Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puncak Hujan Meteor Alpha Monocerotids 21-22 November 2023, Bisa Diamati di Indonesia?

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/Makarov Konstantin
Ilustrasi hujan meteor. Puncak hujan meteor Alpha Monocerotids pada 21-22 November 2023.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Bumi akan melewati fase puncak hujan meteor Alpha Monocerotids pada 21-22 November 2023.

Hujan meteor Alpha Monocerotids pada tahun ini berlangsung mulai 15 November sampai dengan 25 November.

Namun, puncak hujan meteor tersebut akan terjadi pada 21 November 2023 malam hingga 22 November 2023 pagi sebelum matahari terbit, dikutip dari StarWalk.

Baca juga: Apa Perbedaan Meteor, Asteroid, dan Komet? Berikut Penjelasannya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Apa Perbedaan antara Asteroid, Komet, Meteoroid, Meteor, dan Meteorit?

Bisa diamati di Indonesia?

Peneliti dari Pusat Penelitian Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Emanuel Sungging Mumpuni membenarkan bahwa akan ada puncak hujan meteor Alpha Monocerotids pada 21-22 November 2023.

Ia juga mengungkapkan bahwa hujan meteor tersebut bisa diamati atau dilihat dari seluruh wilayah Indonesia.

“Bisa, asal cerah tidak berawan,” kata Emanuel kepada Kompas.com, Sabtu (18/11/2023).

Lebih lanjut, ia juga menyarankan untuk mencari tempat yang tidak terhalang oleh pepohonan atau bangunan.

“Juga cari tempat yang tidak memiliki populasi cahaya,” tuturnya.

Dalam artian, populasi cahaya adalah cahaya yang berasal dari lampu-lampu jalan atau bangunan yang bisa mengganggu saat melihat hujan meteor.

“Bisa dilihat secara langsung tanpa bantuan alat. Sepanjang malam bisa dilihat,” ucap dia.

Baca juga: Ramai soal Halo Bulan, Apa Itu? Berikut Penjelasannya

Mengapa bisa terjadi hujan meteor?

Sementara itu, peneliti astronomi dan astrofisika di BRIN Clara Yono Yatini mengatakan, meteor merupakan benda luar angkasa dari puing-puing serpihan komet yang tertinggal.

“Hujan meteor terjadi saat Bumi pada lintasan orbit mengelilingi Matahari bertemu dengan daerah yang banyak puing-puing sisa komet,” ujarnya, terpisah.

Kemudian meteor tersebut akan terbakar saat memasuki atmosfer Bumi dan menghasilkan “bintang jatuh”.

Puing-puing sisa komet yang banyak tersebut kemudian menghasilkan hujan meteor jika dilihat dari permukaan Bumi.

Dilansir dari SkyandTelescope, komet yang menjadi sumber Alpha Monocerotids belum diketahui.

Namun, karakteristik orbitnya mengarah pada komet dengan periode yang panjang, sekitar 500 tahun.

Nama dari hujan meteor ini diambil dari titik radian yang terletak di konstelasi Monoceros atau dikenal juga sebagai Unicorn.

Baca juga: 5 Bintang Paling Dekat dengan Bumi Selain Matahari

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi