vertikal yang terdefinisi dengan baik (arus naik dan arus turun) yang diperlukan untuk presipitasi berat.

"Fenomena ini relatif akan jelas terlihat pada hujan dengan intensitas lebat yang dipicu oleh adanya sistem awan Cb (cumulonimbus)," kata Guswanto.

Ia menyampaikan, pada sistem awan CB, biasanya akan disertai dengan adanya arus angin yang turun saat terjadi hujan.

Sehingga, dalam hal ini akan menyebabkan pola sebaran air hujan yang turun pun cukup deras ke permukaan.

Baca juga: BMKG Ungkap Penyebab Fenomena Hujan Es di Klaten

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi