Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Masih Ada Wilayah Indonesia yang Belum Memasuki Musim Hujan

Baca di App
Lihat Foto
Pixabay/shilpa p
Ilustrasi hujan gerimis di musim kemarau.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan Indonesia mulai memasuki musim hujan pada akhir 2023. Sementara puncak musim hujan diperkirakan akan terjadi pada Januari-Februari 2024.

Meski begitu, hingga saat ini, masih ada sejumlah wilayah yang belum mengalami hujan bahkan hingga 197 hari lamanya.

Diberitakan Kompas.com, Selasa (15/11/2023), daerah Sumba Timur dan Rote Ndao di Nusa Tenggara Timur (NTT) masih belum hujan selama 197 hari hingga 10 November 2023.

Wilayah lain yang belum hujan di antaranya Kota Bima di Nusa Tenggara Barat (NTB) selama 195 hari, Janepoto di Sulawesi Selatan 162 hari, serta Majalengka Jawa Barat 136 hari.

BMKG lewat akun Instagram @infobmkg menyebutkan ada 284 lokasi berpotensi mengalami kekeringan ekstrem. Lokasi ini berada di Jawa, NTT, Sulawesi Tenggara dan Selatan, Lampung, serta Papua.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lalu, apa yang menyebabkan sejumlah wilayah Indonesia masih belum turun hujan menjelang musim hujan?

Baca juga: Wilayah Indonesia yang Sudah Masuk Musim Hujan, Mana Saja?


Wilayah Indonesia masih kemarau meski turun hujan

Kepala Pusat Layanan Iklim BMKG Ardhasena Sopaheluwakan mengungkapkan, sebanyak 70 persen wilayah Indonesia masih mengalami musim kemarau hingga November 2023.

"Berdasarkan hasil monitoirng hingga awal November 2023, beberapa wilayah di Jawa, Bali, NTB dan NTT ada yang mengalami Hari Tanpa Hujan lebih dari 60 hari," jelasnya kepada Kompas.com, Selasa (14/11/2023) malam.

Wilayah yang masih mengalami musim kemarau, di antaranya:

Ardhasena menjelaskan, daerah Kecamatan Kamanggih, Sumba Timur, NTT menjadi wilayah yang belum turun hujan terlama yakni selama 197 hari. Selain itu, Kecamatan Asakota, Bima, NTB belum hujan selama 195 hari.

"Walaupun beberapa wilayah sudah mulai turun hujan, bukan berarti sudah masuk musim hujan," lanjut dia.

Ardhasena menyebut, wilayah yang sudah hujan tapi belum masuk musim hujan terjadi karena hujan dalam jumlah lebih dari 50 mm/dasarian belum turun selama 30 hari berturut-turut.

Baca juga: Prakiraan Musim Hujan 2023 di Indonesia, Kapan Waktu Puncaknya? Ini Kata BMKG

Alasan sejumlah wilayah masih alami kemarau

Lebih lanjut, Ardhasena mengatakan BMKG memprakirakan wilayah Indonesia masih mengalami musim kemarau meskipun beberapa di antaranya mulai turun hujan.

Kondisi ini terjadi karena awal musim hujan tahun 2023/2024 di Indonesia diprakirakan datang terlambat.

"Salah satu faktor yang menjadi penyebab hal tersebut adalah wilayah tersebut di bulan ini masih terpengaruh oleh kondisi El Nino moderat dan Dipole Mode Positif yang saat ini masih berlangsung," jelasnya.

El Nino moderat berarti kondisi kekeringan yang terjadi akibat penurunan curah hujan.

Sementara Dipole Mode Positif merupakan fenomena yang menyebabkan curah hujan suatu wilayah berada di bawah normal.

Selain itu, kata dia, anomali Sea Surface Temperature (SST) atau kelainan suhu permukaan laut yang lebih dingin dibandingkan rata-rata menyebabkan suplai uap air lebih sedikit.

Ini membuat uap air belum cukup menghasilkan awan hujan.

Hembusan monsun Australia atau Angin Timuran yang masih kuat di Indonesia juga masih identik dengan periode musim kemarau.

"Itulah sebabanya, meskipun sudah memasuki bulan November, hujan di wilayah Indonesia belum merata. Masih terjadi spot-spot (hujan) dan dalam durasi yang relatif singkat," jelas Ardhasena.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi