KOMPAS.com - Jumlah kasus cacar monyet atau monkeypox di Indonesia terus bertambah.
Dilansir dari Kompas.com, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan, total terdapat 36 pasien positif cacar monyet di Indonesia hingga Jumat (3/11/2023).
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, sebanyak 33 pasien masih menjalani isolasi. Sementara 3 pasien lain sudah sembuh.
Nadia menyebut, kasus cacar monyet mayoritas terjadi di DKI Jakarta. Selain di Ibu Kota, kasus tersebut juga ditemukan di Jawa Barat dan Banten.
Seluruh pasien merupakan laki-laki berusia 25-50 tahun yang tertular cacar monyet melalui kontak seksual.
Lalu, bisakah cacar monyet ditularkan selain melalui kontak seksual?
Penularan cacar monyet selain dari kontak seksual
Epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, cacar monyet bisa menular ke manusia tidak hanya melalui hubungan seksual.
"Kalau bicara soal penularan (cacar monyet), pertama kita melihat dari mekanisme penularan yang terjadi di Afrika atau negara-negara lain yang mengalami oubreak monkeypox," jelasnya kepada Kompas.com, Senin (6/11/2023).
Dicky menjelaskan, umumnya virus cacar monyet ditularkan melalui sentuhan atau kontak erat dengan pasien.
Adapun yang menularkan virus itu adalah cairan dari bentol-bentol yang ada di kulit pasien penderita cacar monyet.
Saat cairan yang mengandung virus cacar monyet mengenai luka atau jaringan kulit yang terbuka, seseorang akan tertular cacar monyet.
"Cairan itu sangat infeksius. Bahkan, sebelum keluar cairannya, masih dalam bentuk bentolan jerawat itu sudah bisa menularkan," ujar Dicky.
Baca juga: Cacar Monyet Muncul di Bandung dan Tangerang, Bagaimana Penularannya?
Tak hanya di kulit, bentol-bentol cacar monyet juga bisa ada di dalam rongga mulut.
Ini membuat orang yang berciuman dengan pasien ataupun berada di sekitar penderita cacar monyet yang bersin berpotensi tertular.
Sementara itu, air mani pada laki-laki penderita cacar monyet tidak bisa menularkan virus tersebut.
"Tapi kalau di alat kelamin ada luka, ya itu bisa menularkan," ujar Dicky.
Dia menegaskan, cacar monyet bukanlah penyakit seksual atau penyakit menular lewat kelamin.
Namun, hubungan seksual pada pasien bisa mempermudah penularan lewat luka yang ada di organ kelaminnya.
Kondisi tersebut membuat orang yang melakukan hubungan seksual melalui alat kelamin yang terluka sangat berisiko tinggi terkena virus cacar monyet.
Baca juga: Kemenkes Sebut Orang Kelahiran di Bawah 1980 Lebih Kebal Cacar Monyet, Mengapa?
Tidak menular seperti Covid-19
"Cuma kalau ada luka di rongga mulut, dia bicara dengan orang lain tanpa masker kemudian bersin bisa menularkan kalau (posisinya) cukup dekat," ujarnya.
Selain itu, pasien cacar monyet juga bisa menularkan virus ke keluarga dekatnya dengan cara memakai handuk, selimut, atau barang lain yang dipakai bersama.
Namun, virus ini tetap baru bisa menular apabila cairan dari cacar di kulit pasien mengenai orang lain.
Baca juga: Apakah Penyakit Cacar Monyet Bisa Jadi Pandemi? Ini Kata Epidemiolog
Oleh karena itu, Dicky menyebut kunci dari pencegahan penularan cacar monyet adalah dengan mengkarantina pasien tersebut.
"Saat pasien sudah bergejala, harus diisolasi. Kalau dia bisa pergi-pergi akan berpotensi menularkan, apalagi kalau gejalanya ringan," kata dia.
Orang-orang yang berkontak dengan pasien cacar monyet juga perlu menjalani karantina selama satu minggu. Ini dilakukan untuk memastikan gejala virus tersebut tidak muncul.
Dicky juga mengungkapkan, potensi penularan cacar monyet ke masyarakat umum masih sulit terjadi.
"Akan berbeda kalau sampai di sini ada hewan yang tertular (cacar monyet). Itu baru akan (menyebabkan penularan) tambah serius," tandasnya.
Baca juga: Kemenkes Sebut Belum Ada Obat Spesifik untuk Cacar Monyet, Bagaimana Pengobatannya?
Gejala cacar monyet
Berikut beberapa gejala penyakit cacar monyet yang perlu diketahui:
- Demam lebih dari 38 derajat celsius.
- Muncul ruam di kulit.
- Pembesaran kelenjar getah bening.
- Nyeri otot.
- Kesulitan menelan.
- Diare.
- Radang genital.