Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Jenderal Soedirman dan Masa Kecilnya

Baca di App
Lihat Foto
ANRI melalui Heritage KAI
Panglima Besar Jenderal Soedirman tiba di Stasiun Manggarai tahun 1946.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Siapa yang tidak mengenal dengan sosok Jenderal Soedirman?

Soedirman merupakan salah satu tokoh paling populer dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Ia merupakan panglima Tentara Republik Indonesia (TNI) pertama yang memiliki peran penting dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Dikutip dari laman Kemdikbud, sosok Soedirman bahkan tetap berjuang meskipun dirinya tengah sakit dengan hanya satu paru-paru yang berfungsi.

Nama Jenderal Soedirman, kini banyak diabadikan sebagai nama tempat, seperti Universitas Jenderal Soedirman, Jalan Jenderal Soedirman, hingga Bandar Udara Jenderal Soedirman.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Mengapa 10 November Ditetapkan sebagai Hari Pahlawan?

Lantas, seperti apa perjuangan Jenderal Soedirman pada masa penjajahan dan bagaimana masa kecilnya?


Baca juga: Hari Pahlawan 10 November Libur atau Tidak? Ini Aturan SKB 3 Menteri

Masa kecil Soedirman

Soedirman lahir di Bodas Karangjati, Rembang, Jawa Tengah pada 24 Januari 1916.

Ayah Soedirman bernama Karsid Kartawiuraji, sedangkan ibunya bernama Siyem.

Kehidupan Soedirman sangat sederhana seperti pribumi lainnya pada masa penjajahan.

Ia menempuh pendidikan di surau dengan cara mengaji dan belajar ilmu agama.

Dikutip dari Kompas.com (23/8/2022) pada usia 7 tahun atau sekitar 1923, Soedirman bersekolah di Hollandsche Inlandsche School (HIS) setingkat sekolah dasar di Cilacap.

Baca juga: Pertempuran Surabaya, Cikal Bakal Hari Pahlawan Nasional

Setelah selesai, Soedirman melanjutkan pendidikan setingkat SMP di Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs (MULO).

Soedirman kemudian pindah sekolah ke Perguruan Parama Wiwowo Tomo hingga tamat pada 1935.

Setelah itu, ia melanjutkan pendidikannya di Sekolah Guru atau Kweekschool yang diselenggarakan oleh organisasi Muhammadiyah di Surakarta.

Ia kemudian kembali ke Cilacap dan menjadi guru di Sekolah Dasar Muhammadiyah.

Baca juga: 27 Purnawirawan Jenderal TNI-Polri di Struktur TKN Prabowo-Gibran, Siapa Saja Mereka?

Perjuangan Soedirman masa penjajahan Jepang

Dikutip dari Kompas.com (23/8/2022), pada 1942, saat masa penjajahan Jepang, sekolah tempat Soedirman mengajar sebagai guru ditutup dan dialihfungsikan menjadi pos militer.

Ketika itu, Soedirman diminta untuk memimpin sebuah tim di Cilacap dalam menghadapi Jepang dan diminta melakukan negosiasi agar sekolah kembali dibuka. Negosiasi tersebut berjalan lancar.

Kemudian pada 1944, Soedirman diminta bergabung dengan tentara Pembela Tanah Air (PETA) dan diangkat menjadi komandan.

Adapun PETA awalnya didirikan Jepang pada Oktober 1943 untuk membantu melawan invasi Sekutu dalam Perang Dunia II.

Baca juga: 20 Twibbon Hari Pahlawan dan Sejarah 10 November

Namun setelah Jepang menyerah dalam Perang Dunia II, dan Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, Soedirman kemudian memerintahkan rekan-rekannya untuk kembali ke daerah asal.

Soedirman kemudian pergi ke Jakarta untuk bertemu Presiden Soekarno yang saat itu memintanya untuk memimpin perlawanan di kota.

Soedirman saat itu merasa tak menguasai medan di Jakarta sehingga menolak permintaan itu.

Ia kemudian menawarkan diri untuk memimpin pasukan di Kroya yang saat ini masuk di wilayah Kabupaten Cilacap.

Pada 19 Agustus 1945, Soedirman lantas memimpin pasukannya untuk menghadapi Belanda yang kembali ke Indonesia bersama tentara Inggris.

Saat Badan Keamanan Rakyat (BKR) dibentuk, Soedirman dan pasukannya kemudian dijadikan bagian dari Divisi V pada 20 Oktober 1945 oleh Panglima Sementara Oerip Soemohardjo.

Baca juga: Siapa Pahlawan Pertama yang Menghiasi Uang Rupiah?

Panglima besar TKR

Pada November 1945, terdapat pemilihan panglima besar Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Yogyakarta.

Ketika itu Soedirman dan Oerip Soemohardjo menjadi kandidat.

Soedirman kemudian terpilih sebagai Panglima Besar TKR, dan Oerip Soemohardjo menjadi kepala stafnya.

Ketika itu meskipun belum dilantik secara resmi, Soedirman mengerahkan pasukannya untuk menyerang Inggris dan Belanda di Ambarawa.

Selain melawan sekutu dari Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia, Soedirman saat itu juga harus menghadapi perlawanan dari dalam.

Perlawanan tersebut yakni upaya pemberontakan PKI Madiun yang dipimpin oleh Musso pada 1948.

Baca juga: Promo Hari Pahlawan: Diskon Tiket Kereta 25 Persen dan Pinjaman untuk ASN

Agresi Militer Belanda II

Saat kondisinya tidak sehat akibat penyakit tuberkolosis (TBC), Soedirman tetap memimpin perlawanan Indonesia melawan Belanda yang melakukan Agresi Militer II pada 19-20 Desember 1948.

Ketika itu, Belanda berhasil menduduki Yogyakarta yang menjadi ibu kota Indonesia dan menawan pemimpin negara termasuk Soekarno dan Hatta.

Jenderal Soedirman dan beberapa tentara serta dokter pribadinya kemudian melakukan gerilya selama tujuh bulan.

Baca juga: Pernak-pernik HUT TNI, dari Momen Saling Menyuapi hingga Perpanjangan SIM Gratis

Perlawanan yang terus dilakukan secara gerilya ini akhirnya membuat Belanda menarik diri.

Soedirman sebenarnya ingin terus melawan Belanda, namun ditolak oleh Presiden Soekarno karena pertimbangan kesehatan.

Soedirman kemudian diangkat menjadi panglima besar TNI di negara baru Republik Indonesia Serikat pada 27 Desember 1949.

Soedirman meninggal dunia pada 29 Januari 1950 pada usia 34 tahun di Magelang akibat penyakitnya.

Jenderal Soedirman kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta.

Baca juga: Logo Hari Pahlawan 2023: Link Download, Filosofi, dan Pedoman Penggunaannya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi