KOMPAS.com - Mumi adalah mayat yang dibalsem, diawetkan secara alami, atau diolah untuk dimakamkan dengan bahan pengawet sesuai dengan cara orang Mesir kuno.
Proses mumifikasi bervariasi dari zaman ke zaman di Mesir, namun umumnya melibatkan pengangkatan organ dalam, merawat tubuh dengan resin, dan membungkusnya dengan perban linen.
Dikutip dari laman History, praktik mengawetkan jenazah sebagai mumi tersebar luas di seluruh dunia dan terjadi sepanjang waktu.
Iklim di Mesir yang gersang, sebenarnya memudahkan proses pengeringan dan pembuatan mumi pada jenazah.
Baca juga: Fosil Mesir Purba Jelaskan Cara Paus Pindah dari Hewan Darat ke Laut
Namun, masyarakat Mesir secara rutin menggunakan proses khusus yang lebih rumit untuk memastikan jenazah dapat selamat menuju alam baka.
Masyarakat Mesir kuno dari semua lapisan masyarakat membuat mumi anggota keluarga yang meninggal. Hanya saja, prosesnya tidak rumit bagi masyarakat miskin.
Selain mesir, masyarakat lain yang melakukan mumifikasi adalah mereka yang tinggal di sepanjang Selat Torres, antara Papua Nugini dan Australia, dan suku Inca di Amerika Selatan.
Banyak peradaban, Inca, Aborigin Australia, Aztec, Afrika, Eropa kuno, dan lain-lain, telah mempraktikkan beberapa jenis mumifikasi selama ribuan tahun untuk menghormati dan mengawetkan jenazah.
Baca juga: Arkeolog Temukan Fosil Manusia Purba Tertua Terkubur di Gua Maroko
Fungsi mumi
Dilansir dari laman Encyclopedia Britannica, berikut ini adalah beberapa manfaat atau fungsi dari mayat yang telah dijadikan mumi:
1. Sebagai pupukSudah menjadi rahasia umum bahwa kucing sangat dihargai dan bahkan disembah di Mesir kuno karena dianggap membawa keberuntungan dan perlindungan bagi rumah.
Kucing sangat dihargai sehingga mereka dimumikan dan dikuburkan seperti halnya manusia.
Pada 1888, penjualan mumi kucing menjadi bisnis, untuk dijual sebagai pupuk. Ini bermula ketika seorang petani Mesir menemukan sebuah terowongan yang berisi sejumlah besar mumi.
Baca juga: 7 Mumi Terkenal dan Rahasia yang Terungkap tentang Dunia Kuno
2. Sebagai obatMumi yang dihaluskan telah digunakan sebagai obat resep sejak abad ke-16. Obatnya disebut “mumia” dan bisa ditelan atau digosokkan ke luka.
Mumia dipercaya dapat mengobati penyakit seperti batuk dan epilepsi. Mumia bahkan digunakan oleh keluarga kerajaan seperti Raja Francis I dan Raja Charles II.
Meski dianggap kanibalisme, banyak orang pada masa itu menganggap mumia hanyalah obat. Dan praktik ini sebagian besar sudah tidak ada lagi pada abad ke-18.
Baca juga: Mengenal 7 Keajaiban Dunia Kuno, Hanya Satu yang Masih Berdiri
3. Sebagai kertasBeberapa orang percaya bahwa, karena kekurangan kertas pada abad ke-19, orang Amerika menggunakan pembungkus mumi sebagai penggantinya.
Isaac Augustus Stanwood, yang terlibat dalam industri kertas, diduga mengimpor mumi dari Mesir dan menggunakan pembungkus linen untuk membuat kertas.
Kertas mumi akan digunakan sebagaimana mestinya dan, menurut Mummies in Nineteenth-Century America (2009), juga digunakan untuk membuat tas belanjaan selama Perang Saudara Amerika.
Baca juga: 9 Peradaban Manusia yang Hilang, Apa Saja?
4. Sebagai bahan bakar lokomotifPenulis Mark Twain mengklaim bahwa mumi telah digunakan sebagai bahan bakar lokomotif.
Dalam buku perjalanannya berjudul The Innocents Abroad (1869), Twain menggambarkan jalur kereta api pertama di Mesir.
Karena kurangnya pohon dan harga batu bara, Twain mengklaim bahwa orang Mesir menggunakan mumi berusia tiga ribu tahun, dibeli per ton atau di kuburan untuk tujuan itu.
Baca juga: Dari Roda hingga Pesawat, Berikut 7 Penemuan yang Mengubah Dunia
5. Bahan warna cat lukisPra-Raphaelite Brotherhood adalah sekelompok pelukis yang bersatu pada 1848 sebagai respon melawan seni pada masanya yang dianggap tidak imajinatif dan artifisial.
Mereka disebut menggunakan mumi manusia dan kucing untuk membuat cat coklat yang disebut Mummy Brown, pigmen warna yang sulit ditiru.
Pada tahun 1960, sebagian besar proses atau praktik tersebut telah berakhir karena terbatasnya persediaan mumi.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.