Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Stasiun Tuntang, Tempat Pertemuan Terakhir Jeng Yah dan Soeraja dalam "Gadis Kretek"

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurni
Kereta wisata reguler milik Museum Kereta Api Ambarawa dengan Lokomotif Diesel Vintage sedang berada di Stasiun Tuntang.
|
Editor: Farid Firdaus

KOMPAS.com - Gadis Kretek kini menempati posisi 10 besar serial Netflix secara global.

Serial karya Kamila Andini dan Ifa Isfansyah ini menduduki peringkat ke-10 dalam daftar acara TV non-Inggris global dengan 1,6 juta penayangan dalam satu minggu.

Selama dua minggu berturut-turut, serial yang diadaptasi dari novel karya Ratih Kumala dan terbit pada 2012 ini juga menempati peringkat teratas di Indonesia.

Salah satu adegan dalam Gadis Kretek yang ramai diperbincangkan adalah pertemuan terakhir Dasiyah atau Jeng Yah dengan Soeraja di sebuah stasiun.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ternyata, stasiun tersebut berlokasi Tuntang, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah dan menjadi salah satu yang tertua di Indonesia.

Baca juga: Ada di Gadis Kretek, Ini Makna Meniup Asap Rokok ke Pengantin Wanita

Sejarah Stasiun Tuntang

Berlokasi di perbatasan antara Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga, Stasiun Tuntang mulai dibangun pada 1871 dan beroperasi pada Mei 1873, dikutip dari laman Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah.

Meski Stasiun Tuntang tergolong kecil, stasiun ini menjadi jalur penting bagi pengangkutan produk perkebunan.

Saat itu, pengiriman sejumlah hasil perkebunan, seperti karet, gula, dan cokelat dibawa menuju Stasiun Ambarawa melalui Stasiun Tuntang.

Kendati demikian, bangunan Stasiun Tuntang saat ini berasal dari 1905, ketika Nederlandsch-Indische Spoorweg (NIS) Maatschappij melakukan pembangunan stasiun-stasun baru.

Stasiun Tuntang memiliki gaya arsitektur "Chalet NIS" yang diperkenalkan pada awal abad ke-20.

Baca juga: Penumpang KA Wajib Menggunakan Face Recognition? Ini Jawaban KAI

Dijadikan museum

Selain sebagai jalur perkebunan, Stasiun Tuntang juga menjadi tujuan akhir bagi warga yang menuju ke Kota Salatiga.

Karena Salatiga tidak dilalui jalur kereta api, Pemerintah Belanda kemudian mengoperasikan bus pada 1921 untuk menghubungkannya dengan Stasiun Tuntang.

Sayangnya, sejak jalur kereta yang menghubungkan Yogyakarta dan Kedungjati ditutu pada tanggal 1970, stasiun ini dijadikan museum.

Pada 2002, Stasiun Tuntang dihidupkan kembali untuk tujuan wisata.

Stasiun Tuntang kemudian berada dalam kawasan Museum Ambarawa yang hanya dilalui oleh kereta wisata.

Saat ini, Stasiun Tuntang mempunyai 2 jalur kereta api dan 1 jalur kereta api baru.

Baca juga: Sejarah KA Argo Parahyangan, Kereta Legenda yang Akan Bersaing dengan Whoosh

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi