Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Etnomatematika Aborigin

Baca di App
Lihat Foto
IMAGE BROKER/J REUTHER via DW INDONESIA
Gambar ilustrasi: Warga Aborigin di Australia.
Editor: Sandro Gatra

KARENA de facto peradaban matematika masih hadir sampai masa kini di masyarakat pribumi benua Australia yang disebut sebagai Aborigin, maka di dalam naskah sederhana ini, saya menggunakan istilah Etnomatematika.

Di masa kini, mayoritas masyarakat Aborigin bermukim di daratan benua Australia, namun beberapa lainnya juga bermukim di pulau Tasmania, Fraser, Hichinbrook, Tiwi dan Groote Eynlandt.

Yang saya kagumi pada kreatifitas bahasa matematika Aborigin adalah penggunaan bukan banyak kata, namun terbatas “hanya” dua kata untuk menghitung. Dua kata itu adalah urapon dan ukasar.

Urapon digunakan sebagai sebutan untuk angka satu, sementara ukasar digunakan sebagai sebutan untuk angka dua.

Lalu bagaimana sebutan untuk angka tiga? Ternyata masyarakat Aborigin cukup pragmatis sambil kreatif menyebut angka tiga sebagai urapon-ukasar yang pada hakikatnya secara aritmatikal sama dengan dua ditambah satu.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebutan aboriginal angkamologis untuk angka empat adalah ukasar-ukasar yang berarti sama dengan dua ditambah dua.

Kecerdikan logika matematikal kaum Aborigin berlanjut pada angka lima, yaitu ukasar-ukasar-urapon dan angka enam disebut ukasar-ukasar-ukasar yang relatif lebih singkat ketimbang urapon-urapon-urapon-urapon-urapon-urapon.

Untuk angka tujuh, digunakan istilah ukasar-ukasar-ukasar-urapon, selanjutnya dan seterusnya.

Mungkin saja bagi yang sudah terbiasa dengan logika peradaban matematika Yunani dan Arab, terkesan bahwa matematika Aborigin primitif, terbelakang sambil terbatas perbendaharaan angkanya.

Sebutan matematika Aborigin memang relatif merepotkan apabila digunakan terhadap angka-angka besar.

Namun setiap sistem matematika memang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing yang memang beda satu dengan lainnya. Misalnya, angkamologi Romawi beda dari angkamomologi Arab dan China.

Secara subyektif, saya pribadi mengagumi sistem urapon-ukasar yang menurut saya sama sekali tidak primitif, namun justru modern sebagai sistem angkamologi biner.

Menakjubkan bagi saya bagaimana masyarakat Aborigin sejak zaman dahulu kala sudah sedemikian visioner dalam pemikiran matematika sehingga sudah bukan sekadar memahami, namun bahkan secara sadar menggunakan sistem biner yang hanya terdiri dari 0 dan 1.

Kemudian digunakan sebagai sistem dasar komputer digital termasuk alat hitung dan alat tulis digital yang kini sedang saya gunakan untuk menulis naskah sederhana yang kini sedang Anda baca ini.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi