Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Obat yang Berpotensi Merusak Ginjal, Ada Antibiotik dan Pereda Asam Lambung

Baca di App
Lihat Foto
Pexels
Ilustrasi obat.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Beberapa jenis obat yang diminum sehari-hari dapat membahayakan ginjal.

Ini terjadi karena ginjal merupakan organ sekresi dari zat-zat yang dikonsumsi oleh tubuh. Jika sering dikonsumsi dan dalam jumlah banyak, fungsi ginjal akan terancam.

Karena itu, dibutuhkan konsultasi dengan dokter dan apoteker untuk memahami jenis obat yang dipakai, dosis aman, dan seberapa sering waktu minumnya.

Pasien yang minum obat juga perlu memahami jenis-jenis obat yang bisa membahayakan kesehatan ginjal.

Ini termasuk obat-obatan umum, seperti antibiotik, obat tekanan darah, dan bahkan beberapa suplemen.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: 7 Manfaat Minum Teh Jahe bagi Kesehatan, Bisa Meredakan Mual dan Nyeri


Jenis obat yang membahayakan ginjal

Beberapa orang berisiko lebih tinggi mengalami kerusakan ginjal akibat konsumsi obat-obatan.

Umumnya, mereka berusia di atas 60 tahun, menderita penyakit kronis seperti diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit ginjal, mengalami dehidrasi, atau pernah menjalani operasi jantung.

Berikut jenis-jenis obat yang perlu diwaspadai karena berpotensi membahayakan ginjal jika dikonsumsi dengan cara yang salah.

1. Obat pereda nyeri

Dikutip dari situs Asosiasi Pensiun Amerika (AARP), obat pereda nyeri terbagi dalam dua kategori, yaitu obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) dan asetaminofen.

Fungsi: obat pereda nyeri dikonsumsi untuk meredakan nyeri, menurunkan demam, mengobati gejala pilek, dan mengurangi peradangan.

Obat ini juga digunakan untuk mengobati nyeri akibat radang sendi, asam urat, kram menstruasi, dan sakit kepala.

Contoh: Aspirin (Bayer, Anacin, Bufferin), naproxen (Aleve), dan ibuprofen (Advil, Motrin).

Efek ke ginjal: obat pereda nyeri harus dikonsumsi sesuai dosisnya dan tidak boleh lebih dari 10 hari berturut-turut untuk nyeri atau tiga hari berturut-turut untuk demam.

Jika dikonsumsi terlalu lama, obat ini dapat menyebabkan kerusakan karena mengurangi aliran darah ke ginjal.

Jika dikonsumsi saat pasien mengalami dehidrasi atau tekanan darah rendah, obat ini menyebabkan cedera ginjal akut.

Baca juga: Mengapa Antibiotik Harus Dihabiskan? Berikut Penjelasannya

2. Antibiotik
Lihat Foto
Dok. Shutterstock
Ada banyak hal yang bisa memicu demam pada anak. Salah satu penyebab utama demam pada anak adalah infeksi virus atau bakteri yang harus diwaspadai.

Antibiotik adalah obat yang membunuh bakteri penyebab infeksi. Obat ini dapat dikonsumsi secara oral, topikal, atau suntikan

Fungsi: antibiotik berfungsi untuk mengobati infeksi seperti radang tenggorokan dan infeksi saluran kemih.

Contoh: penisilin, amoksisilin, ciprofloxacin, doksisiklin, dan azitromisin.

Efek ke ginjal: penderita penyakit ginjal harus mengetahui kondisi ginjalnya sebelum menentukan dosis dan mengonsumsi antibiotik. Ini karena beberapa obat untuk mengobati virus menyebabkan cedera ginjal.

Orang yang mengonsumsi antibiotik harus tetap terhidrasi. Dehidrasi membuat obat menggumpal dan membentuk kristal sehingga menghalangi buang air kecil.

Orang yang mengonsumsi antibiotik bisa menunjukkan reaksi alergi, seperti timbul ruam atau demam.

Baca juga: Efek Samping Pepaya, Sehatkan Pencernaan tapi Bisa Picu Efek Pencahar

3. Obat pencahar

Obat pencahar dikonsumsi secara oral dalam bentuk tablet, kapsul, bubuk, cairan, atau sebagai supositoria.

Fungsi: obat ini biasanya digunakan untuk meringankan sembelit dan membersihkan usus.

Contoh: bisacodyl (Dulcolax), senna (Senokot, Ex-Lax), docusate (Colace), dan polietilen glikol (Miralax).

Efek ke ginjal: jika dikonsumsi sesuai petunjuk, sebagian besar obat pencahar aman bagi mereka yang tidak memiliki masalah ginjal.

Namun, penderita penyakit ginjal harus tetap terhidrasi dengan banyak minum air putih dan cairan bening saat minum obat ini. Dehidrasi menyebabkan kerusakan ginjal.

Penggunaan obat pencahar yang berlebihan menyebabkan batu ginjal. Sebaiknya, konsumsi obat pencahar hanya beberapa kali seminggu untuk mengatasi sembelit.

Baca juga: Tak Perlu Obat, Ini Cara Mencegah Asam Lambung secara Alami

4. Obat asam lambung

Obat asam lambung dapat menekan senyawa asam di pencernaan. Obat ini dijual secara bebas dan dengan resep dokter.

Fungsi: obat ini digunakan untuk mencegah dan mengobati mulas dan gangguan pencernaan dengan mengurangi asam di lambung.

Contoh: omeprazole (Prilosec) dan esomeprazole (Nexium), famotidine (Pepcid), dan kalsium karbonat (Tums).

Efek ke ginjal: obat ini dapat menyebabkan peradangan dan iritasi ginjal. Karena itu, hanya boleh diminum dalam jangka waktu pendek atau kurang dari sebulan.

Konsultasi ke dokter jika harus mengonsumsi obat asam lambung secara teratur untuk mengobati sakit maag atau gangguan pencernaan.

Baca juga: Daftar Terbaru Sirup Obat, Obat Tradisional, dan Suplemen Kesehatan yang Aman Menurut BPOM

5. Suplemen

Suplemen makanan herbal tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, bubuk, teh, ekstrak, serta tanaman segar atau kering.

Fungsi: suplemen ini diyakini dapat meningkatkan kesehatan.

Contoh: suplemen herbal yang mengandung kromium, kreatin, licorice, kulit pohon willow, vitamin C, dan yohimbe.

Efek ke ginjal: suplemen herbal dapat menyebabkan kondisi buruk jika dikonsumsi bersamaan dengan obat dari resep dokter.

Suplemen juga dapat menyebabkan iritasi atau kerusakan ginjal. Penderita penyakit ginjal perlu menghindari suplemen herbal mengandung potasium dan fosfor.

Penderita penyakit ginjal hanya boleh menggunakan suplemen herbal dengan konsultasi ke dokter atau apoteker.

Baca juga: Benarkah Rutin Donasi Darah Bisa Menurunkan Tekanan Darah?

Lihat Foto
Shutterstock/AndreyCherkasov
Ilustrasi penderita hipertensi minum obat. Penderita tekanan darah tinggi atau hipertensi perlu memperhatikan lima hal berikut ini sebelum minum obat bebas. Pasalnya, beberapa obat memiliki efek samping tertentu yang berdampak pada kesehatan penderita.
6. Obat tekanan darah

Diberitakan Healthline, obat tekanan darah dikonsumsi pasien yang mengalami masalah tekanan darah tinggi.

Fungsi: mengendalikan tekanan darah dan mengurangi risiko stroke dan penyakit kardiovaskular lainnya.

Contoh: benazepril (Lotensin), enalapril (Vasotec), lisinopril (Prinivil, Zestril), azilsartan (Edarbi), candesartan (Atacand), dan irbesartan (Avapro).

Efek ke ginjal: orang yang mengalami tekanan darah rutin harus terus mengonsumsi obat-obatannya dengan petunjuk dokter.

Namun, saat menjalani pengobatan ini, waspadai obat lain yang dikonsumsi berbarengan karena dapat berbahaya bagi ginjal dan meningkatkan risiko cedera ginjal.

Baca juga: Apakah Konsultasi ke Psikiater atau Psikolog Bisa Pakai BPJS Kesehatan?

7. Obat psikiater

Obat-obat yang didapat dari psikiater perlu diwaspadai karena dapat memengaruhi ginjal.

Fungsi: obat ini digunakan untuk mengatasi kondisi kesehatan mental sesuai resep dari psikiater.

Contoh: antidepresan Prozac (fluoxetine) serta obat penstabil perasaan lithium dan Elavil (amitriptyline).

Efek ke ginjal: obat-obatan psikiatris dapat menyebabkan kerusakan otot yang memicu pelepasan mioglobin ke aliran darah.

Ginjal bekerja menyaring mioglobin. Jika ada terlalu banyak mioglobin di darah maka akan merusak ginjal yang bekerja terlalu keras.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi