Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Minta China Sampaikan Data soal Penumonia Misterius pada Anak-anak

Baca di App
Lihat Foto
Freepik/jcomp
Ilustrasi anak pakai masker cegah polusi udara.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah meminta China memberikan lebih banyak data, terkait adanya penyakit pernapasan yang menyebar di bagian utara negara itu.

WHO mendesak China, agar segera mengambil langkah-langkah untuk mengurangi risiko infeksi.

"WHO telah mengajukan permintaan resmi ke China untuk mendapatkan informasi rinci mengenai peningkatan kasus penyakit pernapasan dan pneumonia pada anak-anak," kata WHO dalam penyataannya Rabu (22/11/2023) dikutip dari NDTV.

WHO juga meminta informasi tambahan terkait perkembangan peredaran patogen seperti influenza, SARS-CoV-2, RSV, dan Mycoplasma pneumoniae.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Badan ini juga mendesak masyarakat untuk mengambil tindakan pencegahan dengan vaksinasi, menjaga jarak dari orang sakit, dan memakai masker.

Lonjakan kasus

Sejak pertengahan Oktober, China utara melaporkan adanya peningkatan penyakit mirip influenza yang menyerang anak-anak.

Laporan peningkatan penyakit pernapasan itu disampaikan oleh Komisi Kesehatan Nasional China pada tanggal 13 November 2023.

Selanjutnya pada Minggu, 19 November 2023 Program Penyakit Berkembang (ProMED) melaporkan adanya kasus pneumonia yang tidak terdiagnosis pada anak-anak.

Menurut ProMED, infeksi telah merebak di Beijing dan kota Liaoning yang berada di timur laut China.

Tidak diketahui pasti apakah laporan ProMED terkait dengan konferensi pers Komisi Kesehatan Nasional China.

Jumlah kasus

Dikutip dari Al Jazeera, meskipun angka resmi soal peningkatan kasus pneumonia misterius di China belum tersedia, namun rumah sakit di Beijing telah menunjukkan lonjakan jumlah pasien terutama di bangsal anak-anak.

“Salah satu rumah sakit besar di kota ini melaporkan bahwa rata-rata setiap hari, mereka menerima sekitar 1.200 pasien memasuki ruang gawat darurat,” kata koresponden Al Jazeera Katrina Yu.

Yu juga menyebutkan, sekolah-sekolah di Beijing, melaporkan tingkat ketidakhadiran yang tinggi.

Bahkan, mereka meliburkan seluruh kelas setidaknya selama selama seminggu ketika ada beberapa anak yang sakit.

Para pejabat juga khawatir musim dingin nantinya akan memperburuk penyebaran infeksi.

Baca juga: 5 Negara yang Miliki Utang Terbanyak ke China, Adakah Indonesia?

Pendapat ahli

Sejumlah ahli berpendapat, lonjakan kasus pnemonia misterius diperkirakan akibat adanya lockdown yang ketat pada tahun lalu, namun kini telah ada pelonggaran.

Mereka meyakini, wabah tersebut mungkin terkait dengan lonjakan Mycoplasma pneumoniae yang menyebabkan penyakit pernapasan pada anak-anak.

Gejala penyakit ini meliputi sakit tenggorokan, kelelahan, dan batuk yang memburuk secara perlahan yang bisa berlangsung selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan.

“Ini adalah gelombang pertama infeksi Mycoplasma pneumoniae sejak sebagian besar tindakan pengendalian Covid-19 dicabut pada awal tahun ini,” kata direktur pusat medis anak-anak di Pusat Medis Ketujuh Rumah Sakit Umum PLA Zhou Huixia dikutip dari Standard.

Hal serupa juga disampaikan oleh Direktur Institut Genetik University College London Francois Belloux yang menyebut China harus membayar 'hutang kekebalan' usai lockdown yang berkelanjangan.

"Tidak ada alasan untuk mencurigai patogen baru. Mycoplasma pnemumoniae mungkin sumber dari sebagian besar kasus, bakteri ini biasanya menyerang anak-anak yang secara umum tidak berbahaya," ujar Francois Belloux.

Sementara Profesor Kebijakan dan Penelitian Kesehatan Laith Abu Raddad menyebutkan, meskipun kehadiran patogen baru masih mungkin sebagai penyebab, ia meyakini wabah disebabkan oleh patogen yang sudah ada.

Patogen yang sudah ada mungkin baru bermutasi dengan karakteristik dan tingkat keparahan yang berubah.

“Kedua skenario tersebut akan menjadi perhatian global karena cepat atau lambat patogen akan melintasi batas negara terlepas dari tindakan pencegahan yang dilakukan,” katanya.

Baca juga: Muncul Varian Baru Covid-19 HV.1 dan JN.1 di Sejumlah Negara, Kenali Gejalanya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi