Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Efek Samping Kubis, Tetap Mengintai Kesehatan meski Tanpa Digoreng

Baca di App
Lihat Foto
DOK.SHUTTERSTOCK/avelyn
Ilustrasi kubis atau kol. Efek samping kubis baik digoreng atau dimakan mentah.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Kubis atau kol adalah salah satu sayuran silangan dari keluarga Brassicaceae yang menyediakan banyak vitamin dan mineral bermanfaat.

Sayuran ini kaya zat-zat dengan sifat antioksidan yang membantu menetralisasi radikal bebas dalam tubuh.

Dilansir dari laman Eat This, radikal bebas dapat menyebabkan stres oksidatif yang berujung pada penyakit kronis, termasuk kanker dan penyakit jantung.

Oleh karena itu, rutin mengonsumsi kubis secara tidak langsung berpotensi mencegah dua penyakit tersebut.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sifat antioksidan pada kubis juga mengurangi inflamasi atau peradangan yang terjadi dalam tubuh.

Lantas, bagaimana efek samping kubis?

Baca juga: 3 Efek Samping Kembang Kol, Salah Satunya Bisa Bikin Perut Kembung


Efek samping kubis

Masyarakat Indonesia terbiasa mengonsumsi kubis sebagai lalap untuk menemani santap nasi dan sambal.

Namun, lantaran rasa yang cenderung hambar, tak jarang orang mengolah kubis dengan cara dijus atau digoreng agar lebih enak dimakan.

Baik, mentah maupun goreng, kubis ternyata memiliki beberapa efek samping yang mengintai kesehatan. Sejumlah potensi efek samping kubis tersebut, termasuk:

1. Berpengaruh pada tiroid

Makan kubis dalam jumlah banyak dapat memengaruhi tiroid, kelenjar hormon di bagian depan bawah leher yang turut berperan dalam proses metabolisme dan kerja beberapa organ.

Dilansir dari Healthline, zat yang disebut goitrogen pada kubis dapat menghambat transportasi yodium ke tiroid.

Padahal, kelenjar tiroid membutuhkan yodium agar dapat menjalankan fungsinya dengan normal.

Beberapa penelitian juga mencatat korelasi antara asupan sayuran dan risiko kanker tiroid, meski hasilnya sedikit kurang meyakinkan.

Namun, sebagian besar penelitian mengenai sayuran silangan, termasuk kubis menunjukkan, manfaat kelompok sayuran ini mungkin lebih besar daripada potensi risikonya.

2. Interaksi dengan obat

Beberapa nutrisi yang terkandung dalam kubis telah terbukti dapat berinteraksi dengan obat-obatan tertentu.

Kubis kaya akan vitamin K, yang mengubah protrombin menjadi trombin, salah satu protein yang berperan penting dalam proses pembekuan darah.

Di sisi lain, manfaat vitamin K dapat memengaruhi kemampuan obat pengencer darah seperti warfarin yang berguna untuk mencegah pembekuan darah.

Oleh karena itu, jika sedang mengonsumsi obat pengencer darah, sebaiknya hindari menambahkan kubis ke dalam makanan atau konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter.

Baca juga: 4 Efek Samping Terong yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

3. Kurang serat

Kubis adalah salah satu sayuran yang mengandung banyak serat untuk menyehatkan saluran pencernaan.

Serat meningkatkan rasa kenyang, menjaga kesehatan usus, membantu menstabilkan gula darah, serta menurunkan kadar kolesterol.

Lantaran kandungan serat yang tinggi, sayuran seperti kubis diakui mampu mengubah bakteri usus secara positif.

Kendati demikian, mengolah sayuran ini menjadi jus dapat menghilangkan sebagian besar kandungan seratnya.

Hilangnya serat juga menandakan berkurangnya nutrisi dan manfaat yang akan diperoleh tubuh.

4. Masalah pencernaan

Mengonsumsi kubis atau kol juga berpotensi memicu ketidaknyamanan perut pada beberapa orang.

Efek samping ini disebabkan kubis termasuk sayuran yang menghasilkan gas. Penumpukan gas pada perut dapat menyebabkan kembung dan rasa tidak nyaman di perut.

Kubis juga kaya akan fruktan, sejenis karbohidrat yang sulit dicerna oleh penderita sindrom iritasi usus besar (IBS).

Bahkan, meski dimakan dalam jumlah sedikit, kubis dapat memicu gejala seperti kembung, sakit perut, dan diare pada penderita IBS.

Baca juga: Dijuluki Superfood, Brokoli Punya Sejumlah Efek Samping bagi Tubuh

5. Risiko kanker

Dikutip dari Kompas.com, Selasa (9/2/2021), kubis kaya akan sifat antioksidan yang membantu menurunkan risiko penyakit kanker.

Namun, menggoreng kubis, apalagi dengan suhu panas dan minyak tak diganti dapat merusak nutrisi dan memicu kanker karena mengalami proses oksidasi.

Selain itu, mengoreng kol terlalu lama juga akan merangsang munculnya senyawa amina heterosiklik.

Bersifat karsinogenik, senyawa inilah yang dapat menjadi pemicu kanker.

6. Risiko obesitas dan penyakit jantung

Tak hanya itu, kol sebenarnya bermanfaat untuk kesehatan jantung karena tidak mengandung kolesterol dan lemak berbahaya.

Sayangnya, saat digoreng dengan suhu tinggi, sayuran ini akan menyerap minyak, sehingga lemak jenuh dan kolesterolnya meningkat.

Dua kandungan itu dapat menyebabkan gangguan kesehatan, seperti obesitas dan penyakit jantung.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi