Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wabah Pneumonia Misterius Menyerang Anak-anak di China, Ini Gejalanya

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi pneumonia misterius serang anak-anak di China.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Rumah sakit di China dilaporkan kebanjiran pasien anak-anak setelah wabah pneumonia misterius meningkat di kota-kota besar di sebagian negeri.

Peristiwa ini diungkap dalam laporan ProMed, sebuah sistem pengawasan yang memantau wabah penyakit pada manusia dan hewan di seluruh dunia.

Melalui laporannya, ProMed mengeluarkan pemberitahuan soal laporan epidemi "pneumonia yang tidak terdiagnosis" pada anak-anak di China.

Pneumonia adalah istilah medis umum untuk menggambarkan infeksi dan peradangan paru-paru karena berbagai virus, bakteri, atau jamur.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Namun, penyebab pneumonia misterius atau pneumonia yang tidak terdiagnosis ini belum diketahui pasti.

Baca juga: Batuk, Demam, dan Sakit Kepala, Kenali 9 Gejala Pneumonia yang Perlu Diwaspadai Berikut Ini


WHO turun tangan pantau pneumonia di China

Dilansir dari Telegraph, Rabu (22/11/2023), rumah sakit di ibu kota Beijing dan Liaoning mengalami kesulitan karena banyaknya anak-anak yang menderita pneumonia.

"Banyak sekali yang dirawat di rumah sakit. Mereka tidak batuk dan tidak menunjukkan gejala. Mereka hanya mengalami suhu tinggi (demam) dan banyak yang mengalami bintil paru," kata seorang warga Beijing, Wei.

Menurut ProMed, laporannya menunjukkan wabah penyakit pernapasan yang belum diketahui penyebabnya ini merebak secara luas.

Menindaklanjuti laporan tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah meminta China untuk memberikan informasi dan penanganan lanjutan.

Hingga pada Kamis (23/11/2023), WHO mengatakan, China belum mendeteksi adanya patogen tak biasa atau kuman baru seiring peningkatan kasus pneumonia misterius.

"Sejak Oktober, China utara telah melaporkan adanya peningkatan penyakit mirip influenza dibandingkan periode yang sama selama tiga tahun terakhir," ujar WHO, dikutip dari BBC, Jumat (24/11/2023).

Menurut WHO, beberapa peningkatan terjadi lebih awal daripada kenaikan kasus sebelumnya. Namun, kondisi ini tidaklah mengejutkan, seiring dengan pencabutan pembatasan akibat Covid-19.

WHO juga menegaskan, pihaknya akan memantau dengan cermat situasi wabah dan melakukan kontak erat dengan otoritas nasional China.

Baca juga: Disebut Mirip Covid-19, Apa Gejala Pneumonia Misterius di Argentina?

Gejala pneumonia misterius di China

Wabah yang merebak di China ini mungkin berkaitan dengan Mycoplasma pneumoniae, yang memicu penyakit walking pneumonia atau pneumonia berjalan.

Penyakit ini sempat dilaporkan melonjak saat China memasuki musim dingin pertama tanpa menerapkan lockdown ketat terhadap Covid-19.

Dikutip dari Healthline, gejala pneumonia berjalan sering kali mirip dengan flu biasa. Lebih umum menyerang anak-anak, penderita biasanya tidak merasakan sakit.

Seorang anak dengan pneumonia berjalan juga masih dapat makan dan tidur dengan normal, serta memiliki kebiasaan buang air besar yang normal.

Beberapa gejala utama pneumonia berjalan meliputi:

  • Demam
  • Sakit tenggorokan
  • Kelelahan
  • Batuk berkepanjangan yang dapat berlangsung selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan.

Ada pula gejala lain yang mungkin terjadi, seperti:

  • Sakit kepala
  • Menggigil atau nyeri badan
  • Penurunan nafsu makan
  • Nyeri dada atau tulang rusuk
  • Sesak napas dalam kasus yang parah.

Sementara itu, pada Oktober lalu, peningkatan pasien anak di seluruh rumah sakit merupakan gelombang pertama kemungkinan infeksi Mycoplasma pneumoniae sejak pencabutan pembatasan Covid-19.

Direktur Pusat Medis Anak-anak di Rumah Sakit Umum PLA Zhou Huixia menyebut, gelombang ini tampak sangat ganas sejak libur nasional pada awal Oktober.

"Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, kami menemukan lebih banyak pasien dengan infeksi campuran, resistensi obat, dan pneumonia lobar," ungkapnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi