Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Evolusi Alat Hitung

Baca di App
Lihat Foto
FREEPIK
Ilustrasi jari tangan, jari, jari manusia. Warga di NTT menemukan potongan jari di sayur lodeh.
Editor: Sandro Gatra

MAKHLUK hidup yang diberi anugerah naluri kemauan dan kemampuan menghitung disebut sebagai homo sapiens. Maka pada hakikatnya manusia juga layak disebut sebagai homo matematicus atau minimal homo artimaticus.

Untuk sementara para pemikir arkeomatematika maupun etnomatematika sepakat bahwa alat hitung di luar tubuh manusia yang pertama digunakan oleh manusia untuk menghitung hari adalah matahari dan rembulan.

Untuk mencatat hasil hitungan hari, manusia purba menggunakan batu untuk menggores garis-garis di bebatuan dinding gua. Yang tidak bertahan dimakan zaman adalah goresan yang dibuat pada batang kayu atau pasir.

Namun untuk sementara mayoritas pemikir arkeomatematika masih sepakat bahwa semula manusia prasejarah menggunakan jari tangan pada tubuh mereka masing-masing sebagai alat hitung primordial pendahulu mesin hitung, kalkulator dan komputer masa kini.

Diduga semula jari tangan lebih difungsikan sebagai alat hitung ketimbang jari kaki. Masing-masing jari dianggap sebagai satu angka yang setara satu dengan jari-jemari lain-lainnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemudian dua jari dianggap sebagai ekspresi angka dua, tiga jari sama dengan tiga, empat jari sama dengan empat dan seterusnya sampai dengan sepuluh sesuai jumlah jari tangan.

Berarti sistem ilmu hitung yang paling dasar adalah desimal berdasar angka sepuluh.

Untuk angka lebih dari sepuluh digunakan tambahan jari kaki atau sepuluh jari tangan disusul dengan jari tangan sesuai angka yang dimaksud.

Misalnya sepuluh jari tangan disusul dengan satu jari tangan jika angka yang dimaksud adalah sebelas berdasar ilmu hitung Arab dan India.

Setelah alat hitung jari dianggap kurang idel untuk menghitung, diduga kemudian manusia purba menggunakan batu dan batang kayu di samping simpul tali yang digunakan masyarakat Inka, aksara piktografi masyarakat China serta hiroglif Sumeria dan Babilonia yang berkembang menjadi abakus, mesin hitung mekanik, kalkulator elektronik dan komputer digital yang kini tampil sebagai robot dan mesin kecerdasan buatan manusia yang mampu lebih cepat dan tepat menghitung ketimbang pembuatnya, yaitu manusia.

Pendek kata, naluri matematikal terus-menerus tanpa henti mendorong homo matematicus mengembangkan daya pemikiran matematikal, aritmatikal dan geometrikal tatkala menempuh perjalanan peradaban umat manusia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi