Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Menduga Spesies Manusia Purba Mungkin Masih Ada di Pulau Flores

Baca di App
Lihat Foto
Wikimedia Commons/Emoke Denes
Perbandingan model kepala wanita Homo Floresiensis dengan tangan manusia di Natural History Museum, London, Inggris
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Sekitar 20 tahun lalu atau 2003, para ilmuwan menemukan kerangka kecil namun lengkap dari spesies manusia purba di Pulau Flores, Indonesia.

Para ilmuwan telah mencari bukti adanya migrasi manusia dari Asia ke Australia.

Dikutip dari LadBible, Senin (13/11/2023), manusia yang kerangkanya ditemukan tersebut dijuluki dengan Homo floresiensis, sesuai nama pulaunya.

Namun, banyak orang setelah itu menjulukinya dengan “hobbit” karena ukurannya yang mengacu pada manusia kerdil, yang sama dengan tokoh fiksi penuh tekad dalam film dan novel Lord of the Rings.

Penelitian awal terhadap kerangka kecil tersebut menemukan bahwa Homo floresiensis masih ada hingga sekitar 12.000 tahun yang lalu sebelum masuk dalam daftar “punah”.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Namun, penelitian lebih lanjut memundurkan tahunnya lebih jauh, mengatakan bahwa manusia purba Flores sudah punah sekitar 50.000 tahun lalu.

Baca juga: Manusia Purba Meninggal karena Sembelit, Makan Banyak Belalang di Akhir Hidupnya

Diduga masih hidup di Pulau Flores

Sementara itu, antropolog bernama Gregory Forth justru berpendapat bahwa kemungkinan spesies manusia purba tersebut belum punah dan masih ada beberapa yang masih hidup hingga kini.

Atau setidaknya, "hidup" dalam kenangan mereka yang masih bernapas karena belum lama mati atau menghilang.

Ia berargumen bahwa dirinya telah berbicara dengan banyak saksi mata yang telah melihat sesuatu yang bisa menjadi bukti bahwa spesies yang juga dikenal sebagai "manusia kera" di Flores itu masih hidup hingga saat ini.

Dalam sebuah opini untuk The Scientist yang mempromosikan bukunya berjudul Between Ape and Human, Forth berpendapat bahwa para ahli paleontologi dan ilmuwan lain telah mengabaikan pendapat masyarakat setempat atau pribumi soal manusia purba yang hidup di hutan Flores.

“Tujuan saya dalam menulis buku ini adalah untuk menemukan penjelasan terbaik, yang  paling rasional dan didukung secara empiris tentang kisah-kisah makhluk Lio,” tulisnya, dilansir dari IFLScience (28/12/2022).

Masyarakat atau suku Lio merupakan suku asli yang ada di Kabupaten Ende dekat dengan Danau Kelimutu, Pulau Flores.

“Ini termasuk laporan penampakan oleh lebih dari 30 saksi mata, semuanya saya ajak bicara langsung,” lanjutnya.

Sehingga, ia menyimpulkan bahwa hominin non-sapiens tersebut masih hidup hingga saat ini atau baru-baru ini.

Baca juga: Arkeolog Temukan Fosil Manusia Purba Tertua Terkubur di Gua Maroko

Pengakuan masyarakat Lio

Ia menulis bahwa zoologi rakyat lokal oleh masyarakat Lio yang mendiami pulau itu berisi cerita tentang manusia yang berubah menjadi hewan saat mereka bergerak dan beradaptasi dengan lingkungan baru.

Hal tersebut Forth samakan dengan sejenis Lamarckisme, pewarisan karakteristik fisik dari leluhur.

"Seperti yang diungkapkan oleh penelitian lapangan saya, perubahan yang diajukan tersebut mencerminkan pengamatan lokal tentang kesamaan dan perbedaan antara spesies leluhur dan keturunannya yang berbeda," terangnya.

Menurut Forth, Lio mengidentifikasi makhluk-makhluk ini sebagai binatang yang tidak memiliki bahasa atau teknologi rumit seperti halnya manusia.

Meski begitu, ada kemiripan yang “menakutkan” dengan manusia.

“Bagi Lio, penampilan manusia kera sebagai makhluk yang tidak sepenuhnya manusia membuat makhluk tersebut menjadi anomali dan karenanya menjadi masalah dan mengganggu,” jelasnya.

Forth juga mendesak agar pengetahuan masyarakat setempat harus dimasukkan ke dalam penyelidikan spesies tersebut.

“Naluri awal kita, saya menduga, adalah menganggap manusia kera yang masih ada di Flores hanya khayalan belaka. Namun, dengan mempertimbangkan secara serius apa yang dikatakan oleh orang Lio, saya tak menemukan alasan yang kuat untuk berpikir demikian," ujarnya.

“Apa yang mereka katakan tentang makhluk tersebut, ditambah dengan bukti-bukti lain, sepenuhnya konsisten dengan spesies hominin yang masih hidup, atau spesies yang baru punah dalam 100 tahun terakhir,” tambahnya. 

Baca juga: Arkeolog Temukan Tulang Manusia Purba dan Hewan di Situs Berusia 7.000 Tahun, Kuak Ritual Sekte

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi