Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal-usul Bantal Guling, "Dutch Wife" yang Temani Pria Eropa di Tanah Jajahan

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi guling atau bantal guling. Sejarah guling, dulu bernama Dutch Wife untuk menemani tidur para penjajah.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Hampir setiap tempat tidur di kediaman orang Indonesia dilengkapi dengan bantal guling.

Benda berbentuk tabung dengan permukaan empuk layaknya bantal ini sangat melekat dalam kehidupan masyarakat.

Bahkan, terdapat beberapa orang yang mengaku kesulitan tidur jika tidak memeluk bantal guling.

Kondisi tersebut sesuai dengan fungsi bantal guling saat pertama kali diciptakan. Konon, benda ini bertujuan untuk menemani para pria Belanda menjemput mimpi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, bagaimana sejarah bantal guling?

Baca juga: Apa Itu Bajingan, dan Bagaimana Sejarahnya Jadi Kata Makian?


Sejarah guling, dulu bernama Dutch Wife

Dilansir dari Kompas.com, Sabtu (8/2/2020), dalam buku Jejak Langkah (1985) karya Pramoedya Ananta Toer, tertulis percakapan mahasiswa STOVIA tentang kehidupan Eropa mengenai guling.

Tertulis bahwa guling tidak ditemukan di negara-negara lain di dunia, sampai orang-orang Belanda dan Eropa lain berdatangan ke Indonesia.

Guling pada zaman itu diibaratkan sebagai teman atau pendamping tidur lantaran banyak penjajah yang datang tanpa didampingi istri atau pasangan.

Sebagai gantinya, orang Belanda membuat guling dengan panjang menyerupai manusia dan diletakkan di atas tempat tidur.

Bantal guling saat itu pun diberi nama "Dutch Wife" atau Istri Belanda.

Dikutip dari Mothership, Sabtu (7/10/2023), asal-usul nama Istri Belanda untuk menyebut guling tak lepas dari perang Inggris dan Belanda pada abad ke-17.

Kala itu, dua negara asal Eropa ini bersaing untuk memperoleh tanah jajahan di Asia Tenggara bagi kerajaan masing-masing.

Dari persaingan tersebut, orang Inggris menggunakan kata "Belanda" untuk menggambarkan hal-hal yang bersifat ejekan, termasuk Istri Belanda.

Keberadaan Dutch Wife semakin mendapat popularitas di Indonesia dan kawasan Asia Tenggara.

Pria Eropa pada masa kolonial yang kembali ke negara asal pun kerap kecewa karena harus menyesuaikan diri tanpa Istri Belanda.

Penyesalan tersebut salah satunya tertuang dalam sebuah artikel bertajuk "My Dutch Wife" yang diterbitkan koran Singapore Free Press pada 3 September 1923.

Melalui suratnya, seorang pria Inggris menyesalkan hotel "terkini" di London yang tidak mengetahui, apalagi menyediakan seorang istri berkewarganegaraan Belanda alias Dutch Wife.

Pria tersebut baru kembali ke Inggris setelah menghabiskan tujuh tahun di Negeri-negeri Selat, yang terdiri dari Pulau Pinang, Melaka, dan Singapura.

Baca juga: Celetukan Segede Gaban, Sebesar Apa Itu?

Guling bikin tidur lebih nyaman

Di sisi lain, keberadaan guling turut menarik perhatian bagi orang-orang yang baru datang ke Indonesia.

Salah satunya, sejarawan asal Amerika Serikat, Abbot, seperti dilansir Kompas.com, Minggu (3/10/2021).

Saat datang dan akan menginap di salah satu rumah Belanda, dia menemukan guling di atas ranjang.

Melalui tulisannya yang berjudul A Jaunt in Java (1857), Abbot mengatakan bahwa keberadaan guling di bawah kaki atau tangan mencegah kontak dengan kasur yang terlalu hangat.

Selain itu, kenyamanan dalam iklim tropis juga dinilai sangat cocok dengan adanya bantal guling berisi kapas.

Cerita lainnya, seorang Jerman bernama Charnay juga merasa kebingungan melihat bantal guling ketika berada di Jawa.

Seorang pelayan kemudian memberitahunya untuk menggunakan guling dengan cara meletakkannya di antara kaki agar keduanya tidak bersatu, sehingga tidur lebih nyaman.

Charnay bahkan tinggal lebih lama di Indonesia dan ketika kembali ke Jerman tetap menggunakan guling.

Baca juga: Menilik Sejarah Penggunaan Nama Indonesia...

Dikenal juga di Asia Timur

Selain Indonesia dan negara di kawasan Asia Tenggara, bantal guling juga dikenal oleh masyarakat Asia Timur.

Namun demikian, penggunaan dan bahan material guling di sana berbeda dengan apa yang ada di Asia Tenggara.

Pada zaman Dinasti Goryeo di Korea Selatan, terdapat guling dari anyaman bambu yang dinamakan jukbuin.

Dikutip dari laman Koreabridge, jukbuin digunakan pada bulan-bulan musim panas untuk membantu orang tidur saat cuaca terlalu terik.

Bantal ini dibuat dengan cara mengikat helaian bambu yang dipotong tipis-tipis menjadi sebuah tabung besar.

Seseorang harus memeluk benda ini erat-erat dengan posisi tangan dan kaki melingkar saat tidur.

Bagian dalamnya dibiarkan kosong agar udara dapat mengalir, sehingga permukaan bantal menjadi lebih sejuk dan rasa panas berkurang.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi