Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seperti Apa Kehidupan jika Bumi Berbentuk Kubus?

Baca di App
Lihat Foto
(Image credit: NASA)
Bagaimana kehidupan bila Bumi berbentuk kubus?
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Benda-benda langit yang berada di tata surya seperti Bumi, Matahari, dan planet tersebar dalam bentuk bulat yang khas.

Bentuk bulat tersebut dipengaruhi oleh gaya gravitasi yang secara alami mendorong obyek di luar angkasa untuk membentuk bola atau menuju pusat.

Di sisi lain, benda-benda kecil di tata surya seperti komet dan asteroid mungkin tidak mempunyai gaya gravitasi yang cukup kuat untuk membentuknya menjadi bulat sempurna.

Sehingga, benda-benda tersebut akhirnya hanya mampu menghasilkan bentuk yang lebih kasar tak beraturan.

Lantas, bagaimana kehidupan jika Bumi berbentuk kubus?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Jantung Bumi Berdetak Setiap 27 Juta Tahun Sekali dan Picu Kepunahan Massal, Kapan Berdetak Lagi?

Kehidupan di Bumi yang berbentuk kubus

Dilansir dari Newscientist, Selasa (21/11/2023), ahli geofisika dan peneliti bencana Mika McKinnon mengatakan, tidak peduli bagaimana cara mengubah Bumi menjadi kubus, namun hal ini akan membuat Bumi tidak bisa dihuni untuk sementara waktu.

Bila Bumi menjadi kubus dengan mempertahankan massa dan jumlah air yang terkandung di dalamnya, maka lautan akan berkumpul menjadi enam bagian.

Satu lautan akan berada di setiap wajah Bumi kubus dan menonjol dari permukaan seperti lensa besar.

Sementara itu, untuk suasananya akan sama, yakni air tidak akan mencapai tepi atau sudut setiap sisi Bumi.

Sehingga, ini akan meninggalkan zona sempit yang tidak dapat dihuni di sekitar laut dan menciptakan pegunungan yang mengerikan di luar atmosfer.

McKinnon mengungkapkan, dalam beberapa hal, eksplorasi ruang angkasa akan jadi lebih sederhana. Yang harus Anda lakukan untuk memasuki ruang hampa udara adalah membangun penjelajah yang terlindungi dan meluncur menuju ujung dunia.

Tanpa adanya udara yang menghalangi, tepian tersebut akan sempurna untuk peluncuran ruang angkasa dan teleskop.

Namun, gempa Bumi terus-menerus yang dipicu oleh gaya gravitasi yang mencoba membuat planet ini kembali bulat mungkin akan mempersulit keadaan makhluk hidup.

Baca juga: Komet Tiga Kali Ukuran Everest Dikabarkan Meledak dan Mengarah ke Bumi, Apa Dampaknya?

Matahari akan terbit dan tenggelam secara tiba-tiba

Saat Bumi berbentuk kubus, Matahari akan terbit dan terbenam secara tiba-tiba di setiap permukaan Bumi.

Selain itu, bentuk dunia baru dengan enam gelembung atmosfer akan mendorong sebuah evolusi yang berpotensi menghasilkan satwa liar yang aneh dan monster laut yang sangat besar.

"Saya rasa bagian yang paling menantang yaitu mencoba untuk mendapatkan kubusnya. Setelah mendapatkan kubus tersebut, asumsikan kubus akan tetap seperti itu. Ini karena jika dibiarkan begitu saja, apa pun yang berukuran cukup besar akan menjadi bulat atau menggumpal seperti kentang. Begitulah cara gravitasi bekerja," ujar McKinnon.

Secara garis besar, Bumi nantinya akan berwarna biru, hijau, dan lengket, lebih mirip seperti oatmeal.

Sementara itu, saat Bumi berbentuk kubus, McKinnon mengatakan bahwa bagian dalam Bumi akan berwarna biru dan hijau dengan cuacanya yang sangat panas. Sehingga, kemungkinan akan bersinar merah. Akan tetapi, bebatuan akan berwarna biru dan hijau.

"Jadi, keseluruhan konsep warna agak berantakan," kata McKinnon.

Ia melanjutkan, jika Bumi mempertahankan massa yang sama, maka Bumi akan berbentuk kubus kecil dengan segala sesuatu berukuran sama di segala arah.

Tapi bahkan jika kita menekan segala sesuatunya, gravitasinya masih akan mengarah ke pusat, sehingga semua yang ada di dalamnya akan tetap berbentuk lingkaran.

"Selain itu, Anda tetap akan mendapatkan cahaya utara dan selatan hanya di atas bagian kubus tersebut," sambungnya.

Baca juga: Mengenal Bintang Terdekat dan Terjauh dari Bumi

Bumi akan tampak seperti lensa kotak

McKinnon menjelaskan, bicara tentang seperti apa penampakan Bumi jika dilihat dari jauh, setiap permukaan dari planet berbentuk kubus ini akan berbentuk seperti setengah bola, seperti lensa kontak kecil berisi air.

Sementara itu, atmosfernya juga akan berada di kubah aneh di setiap sisinya.

Namun, gaya gravitasi akan mempersulit beberapa hal. Anda akan menghadapi masalah pendakian gunung. Jadi, pergi ke luar angkasa juga berarti mendaki gunung.

Secara efektif akan seperti Everest di ujung ekstrim karena gravitasi akan terus mengarah ke pusat.

Jadi, saat Anda berada di tengah lautan, gravitasi mengarah lurus ke bawah. Namun saat Anda sampai di tepi danau atau laut, keadaannya akan sedikit miring dan Anda akan terus-menerus berjalan menanjak atau menurun.

Meskipun permukaannya datar, gravitasi Anda tidak. Gravitasi berbentuk sudut dan semakin menjauhkan Anda dari pusat, semakin besar sudutnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi