Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muncul Istilah "Quiet Cutting", Apa Itu?

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock/dotshock
Ilustrasi bekerja di kantor. Ilustrasi quiet cutting.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Media sosial X (Twitter) baru-baru ini diramaikan dengan istilah baru, yakni "quiet cutting".

Istilah itu disebutkan terjadi di lingkungan kerja, khususnya dalam proses pemutusan hubungan kerja (PHK)

Berikut sejumlah unggahan warganet mengenai quiet cutting:

“Quiet cutting dapat menghemat biaya, tetapi akan mengorbankan kepercayaan Anda,” tulis akun @remawilkens, Kamis (16/11/2023).

“Banyak pemilik bisnis percaya bahwa ‘quiet cutting’ tidak etis - tetapi hampir serempat responden mengatakan bahwa mereka menggunakan praktik ini,” tulis @laurlew29, Rabu (15/11/2023).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“Quiet cutting?” tulis @thesanurm, Jumat (17/11/2023).

Baca juga: Tidak Perlu Resign, Begini Cara Mencairkan BPJS Ketenagakerjaan Saat Masih Bekerja

Lantas, apa itu quiet cutting?

Baca juga: Tidak Perlu Ragu, Ini 5 Tips bila Ingin Melamar Pekerjaan tapi Beda Jurusan

Tentang quiet cutting

Dikutip dari CBSNews, quiet cutting mengacu pada pemutusan hubungan kerja (PHK) secara diam-diam, yakni dengan memberikan pangkat atau gaji lebih rendah dan tuntutan kerja lebih banyak.

Hal itu kemudian pada akhirnya membuat para pekerja akan mengundurkan diri dari perusahaan.

Quiet cutting tersebut dinilai efektif untuk memungkinkan perusahaan memangkas jumlah pekerja dan biaya meski tidak benar-benar melakukan pemecatan secara langsung.

Adidas, Adobe, dan IBM merupakan sejumlah perusahaan yang telah merestrukturisasi tenaga kerja mereka dengan cara ini selama setahun terakhir.

Platform penelitian keuangan AlphaSense menemukan bahwa selama setahun terakhir, hal tersebut meningkat lebih dari tiga kali lipat.

Baca juga: Bolehkah Perusahaan Mencicil Gaji Karyawan? Ini Penjelasan Kemenaker

Quiet cutting ini memanfaatkan ketakutan para pekerja akan PHK oleh perusahaan di tengah melemahnya pasar kerja.

Reporter karier di Wall Street Journal, Ray Smith menuturkan, quiet cutting memberi pilihan keputusan dalam karier yang menuntut seorang pekerja.

“Mereka menceritakan bahwa mereka menerima panggilan telepon atau email dari seorang manajer yang pada dasarnya memberi tahu mereka bahwa pekerjaan Anda telah dipindahkan dan Anda akan melakukan ini mulai sekarang, dan pada dasarnya ambil atau tinggalkan," katanya.

Menurut Smith, beberapa orang awalnya merasa lega karena tidak dipecat.

“Tetapi di sisi lain, mereka marah atau bingung, dan mereka merasa pekerjaan baru yang mereka dapatkan memiliki status yang lebih rendah atau gaji yang lebih rendah atau tanggung jawab yang lebih besar, atau sesuatu yang bahkan mereka tidak punya pengalaman dalam hal itu,” ungkapnya.

Smith berbicara dengan beberapa pekerja yang kebingungan dengan mengatakan bahwa apa pesan yang ingin disampaikan oleh perusahaan dan mengapa ini terjadi kepada mereka.

“Intinya adalah, jika seseorang menolak penugasan ulang atau akhirnya keluar setelah tidak menyukai penugasan ulang tersebut, begitu mereka keluar, perusahaan tidak perlu membayar biaya pesangon ribuan dollar. Jadi ini benar-benar menghemat biaya mereka,” tuturnya.

Baca juga: Fresh Graduate Boleh Nego Gaji Saat Pertama Melamar Kerja, Berapa Besarannya?

Lihat Foto
CreativaImages
Ilustrasi bekerja. Ilustrasi quiet cutting.
Berdampak negatif pada performa kerja

Dilansir dari Forbes, perusahaan yang melakukan quiet cutting menimbulkan rasa tidak percaya terhadap tenaga kerja mereka.

Pekerja yang mengamati perusahaan melakukan hal tersebut membuat mereka merasa negatif terhadap pimpinannya.

Selain itu, banyak pekerja yang kemudian merasa dikhianati oleh manajemen dan membuat munculnya keinginan untuk meninggalkan posisinya.

Baca juga: 9 Hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Resign

Ahli strategi kreatif Zetwerk, Madeline Weirmann mengatakan, perusahaan yang memprioritaskan komunikasi transparan dan praktik etis dalam manajemen tenaga kerja merupakan hal yang sangat penting.

“Ketika pemutusan hubungan kerja diperlukan, bersikap jujur dan terus terang kepada karyawan dapat mengurangi dampak negatif terhadap moral dan reputasi perusahaan,” terang dia.

“Selain itu, berinvestasi dalam pelatihan dan tinjauan kinerja rutin dapat memberikan dukungan kepada pekerja yang kesulitan, yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi perusahaan dan karyawannya dalam jangka panjang,” sambungnya.

Baca juga: 7 Kebiasaan Orang Sukses Setelah Bekerja, Apa Saja?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi