Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Arkeomatematika Mesir

Baca di App
Lihat Foto
iStockPhoto/holgs
Ilustrasi piramida di Giza, Mesir. Komposisi agama penduduk Mesir didominasi Islam Sunni.
Editor: Sandro Gatra

SAAT berkunjung ke Mesir, saya lebih banyak mempelajari masa lalu Mesir sebagai satu di antara peradaban tertua dan paling lama bertahan di planet bumi ini.

Masa lalu kegemilangan peradaban Mesir kuno dapat kita simak pada piramida-piramida Giza, Sphinx, Museum Mesir di Kairo, nekropolis Saqarra, Lembah Para Raja, kuil-kuil Luksor, Karnak, Philae, Abu Simbel dan lain sebagainya.

Pada hakikatnya seluruh Mesir masa kini merupakan museum terbuka arkeologis tak ada duanya di planet buni ini.

Yang paling mengesankan bagi saya dari petilasan peradaban Mesir kuno adalah ukuran ragawi luar biasa besar alias memang mahadahsyat spektakular dan monumental.

Bangunan serta patung skala gigantis mustahil dibangun tanpa dukungan daya matematikal yang benar-benar sakti mandraguna.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Deir El Bahari merupakan bukti betapa bangsa Mesir masa lalu sudah memiliki kemampuan matematikal untuk membangun kawasan yang sangat spektakular luas dan kompleks multi fungsi.

Seperti bangsa Sumeria dan Babilonia, memang bangsa Mesir memiliki DNA matematika kaliber langit-langitnya langitan.

Dengan aksara Hiroglif, masyarakat Mesir kuno secara angkamologis sudah mampu mengekspresikan angka kelipatan 10 sampai seolah tak kenal batas maksimal.

Aneka ragam rumusan matematika dapat disimak pada warisan lembaran papirus kuno yang kini disimpan di British Museum dan Museum Arkeologi Moscow.

Piramida Mesir yang pada hakikatnya melanjutkan tradisi arsitektural Zigurrat Sumeria jelas merupakan fakta yang membuktikan naluri intelektual bangsa Mesir mengandung daya trigonometrikal secara kodrati berpengaruh terhadap pemikiran Pythagoras.

Sistem irigasi lembah sungai Nil dengan perhitungan aritmatis terhadap musim mengindikasikan betapa bangsa Mesir sudah sejak dahulu kala berupaya mendayagunakan matematika untuk kesejahteraan umat manusia.

Struktur interior kuil Rameses II di Abu Simbel dibuat sedemikan rupa sehingga cahaya dari matahari terbit dapat menerangi patung dari tiga dewa dan Firaun Ramses II di bagian pusat dan terdalam kuil merupakan fakta tak terbantahkan bahwa peradaban Mesir kuno sudah berdaya matematikal untuk astronomi yang memperhitungkan gerak matahari sebagai benda langit yang dipuja sebagai sosok penitisan Dewa Osiris pada diri firaun Rameses Ii.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi